Part 4

936 96 44
                                    

Kepergian krist keluar negri memakan waktu 2 minggu. Krist mendesah lega saat pesawatnya mulai landing, satu persatu penumpang di kelas bisnis mulai keluar termasuk krist dan patt. Krist langsung menghidupkan ponselnya, selama dua minggu ini dia terus menghubungi singto namun tak pernah di jawab, ia mengirim pesan juga tak di balas hanya di baca saja, krist sampai kesal di buatnya, baru singto yang berani menolak dan mengabaikan dirinya. Jika itu pria lain krist tak yakin akan sesulit itu.

Patt pamit untuk pulang lebih dulu kepada krist karna jemputannya sudah datang sedangkan krist masih duduk di sekitar bandara menunggu taxi yang ia pesan tiba. Lagi dan lagi ia melihat singto dan kekasihnya yang sedang berjalan, singto terlihat sangat manja kepada kekasihnya membuat krist meremas tangannya sendiri.

Tunggu... Apa dia cemburu? Tidak tidak, krist hanya sedikit kesal, dia menginginkan singto jadi milikknya karna ia suka dengan singto saat mereka melakukan seks bukan karna jatuh hati padanya, ia hanya menyukai singto karna sifat liarnya, krist menekankan itu di dalam hatinya.

Krist mencoba menghubungi singto terlihat singto di sebrang sana hanya menatap layar ponselnya tanpa berniat untuk mengangkat panggilan dari krist, singto bahkan dengan berani mematikan ponselnya sekarang.

Di sebrang sana saat ini singto tengah santai sejenak bersama kekasihnya, keduanya memesan minuman dan cemilan.

"Kenapa di matikan?" Tanya natt.

"Tidak penting phi, bagaimana perkerjaan phi di sana?"

"Berjalan dengan lancar"

"Nanti malam menginap di rumah ku"

"Sepertinya tak bisa lagi perkerjaan ku sangat banyak, tunggu aku sedikit senggang aku akan meluangkan waktu ku untuk mu"

Singto hanya terdiam mendengarnya, akhir-akhir ini pacarnya selalu sibuk dengan urusannya sendiri tanpa memikirkan dirinya. Entah sampai kapan dia harus mencoba mengerti natt.

"Aku ke toilet sebentar" ucap singto.

Singto langsung beranjak pergi dari sana dan berjalan menuju toilet, air mata yang di tahannya sedari tadi langsung keluar saat dirinya masuk ke dalam. Singto menangis bersandar di dinding toilet, meluapkan semua emosinya. Setelah puas menangis, singto mencuci wajahnya kemudian membuka pintu hendak keluar namun ia malah di kejutkan dengan kehadiran seseorang.

"Om"

"Kenapa tak pernah mengangkat panggilan ku!"

"Bukankah sudah ku katakan jika aku sudah mempunyai kekasih"

"Itu bukan alasan"

"Aku hanya malas mengangkat panggilan dari orang yang tak ku kenal"

"Itu juga bukan alasan"

"Jadi om ingin alasan apa?!" Ucap singto sedikit meninggikan suaranya.

Bukannya takut krist malah hampir tertawa, bagaimana tidak jika mata singto yang sedikit membengkak setelah menangis di tambah wajahnya yang memerah dan jangan lupakan pipinya yang gembul itu membuatnya bertambah manis krist menjadi tak kuasa menahan gairah sekarang.

"Bibir ini tak pantas untuk berkata kasar" ucap krist sembari mengusap bibir merah singto.

Krist memainkan jarinya di bibir singto, memasukan ibu jarinya ke celah bibir singto dan langsung di lahap begitu saja oleh singto, krist mendorong tubuhnya perlahan ke dinding kemudian menutup pintu toilet sedangkan singto memejamkan matanya melumat ibu jari krist, menghisap dan menjilatnya seperti ia menghisap permen, krist mengganti ibu jarinya dengan jari telunjuk dan jari tengahnya, ia benar-benar menikmati pemandangan indah di hadapannya wajah manis singto dengan mata yang terpejam, singto memainkan dua jari krist menggunakan lidahnya.

Mine √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang