Gadis berambut panjang itu beberapa kali mematut diri di hadapan cermin. Ia memastikan penampilannya hari ini telah cukup rapi untuk melakukan wawancara kerja. Ya, gadis itu sangat gugup mengingat wawancara kerja tersebut merupakan wawancara kerja pertamanya setelah berbulan-bulan bekerja tidak menentu.
Gadis berambut panjang itu menghembuskan nafas perlahan sebelum akhirnya ia keluar kamar. Kemeja cokelat, celana bahan berwarna hitam, dengan tas berwarna hitam yang berisikan dokumen-dokumen pendukung. Gadis itu lantas berlari tatkala pengemudi ojek online sudah membunyikan klakson.
Setelah itu ia harus membelah jalanan ibu kota selama beberapa menit hingga ia sampai di halte Trans Jakarta. Begitu ramai dan padat halte tersebut hingga membuat gadis itu mengernyit beberapa kali ketika mencium bau-bau tak sedap.
Nggak apa-apa, Sam, yang penting nggak nganggur. Dua kalimat itu terus-menerus Samira rapalkan dalam hati. Gadis dengan rambut gelombang itu pun segera memijakkan kakinya menaiki bus yang akan mengantarnya ke tempat tujuan. Kurang lebih empat puluh lima menit, ia berhasil sampai ke halte tujuan tanpa duduk satu detik pun.
Kaki Samira terasa begitu pegal, tetapi Samira tetap melangkahkan kaki melewati jembatan penyebrangan. Lalu, ia berjalan kaki selama sepuluh menit lagi karena ia memutuskan untuk berjalan kaki daripada menaiki ojek online. Tarif yang begitu mencekik membuat Samira lebih memilih merelakan diri untuk berpanas-panasan.
Samira tersenyum ketika ia melihat sebuah bangunan di seberangnya. Ia hampir sampai. Hanya tinggal menyebrang di zebra cross dan ia akan sampai. Kemudian ia akan melewati proses wawancara ini dengan baik.
Samira mengalihkan pandangan ke arah lampu lalu lintas, kemudian ke arah kendaraan roda dua dan roda empat yang melaju cepat seolah-olah mereka berbalapan dengan lampu merah. Samira menatap ke arah seorang nenek dengan sebuah tangkai berwarna hitam berdiri di sampingnya. Samira melirik ke arah wajah sang nenek dan mendapati bahwa mata sang nenek tertutup. Nenek itu tunanetra.
Samira lantas teringat sebuah adegan pada salah satu drama dari negeri ginseng di mana sang pemeran utama wanita menolong orang tua tanpa terlihat menolong. Jadilah Samira mengeluarkan salah satu salinan CV sembari melangkah ke belakang agar ia bisa menukar posisi dengan si nenek tanpa terlihat.
Hanya saja, tepat lima detik setelah lampu lalu lintas untuk pejalan kaki berubah menjadi hijau dan lampu lalu lintas bagi pengendara berubah menjadi merah, sebuah motor menabrak sang nenek. Untung saja, sang nenek hanya terjatuh dengan posisi duduk. Sementara itu, si pengendara motor tidak apa-apa.
"Mata dipakai dong!" bentak pria pengendara motor yang ditaksir berusia 40 tahun. Badan berisi dengan perut membuncit, Samira dapat menyimpulkan si bapak masih sangat sehat dan segar bugar. Si bapak turun dari motor dan menatap nenek berkerudung cokelat yang tengah ditolong Samira. "Oh, nggak punya mata ya? Pantas saja!"
Samira yang semula tidak ingin membalas ucapan si bapak, tidak bisa menahan diri ketika mendengar ucapan kasar pria itu. "Maaf ya, Pak. Bapak yang mungkin sedang buru-buru sehingga tidak bisa melihat dengan jelas bahwa lampu lalu lintas sudah berubah merah sebelum ibu ini menyebrang," ucap Samira dengan nada yang sangat ia usahakan terdengar ramah.
"Lo nyalahin gue? Jelas-jelas ibu ini yang buta! Dia nggak bisa lihat ada kendaraan masih jalan. Lo jangan ikut campur urusan orang dewasa! Lo masih kecil, nggak tahu apa-apa! Gue tuntut juga lo!"
Samira menatap tajam ke arah si bapak, kemudian ia tersenyum menyindir. Samira dan sikapnya yang tidak bisa beramah-tamah jika sudah tidak menyukai seseorang. "Sebelumnya, saya sangat amat berterima kasih atas pujian Bapak yang menganggap saya masih kecil padahal saya sudah di usia 23 tahun," ucap Samira. "Lalu, saya bukan ikut campur urusan orang lain, tapi saya berada di sini dan menyaksikan kejadian. Bapak ini bawa-bawa tuntut-menuntut, tapi posisi saya sebagai saksi saja tidak paham. Lagi pula, menuntut atas dasar apa? Yang melanggar undang-undang saja bapak, bukan saya atau ibu ini. Bapak yang menerobos lampu merah, sementara ibu ini berjalan tepat ketika lampu pejalan kaki sudah hijau dan di zebra cross."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pink Bluems
FanfictionMenjadi manager dari seorang aktor papan atas bernama Kaivan Aliandra tidak pernah Samira Dheanityas sangka. Pekerjaan tersebut mau tidak mau membuat Samira semakin dekat dengan Kaivan hingga Samira terpaksa mengetahui rahasia-rahasia lelaki itu. Hu...