PROLOG

372 113 10
                                    

Daniel Mayers adalah Matahariku. Sejak pertama kali aku malihatnya, aku langsung memujanya, penglihatanku dipenuhi oleh rupanya yang sempurna dan hatiku langsung dipenuhi oleh kehangatan yang dia pancarkan. Aku sangat memujanya yang maha sempurna itu, tapi ketika aku mencoba berjuang untuk mengklaim dirinya sebagai milikku, dia malah terang-terangan memuja objek lain, objek yang jauh lebih indah dan lebih segalanya dariku. Aku bisa apa? Ditambah saat aku sedang sakit hati dia meninggalkanku, bersembunyi di balik awan hitam pekat yang menaungi hidupku saat itu. Bertahun-tahun aku frustasi, tidak tahu mana siang dan mana malam karena kedua nya tampak sama, gelap dan tidak ada Matahari. Setelah aku mencoba bangkit dari keterpurukan cinta pertama yang gagal, dia malah kembali, matahariku kembali muncul dengan sinarnya yang lebih hangat, membuatku kembali jatuh pada pesona nya dan membuatku lagi-lagi ingin berjuang untuk merengkuhnya.

Setelah disakiti aku ingin kembali berjuang? kalian pasti ingin mengejekku bodoh, bukan? Ha, terserah kalian mau bilang apa, mungkin kalian yang mengejekku saat ini tidak pernah tahu rasanya rasa cinta yang telah menancap dalam di palung paling dasar hati kalian.

Namun di perjuanganku kali ini ada yang berbeda, berjuang tanpa halangan saja sulit nya setengah mati, apalagi ada halangan melintang yang berwujud bocah tengil yang bernama, Benjamin Mayers, tambah sulit saja aku meraih Matahariku karena dia suka sekali mengagalkan rencanaku untuk dekat dengan kakaknya, dan aku malah lebih sering bersama dengan si tengil daripada dengan kakaknya. Dia itu ibarat bulan jelek yang selalu saja mengekoriku kemana-mana.

Dan sampai tiba dimana hari si bulan jelek yang biasanya suka tidak kuanggap keberadaan nya itu bersinar terang di kegelapan malamku, membuatku mulai menatapnya dan mengaguminya.

Rasa bingung meliputiku ketika penglihatanku bukan hanya terisi oleh Matahari tapi diam-diam aku juga mulai mengamati objek lain, yaitu Bulan. Aku bingung mana yang lebih ku sukai, Matahari yang terlihat gagah dan sempurna yang kukagumi dari dulu? Atau Bulan yang sekarang selalu menyinari malam-malam gelapku?

Kebingunganku memuncak saat sang Bulan dengan kekuatan yang entah darimana berani menutupi segala kesempurnaan matahariku, menciptakan gerhana matahari yang sangat indah namun membuatku bertanya-tanya juga, apa Bulan itu juga bisa menutupi rasa cintaku pada Matahari?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 07, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Solar EclipseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang