Suatu malam di Kota Roselei, sebuah mobil berwarna hitam melaju dengan cepat melewati jalanan di dekat pantai. Si pengemudi sesekali menatap ke kaca spion, tampaknya sedang memastikan jika tak ada mobil lain yang mengikutinya. Ketika sampai di persimpangan, mobil itu mengambil jalur ke arah kanan menuju ke pusat kota. Sedikit mengurangi kecepatan, si pengemudi masih tak mengendurkan pengawasannya melalui kaca spion. Saat berhenti karena dihadang lampu merah, si pengemudi mengedarkan pandangannya ke arah sekitar.
"Snowman, kamera pengawasnya!"
Nada datar namun sarat akan perintah itu membuat seseorang di seberang sana, yang terhubung dengan si pengemudi lewat saluran dari alat kecil yang dipasang di telinganya, berdecih sebal.
"Tch. Sudah kulakukan sejak tadi, Candy sialan! Cepat pergi sebelum kameranya kembali aktif."
Tepat setelah itu, lampu lalu lintas berubah menjadi hijau dan tanpa pikir panjang si pengemudi menginjak gas menuju tempat yang aman untuknya. Mobil itu memasuki basement sebuah hotel di pusat kota. Si pengemudi keluar tanpa khawatir dengan kamera pengawas yang terpasang di parkiran basement itu.
Seorang pemuda berpakaian serba hitam, juga memakai masker, topi dan sarung tangan hitam itu keluar dari mobil. Ia berjalan menuju pintu yang hanya bisa dimasuki oleh dirinya dan kelompoknya. Pintu itu terhubung langsung dengan bagian belakang hotel, dimana seorang pegawai sudah menunggunya di sana.
"Kami sudah menyiapkan pakaian untukmu, Tuan" ujar si pegawai sambil menyodorkan sesuatu.
Pemuda itu menerima sebuah kartu yang diberikan oleh si pegawai, yang merupakan kunci dari ruangan yang akan ia tuju. Ia lepas sarung tangan, topi, dan jaketnya yang menjadi saksi dirinya melakukan misi malam ini. Lalu ia berikan pada si pegawai.
"Laporkan pada markas pusat. Misi selesai dan aku akan kembali besok pagi."
Usai mengatakan itu, si pemuda berlalu menuju ke lift. Namun baru dua langkah, ia berbalik badan.
"Hei, kau" panggilnya membuat di pegawai itu mendadak membeku.
"Musnahkan barang-barang itu. Kau pasti tahu apa yang akan terjadi padamu dan keluargamu jika kau berkhianat," ujar si pemuda penuh ancaman.
Si pegawai berbalik badan menunjukkan wajahnya yang ketakutan, lalu mengangguk samar.
Pemuda itu berjalan menyusuri koridor lantai sembilan, lalu masuk ke dalam sebuah kamar. Hal pertama yang ia lakukan adalah masuk ke dalam kamar mandi. Ia lepas masker yang sedari tadi menutupi sebagian wajahnya dan segera ia basuh wajah yang tampak lelah itu.
Pantulan wajahnya di cermin membuatnya mencengkram pinggiran wastafel. Tatapan benci, muak dan jijik bercampur menjadi satu. Menatap wajah si pembunuh.
.
.
.
Pagi hari tiba, mentari mulai memunculkan sinarnya. Namun sinar yang menyelinap ke dalam jendela kamar membuat kesal seorang pemuda. Dia berguling menempel dinding, menghindari pancaran sinar matahari yang langsung mengenai wajahnya.
"Sialan, aku masih ingin tidur," gumamnya setengah kesal dengan kedua mata masih terpejam.
Sayangnya ponsel milik pemuda itu justru berdering dengan keras, seolah bersekongkol dengan sang raja siang untuk membangunkannya. Tanpa melihat siapa si penelpon, pemuda itu menekan tombol berwarna hijau di layar.
"Cepat bangun atau kubunuh kucing kesayanganmu, Park Jimin."
Pemuda Park itu mengerang kesal, "Sialan kau, Kim Taehyung!" teriaknya kesal lalu menutup panggilan sepihak dan melempar ponselnya asal. Beruntung masih jatuh di atas kasur sehingga tak rusak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Set Me Free (Ebook Project)
FanfictionKim Taehyung adalah penjahat yang paling diincar di seluruh negeri. Keahliannya telah diakui. Namun ada satu hal yang ia inginkan sebelum mati. Bagai burung yang bisa terbang kesana kemari. Lepas dari kurungan besi. Tak lagi diperintah sesuka hati...