1. Terbit Senyuman

11 4 0
                                    

Tenang rasanya saat melihat dirinya tersenyum.

Kalingga Gaharu Laksan

Tiga orang cowok memasuki area sekolah. Dengan langkah tegap membuat seluruh menatap dengan tatapan kagum apalagi kaum hawa. Pagi-pagi sudah di suguhi dengan yang bening-bening. Cowok yang mengunakan kaca mata hitam bertenggger manis di hidung mancungnya, lengan kemeja yang sudah di gulung, kancing bagian atas di biarkan terbuka hingga terlihat kalung bertanda salib yang melekat di leher jenjangnya dan dasi yang sudah terikat di kepala. Ya laki-laki itu, KALINGGA GAHARU LAKSAN. Berjalan berada di tengah temannya, sementara di samping kanannya terdapat cowok yang selalu menggunakan topi kebalik, cowok itu berjalan sambil menyapa gadis-gadis, dia adalah MAHEN MAHESWARA. Dan di sebalah kirinya cowok dengan jam tangan hitam itu ialah MUHAMMAD FIRZA UNDZIA RACHMAN.

KALINGGA GAHARU LAKSAN, murid laki-laki yang selalu menggunakan dasi di ikat di kepala, Kalingga juga merupakan murid pintar di sekolahnya, SMK NEGERI 2 Santero, walaupun tampang yang tak meyakinkan. Kalingga, cowok yang menjadi dambaan setiap kaum hawa, selain pintar kalingga juga memiliki pahatan wajah yang hampir nyaris sempurna. Dan juga berasal dari keluarga kaya raya, yang semakin namanya melambung tinggi. Tapi, dibalik itu semua Kalingga; laki-laki itu di kenal sebagai badboy di sekolahnya.

Kalingga yang berjalan berada di tengah membuka kaca mata hitamnya dan menyisipkan di sela-sela kemeja sekolah. Saat hendak melangkahkan kaki seseorang memanggil namanya.

"Kalingga?" panggil pak Tarso. "Sini kalian!"

Mahen menatap temannya secara bergantian, hingga akhirnya mereka bertiga berjalan kea rah pak Tarso yang berada di taman yang tak jauh di sana.

"Bapak manggil saya?" tanya KaIingga pada pak Tarso.

"Enggak bukan saya yang manggil," elak pak Tarso.

Kalingga mengerutkan kening, jelas-jelas tadi pak Tarso memanggilnya. "Terus siapa pak?" Tanya Kalingga heran.

"Tuhan," jawab Pak Tarso asal.

Mahen dan firza sudah menahan tawanya.

"Jangan gitu pak, kemarin ada yang bilang gitu ke saya. Eh besoknya dia yang di panggil tuhan," ucap Kalingga membuat pak Tarso melotot.

"Saya geser umur kamu biar di panggil Tuhan duluan," ujar pak Tarso.

"Emang bisa pak? Enggak berat geser umur sendirian?" kata kalingga membuat teman yang disampingnya tertawa.

Mahen tidak tahan menahan tawanya sampai cowok itu memukul lengan tangan Firza. "Bapak bisa dong berarti geser dia supaya jadi jodoh saya," ujar Mahen pada pak Tarso sambil menaik turunkan alisnya.

Pak tarso tak ingin menjadi sasaran bercandaan lagi hari ini. "Sudah-sudah, dari pada kalian petantang-petenteng di sana. Lebih baik kutip sampah ini," ujar pak Tarso menunjuk sampah-sampah yang berserakan di taman.

Firza mendesah. "Bapak enggak asik," ujar Firza mengeratkan tas pada genggamannya.

"Karna saya bukan Ayu Ting-Ting," jawab pak Tarso.

"Kenapa harus kami pak kalo bisa yang lain," ujar Kalingga menaikan sebelah alisnya.

"Karna kalian bisa makannya saya enggak suruh orang lain," jawab pak Tarso.

"Justru kami bisa, yang lain juga harus bisa pak," protes Kalingga.

"Kalo semuanya bisa kenapa eggak semuanya aja suruh ngutip sampah? Ya enggak?" kali ini Mahen yang berujar.

"Hooh, biar adil pak," firza menganggukkan kepala menyetujui ucapan Mahen.

"Seperti bunyi pancasila yang ke lima, keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia," kata Kalingga membacakan bunyi pancasila.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 14, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Between Love And Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang