Prolog

50 10 1
                                    


  Aku menatap secangkir kopi yang baru saja disuguhkan pelayan dihadapan aku dan Jeno

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  Aku menatap secangkir kopi yang baru saja disuguhkan pelayan dihadapan aku dan Jeno. Baik aku dan Jeno, kami berdua sama-sama diam. Aku diam sambil memandangi kepulan asap yang menguar dari cangkir kopi dihadapan ku, sementara Jeno- entahlah aku tidak yakin dia sedang menatap apa sekarang.

Kalimat yang keluar beberapa saat yang lalu dari mulut Jeno membuat ku sedikit merasa canggung.

'Aku putus dengan siyeon.'

Ya, aku tahu. Sebenarnya aku sudah tau hal ini dari dua hari yang lalu. Haechan yang memberitahu ku. Aku menegakan kepala ku, hendak menatap Jeno yang rupanya sedang menatap ku.

"Aku tidak tahu harus mengatakan apa, Jen. Tapi kalian berdua memang selalu seperti itu dari dulu kan?" Diam-diam aku mengusap lututku yang terbalut floral dress berwarna kuning yang aku pakai.

Jeno terkekeh masam. Dia menggelengkan kepala nya pelan. Matanya terpejam sejenak sebelum akhirnya ia menghela napas panjang dan mengucapkan kalimat yang paling aku tidak sangka sebelumnya.

"Kali ini beneran putus, Ren. Aku mungkin gak akan pernah balik lagi ke Siyeon."

"Kenapa? Kalian pacaran udah dari kuliah, nggak mungkin putus begitu aja Jen. Aku, haechan, dan semua teman-teman kamu pun tau kalau hubungan kalian memang selalu begitu kan?"

Putus nyambung.

"Dan kamu pun tau gimana ibu Siyeon segitu gak sukanya sama aku." Jeno menjawab nyalang.

"Dan itu gak menjadi halangan buat mu dan siyeon, setau ku."

Aku menghela napas kasar dan membuang muka ku ke sembarang arah. Sejujurnya aku tidak menyukai ini. Perasaan dimana aku harus mendengarkan pria yang aku suka sejak SMA mengeluhkan tentang gadis yang dia suka juga dari SMA.

Ada sedikit rasa nyeri yang ku terima setiap kali Jeno menyebutkan nama Siyeon dengan penuh rasa. Aku tau, dan mungkin semua teman-teman Jeno pun tau kalau mereka berdua sebetulnya saling mencintai. Namun, hanya cara nya saja yang salah. Cinta yang mengikat kuat membuat keduanya buta. Merajut kasih dengan cara yang salah. Dan semua itu mungkin tak luput juga dari mata Ibu Siyeon. Membuatnya tidak disukai oleh seseorang yang harusnya direbut hatinya demi mendapatkan anak gadisnya.

"Mungkin. Tapi kali ini udah gabisa beneran, Ren. Siyeon kayaknya kecewa berat sama aku."

"Emang kamu ngapain sampai Siyeon kecewa berat begitu?"

"Aku kelepasan bilang sama dia kalau aku hampir nyerah. Nyerah bujuk Tante Ditha buat minang anak gadisnya itu." Jeno menghela napas nya berat sebelum melanjutkan kalimatnya. "Kenapa ya Tante Ditha segitu gak percaya nya sama aku buat jagain anaknya."

"Mungkin kamu emang bukan orang yang bisa dipercaya."

"Ren?"

Aku sengaja menimpalinya dengan sarkas.   Aku beneran sudah tidak mengerti. Tidak mengerti bagaimana menanggapi cerita Jeno. Aku tidak mungkin memberinya solusi yang benar jika aku saja masih menyukai pria itu kan?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 13, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

as it was || norenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang