SEAN

2.6K 297 77
                                    

Aloha!

Tulisan pertama tentang Yizhan :v
Age gap!
Jarak usia mereka dibuat lebih jauh dari sebenarnya!

.
.

Suara kasar dari grinder yang tengah digunakan seorang pemuda dengan apron coklat tampaknya berhasil membangunkan pemuda lainnya yang terlelap di atas sofa tak jauh dari pantry dapur.

Sean Wang, pemuda dengan apron coklat masih fokus dengan kegiatannya, menghaluskan sesuatu dengan benda yang biasa ia pakai untuk menghaluskan biji kopi. Tak sekalipun menyadari pergerakan Wang Yibo, suaminya, yang kini sudah ada dibelakangnya dan tiba-tiba melingkarkan tangannya masih dengan mata setengah tertutup. Tampaknya kantuk masih menggelayutinya.

Meski agak terkejut, Sean hanya bisa tersenyum mendapati kelakuan suami yang lebih muda delapan tahun darinya itu. Ia sangat maklum dengan tingkah manja Yibo, yang tentu saja hanya ditunjukan padanya seorang.

Mencium kepala yang bersandar dibahunya, Sean kembali melanjutkan kegiatannya yang tertunda.

"Gege sedang membuat kopi?" Yibo semakin menyurukan kepalanya ke perpotongan leher Sean, menyesap aroma vanila yang begitu kental dan memabukan.

Perlahan matanya terbuka sedikit demi sedikit, memperhatikan tangan halus istrinya yang sibuk menggerakkan tuas grinder.

Sebenarnya ia pernah menyarankan untuk membeli mesin kopi saja alih-alih grinder yang tentu sangat tidak praktis. Namun Sean menolaknya, ia berdalih bahwa grinder akan lebih estetik untuk ia pajang di dapurnya.

Dan Wang Yibo tak akan pernah bisa menolak keinginan istrinya.

"Tidak." Jawabnya singkat.

Dahi Yibo mengernyit, ia ingin bertanya lebih lanjut namun kecupan singkat di bibirnya menghentikan niatnya. Sean membalikan tubuhnya dan memberi pijatan lembut dikedua bahu Yibo, "kau tidak pegal? Semalaman tidur di sofa pasti tidak nyaman."

Yibo mempererat pelukan di pinggang Sean, tak menampik kalimat istrinya itu.

Ia tidak bisa berpura-pura sementara pinggang dan bahunya terasa kebas, benar-benar tidak nyaman.

"Maaf, aku tidak tega membangunkanmu yang terlihat sangat kelelahan sampai tertidur di sofa." Raut penyesalan tergambar jelas di wajah Sean, dan bagi Yibo itu adalah hal paling menggemaskan dimatanya. Ia tidak tahan untuk tidak melayangkan kecupan di bibir istrinya.

"Gege bahkan sampai tidur di lantai menemaniku, aku yang lebih bersalah padamu, maafkan aku."

Sean tidak menjawab, ia hanya menunjukan cengirannya kemudian menepuk dada suaminya, "aku sudah menyiapkan air hangat, segera mandi lalu kita sarapan bersama." Titahnya.

Seringai Yibo naik, sebelah tangannya turun dan meremas gundukan dibelakang tubuh Sean dengan sebelah alis terangkat nakal, "bagaimana dengan mandi bersama?"

Sean memutar bola matanya, mendekatkan bibirnya ke telinga Yibo kemudian berbisik, "kau boleh melakukan apapun malam ini, lebih dari sekedar mandi bersama."

"Deal." Yibo mengangguk semangat kemudian melipir ke lantai dua, ke kamar mereka untuk melaksanakan tugas sang ibu negara.

Sementara Sean hanya tertawa dengan tingkah suaminya. Setelah yakin Yibo masuk ke kamar mereka, ia kembali pada aktifitasnya yang sempat tertunda.

Sean membuka tutup grinder dan memainkan isinya, memastikan bahwa benda yang ia haluskan telah benar-benar berubah menjadi butiran halus. Lalu setelahnya, perlahan ia menyendokannya sedikit demi sedikit kedalam toples kaca kecil seukuran setengah jari kelingkingnya sampai benda itu terisi oleh serbuk putih.

SEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang