1. DikSa

9.8K 1.1K 1.1K
                                    

Sebelum membaca, pastikan kamu meninggalkan jejak di sini👉🏻

•NeverEnding•

Happy Reading
.
.
.

Seorang gadis menatap lesu pemandangan di depannya. Masih tak percaya jika ia harus menghabiskan sisa harinya di tempat ini, bersama deretan rak buku yang tersusun rapi. Sembari menghela napas pasrah, gadis itu akhirnya melangkahkan kakinya dengan gontai, menyusuri rak buku tersebut.

Alysha Kinara Maharani, mahasiswi semester 2, Ilmu Komunikasi. Jurusan yang sebelumnya tidak pernah ia minati sama sekali. Tapi pada akhirnya, ia hanya bisa pasrah ketika dirinya terdampar di tempat itu untuk beberapa tahun ke depan. Berawal dari dirinya yang tidak mempunyai tujuan, akhirnya ia memutuskan untuk mengikuti kemanapun Hana— sahabatnya, mendaftar. Dengan harapan, ia bisa terus bersama teman baiknya itu.

Namun, takdir memang tidak bisa diprediksi. Mereka berdua diterima di universitas yang sama. Namun sialnya, dengan fakultas yang berbeda.

Alysha yang pada saat itu benar-benar clueless tentang apa yang menjadi tujuan hidupnya dan apa yang ingin ia lakukan di masa depan, hanya pasrah menerima kenyataan. Jika ia ingin mundur sekalipun, dirinya tak tau ke mana lagi ia harus pergi. Tidak ada jalan lain, kecuali menerima dan menjalani semua dengan apa adanya. Biarkan waktu yang membuat Alysha terbiasa.

Aneh? Memang. Akan tetapi, Alysha melakukan itu semata-mata karena dirinya sudah merasa kehilangan arah, sejak duduk di bangku SMA. Impian yang sudah ia targetkan sejak lama, harus ia hempas dan buang begitu saja. Apa boleh dikata, dirinya tidak bisa mengendalikan takdir. Masa depan terlalu sulit untuk diprediksi.

Padahal mimpinya cukup sederhana. Sama seperti wanita kebanyakan, Alysha kecil pernah bermimpi menjadi seorang Pramugari. Terbang dari satu kota ke kota yang lain. Dari satu negara ke negara lain. Ditambah dengan jiwa penjelajah dalam dirinya, membuat gadis itu semakin yakin untuk meraih impiannya tersebut. Namun, karena suatu kejadian tak disangka-sangka, hidupnya berubah total dalam sekejap mata. Berkat seorang lelaki bernama, Dika. Salah satu teman semasa sekolahnya yang tiba-tiba merangkak masuk ke kehidupan Alysha dan menjadi bagian penting dalam perjalanan hidupnya.

.
.
.

Pemandangan indah Ibukota yang tersaji di depan mata tak lantas membuat pikiran Alysha menjadi tenang. Nyatanya, Laptop dan buku di hadapannya justru lebih menyita seluruh atensi gadis itu. Heran, mengapa orang-orang memilih perpustakaan kota sebagai tempat paling nyaman untuk mengerjakan tugas-tugas yang memuakkan ini. Bagi Alysha, seindah dan senyaman apapun tempat tersebut, tetap tidak ada artinya jika ujung-ujungnya ia harus bergelut dengan tumpukkan kertas berjilid tebal ini.

Terhitung sudah 2 jam lebih Alysha duduk dan berkutat dengan laptopnya. Pandangannya tak pernah lepas dari layar berukuran 14 inci dan sebuah buku tebal di sampingnya. Bahkan, ia tak sadar jika ruangan yang tadinya ramai kini mulai menyepi, dikarenakan waktu sudah mendekati batas operasional. Jika bukan karena ponselnya yang berdering, mungkin Alysha masih terhanyut bersama tugasnya.

Es Batu
Gue di depan

Mata Alysha membola saat membaca pesan singkat tersebut. Matanya segera bergulir melihat jam di ponselnya. Bisa gawat jika ia membuat sang pengirim pesan itu menunggu. Setelah memastikan tugasnya tersimpan dengan aman, ia langsung menutup laptopnya begitu saja. Tanpa peduli apakah benda itu sudah dimatikan dengan benar atau tidak. Mengemasi barang-barangnya dengan cepat, dan segera bergegas turun ke lantai bawah.

Dari kejauhan, ia sudah bisa melihat seorang laki-laki yang tengah duduk manis di atas sebuah motor. Menatap tajam ke arahnya, bagai pemburu yang sedang mengintai setiap pergerakan targetnya. Berlebihan memang, tapi Alysha tak punya perumpamaan lain yang lebih tepat untuk menjelaskannya.

Neverending Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang