Dia, selalu terpikat pada paras ayunya. Selalu tersihir pada setiap lengkungan sejajar dari bibir semerah buah ceri miliknya. Selalu dan akan selalu tidak pernah bosan menyebut serta membanggakan, mangagung-agungkan nama seseorang yang selalu menjadi candunya.
Jika memang boleh dan Tuhan menghendaki, ia ingin selalu terus bersamanya, menemani disetiap langkah demi langkah kakinya berjalan. Dia bahkan tidak pernah bosan memberikan bunga mawar merah padanya. Setiap hari, setiap pagi, setiap tepat pukul tujuh pagi.
Dengan senyum hangat yang selalu ia tunjukan setiap sang empu membuka pintu, dengan setangkai bunga mawar yang sudah berada tepat dihadapan wajah cantiknya, Jaehyun tidak pernah bosan mengabadikan setiap momen disetiap harinya, bahkan setiap detiknya. Jaehyun jatuh cinta telak pada kesempurnaan dan kekurangan yang dia miliki.
Senyum cerah jelas terpatri diwajah tampannya disertai dua lubang yang sangat ketara pada dua pipinya, "Pagiiiii." Ucapnya ceria, bermaksud memulai hari dengan sapaan riang yang ia berikan pada kecintaannya, dan jangan lupakan setangkai mawar yang selalu menjadi saksi bagaimana Jaehyun mencintai seseorang dihadapannya.
Ia tersenyum, "Pagi Jae," ucapnya, senyumnya manis sekali. Jaehyun saja jatuh berkali-kali pada senyum itu. "Harum seperti biasa, terimakasih."
"Mine, mau kuantar sampai mana hari ini?" Tanyanya.
"Berhenti memanggilku seperti itu Jae."
"Kenapa? Kan memang kau milikku."
Sang empu merotasikan bola matanya, "terserah kau saja lah."
Jaehyun tersenyum kembali, "jadi mau kemana?"
"Aku akan menemui Ten terlebih dahulu, ada hal yang ingin ku sampaikan padanya. Kau mau menunggu? Johnny ada disana." Jelasnya singkat.
"Siap, tanpa Johnny pun aku rela menunggumu. Mengikutimu. Mengawasimu. Menemanimu. Me__" omongannya terpotong saat lawan bicara meninggalkannya begitu saja, "ehh ehh mine, tunggu dulu."
Ia bergegas menyusul, dan berhasil mendahuluinya ketika akan membuka pintu mobil. "Silahkan masuk cintaku." Ucapnya kemudian disertai senyum.
Dalam perjalanan, senandung yang mereka ciptakan meramaikan kendaraan roda empat milik pengemudi. Mereka memiliki ketertarikan yang sama dalam hal musik bahkan dalam hal apapun.
Tangan yang selalu menggegam, seakan memperlihatkan betapa kokohnya keterikatan antara mereka. Jaehyun melihat kearahnya, saat ia juga menatap Jaehyun. Tersenyum sama-sama tulusnya.
"Mine, jadi milikku selamanya ya." Ucap Jaehyun lembut.
"Fokus menyetir Jae." Tegurnya.
"Kamu ih, diajak romantis susah amat." Omelnya kemudian, meski begitu tautan tangan itu tak terlepas sedikitpun.
Ia terkikik, merasa lucu jika Jaehyun sudah menunjukan muka cemberutnya itu. Ia selalu bersyukur, amat sangat. Memiliki Jaehyun di hidupnya, adalah suatu hal membahagiakan dalam hidupnya. Hampir seluruh kehidupannya diawali dengan Jung Jaehyun dan diakhiri dengan Jung Jaehyun.
Jaehyun itu, separuh kehidupannya.
"Iya." Ucapnya tiba-tiba.
"Apanya?" Jaehyun tampak bingung atas 'iya' yang ia ucapkan, lalu detik berikutnya senyum lebar ia tunjukkan.
"Menerimaku mine?" Ucapnya semangat.
Sang lawan bicara tampak bingung, "kau tidak bermaksud melamarku kan?" Ucapnya ragu.
"Wahh, kau tidak sabaran sekali. Baiklah-baiklah besok akan ku lamar." Ucap Jaehyun terikikik.
"Ihh! Jung Jaehyun." Tawa Jaehyun adalah penyebab dari wajah merah dari seseorang disampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Incredible. (Jaeyong Oneshoot)
Художественная прозаBanyak hal yang mereka dapat ceritakan pada dunia. . Oneshoot . Bxb