Fate brings people together no matter how far apart they may be
Chinese proverb
Kota Changyu penuh dengan rumah-rumah bergaya kuno yang artistik. Pada pagi buta di suatu hari di awal musim semi yang indah. Kota itu masih tidur. Rumah-rumah berkelompok menahan angin dingin yang menggigil.
Setengah tertidur dan setengah sadar, Xiao Zhan membuka mata. Dia masih bersandar lelah di jok belakang sebuah mobil hitam yang berkilau terkena tetesan embun pagi. Mobil itu tiba di ujung jalan besar dan berbelok ke sebuah jalan yang lebih kecil. Di sepanjang sisinya adalah hamparan rumput yang dibatasi dengan semak-semak bunga yang ditata rapi dan barisan pohon-pohon cemara.
Dia tiba di depan sebuah gerbang tinggi yang dijaga seorang pria yang membuka gerbang itu dengan sedikit terkantuk-kantuk setelah memperhatikan dengan waspada supir yang mengemudi dan penumpang di dalamnya.
Mobil itu memasuki halaman mansion yang luas, rumah besar yang berdiri kokoh, anggun dan nampak angker di atas lahan seluas seribu lima ratus meter persegi dan terdiri dari tiga lantai. Dikelilingi taman-taman luas, kolam air mancur dan kolam renang, serta pagar tinggi.
Xiao Zhan keluar dari mobilnya setelah si supir tergesa-gesa membukakan pintu. Dia melangkah keluar ke udara pagi yang dingin. Merapatkan mantel panjangnya untuk menahan terpaan angin. Xiao Zhan mengawasi rumah di depannya, lalu memutar pandang ke taman-taman dan lapangan-lapangan rumput di kejauhan.
Hari itu hari minggu dan ia mendengar suara lonceng-lonceng kuil berdentangan menggema di suasana pagi yang tenang. Dia mengingat-ingat apakah di sekitar sini ada kuil terdekat. Supir dan seorang penjaga kebun membantu mengeluarkan barang-barangnya. Beberapa tas ukuran sedang dan dua koper besar.
Dia berjalan cepat-cepat menyusuri jalan kecil berbatu-batu yang melintasi taman bunga. Kemudian ia tiba di depan pintu tinggi gelap dan berukir. Dia menekan bel, lantas menunggu dengan ekspresi acuh dan tidak sabar.
🎻🎻🎻
Erika adalah seorang wanita berdarah campuran Inggris dan China, yang masih keturunan bangsawan. Menikah dengan seorang pengusaha anggur terkaya di kota itu, tuan besar Wang Kai, sehingga ia biasa disapa dengan sebutan nyonya Wang, berusia hampir lima puluh tahun, memiliki keanggunan dan kecantikan yang unik. Suaminya, tuan besar Wang sudah meninggal dua belas tahun yang lalu. Wanita itu tersenyum lebar dan menyambut Xiao Zhan dengan gembira.
"Aku sangat merindukanmu," ujarnya, memeluk tubuh pemuda itu.
Xiao Zhan hanya menanggapi dengan senyuman tipis.
"Bagaimana kabarmu?" tanya Nyonya Wang.
"Sangat baik," jawab Xiao Zhan singkat.
Mereka duduk di sebuah sofa mewah di ruang utama.
"Kau menyelesaikan magistermu dengan nilai memuaskan, bukan?" tanya Nyonya Wang.
Xiao Zhan melengkungkan bibir tipisnya, nampak tidak antusias.
"Tentu. Itu empat tahun yang menyiksa. Kau tahu kalau aku lebih suka sekolah musik," raut wajahnya dihiasi guratan hampa.
"Kau sudah membuang waktu tiga tahun yang berharga untuk sekolah musik," komentar Nyonya Wang.
Xiao Zhan hanya mengangguk.
"Sekarang, karena kau sudah meraih gelar master, sudah waktunya belajar mengelola perusahaan. Kau harus mengambil alih perusahaan keluarga kita dari paman Jiang. Dia sudah lelah, sudah waktunya pensiun."
Xiao Zhan melemparkan tatapan memprotes. "Aku baru sampai. Jangan bicarakan hal ini dulu."
Dia bangkit dari duduknya dan berjalan menaiki sebuah tangga berukir yang melingkar di sudut kanan ruangan besar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romance in F
FanfictionSetelah sekian lama berjuang demi impian menjadi pemain musik terkenal, satu panggilan pulang dari sang ibu seolah menjadi akhir dari mimpinya. Xiao Zhan diminta kembali ke kampung halaman untuk menjalankan bisnis perusahaan penghasil minuman anggur...