"Gila kali ya, ni ayam nasi box digoreng berapa kali coba. Ini lagi sendok plastik mleyot mulu sejak tadi, kaga niat banget jadi sendok!" Zee menggerutu, tangannya sibuk memotong ayam goreng menggunakan sendok plastik berwarna hijau. Matanya melirik para maba disekitarnya yang juga sedang memakan nasi kotak jatah ospek hari ini. Entah keberuntungan apa tapi ospek kampusnya diadakan di dalam gedung, tanpa harus berpanas panasan.
"Dahlah bodoamat!" Zee menunjuk-nunjuk ayamnya penuh emosi. Sendoknya beralih pada tahu dan sekumpulan sayur buncis yang kemudian ia sendokkan kedalam mulut, begitu pula dengan nasi yang ia campurkan pada kuah sayur.
"Ayo dong kerja sama, lo tau kan gue anak rantau. Gue juga mau makan ayam gratis, jangan keras-keras begitu lah ay!" Ucap Zee menunduk menatap isi dari nasi box.
"Stress ni orang." Salah satu maba di sebelah Zee menggeleng menatap kelakuan orang yang sedari tadi menggerutu tak jelas pada ayam yang sejatinya sudah mati.
Masih dengan kelakuan Zee yang diluar nalar, salah satu panitia ospek melewati barisan kursi yang Zee duduki. Alis panitia tersebut mengerut menyadari maba kampusnya sedikit tidak waras karena berbicara dengan kotak nasi.
"Kamu sakit?" Tanya gadis dengan poni tipis, di lehernya terdapat id card bertuliskan panitia ospek dengan jobdesk sie publikasi dan dokumentasi. Tidak lupa kamera yang menggantung di lehernya juga guna menangkap setiap moment dalam acara ini.
"Hah?" Zee menegakkan kepalanya, menatap kakak tingkat di depannya dengan sangat lekat.
"Are you okay?"
"Yes, of course! Why?" Zee dibuat bingung dengan pertanyaan mendadak tersebut.
"Kamu butuh ini?" Fiony, sang panitia sie publikasi dan dokumentasi tersebut mengeluarkan plastik transparan berukuran tidak terlalu besar. Tujuannya adalah agar adik tingkatnya tersebut bisa memakan ayam dengan menggunakan tangan tanpa takut kotor.
Sebenarnya ia menyimpan plastik tersebut untuk dirinya sendiri karena ia tau makan siang hari ini adalah ayam, jadilah ia membawa plastik untuk jaga-jaga siapatau ia akan kesulitan makan. Namun gerutuan adik tingkatnya terhadap ayam sempat ia dengar dengan samar, dan benar saja ayam maba tersebut masih utuh padahal nasi serta lauk dan sayur sisa sedikit.
"Buat apa ce- eh kak?" Zee memiringkan kepalanya.
"Kamu ga mau makan ayam emangnya?" Fiony menunjuk ayam Zee dan kemudian mengangkat plastiknya. Zee yang baru menyadari seketika melebarkan matanya paham.
"Mau dong! Aduh kok ga sejak tadi, terima kasih kak." Jawabnya dengan cepat dan langsung mengambil plastik dari tangan Fiony.
Para maba di sekitar Zee heran terhadap interaksi keduanya karena menurut mereka Zee cukup kurang ajar dengan jawabannya barusan. Namun Fiony tidak ambil pusing ia hanya menggeleng dan tersenyum tipis menatap Zee yang mulai memasangkan plastik dan kemudian menyantap ayamnya.
"Waktu makan tinggal dua menit lagi ya!" Seorang panitia mengumumkan melalui mic di atas panggung.
"Baru aja menikmati makan, dasar panitia!" Masih dengan manusia yang memusuhi ayam dan sendok plastik.
"Yok yok segera, durasi." Beberapa panitia yang lain mulai berjalan menyusuri deretan maba. Zee beserta maba lain juga dengan cepat menghabiskan nasi kotak mereka.
"Kakak-kakak ga makan emang?" Dengan sikap sok kenal Zee bertanya pada Fiony yang lagi-lagi berada di deretan tempat duduk yang Zee duduki.
"Makan kok, tapi udah selesai." Fiony segera berlalu, tidak ingin menarik perhatian para maba yang lain karena terlalu akrab dengan Zee.