Raffa selalu pulang paling lambat seperti hari biasanya, namun hari ini nampaknya dirinya pulang benar-benar yang paling terlambat, berstatus sebagai ketua osis harus membuat dirinya harus menyelesaikan pekerjaan yang harus dia selesaikan.
Melirik jam tanganya yang menunjukkan jam hampir setengah sembilan malam. Sedikit terkekeh karena merasa dirinya terlalu memaksa untuk melakukan tugas-tugasnya dengan terlalu keras. Bahkan dia tak di gaji.
Menghela nafas sambil membereskan kertas-kertas berserakan di atas meja kerjanya. Memakai tas sekolah di belakang punggungnya, beranjak dari kursi dan berjalan membuka pintu ruang osis yang berada di samping ruang guru.
Suasana begitu sunyi, hanya ada suara angin yang berhembus lembut di telinganya seakan sedang membisikan sesuatu. Sayangnya Raffa lupa membawa hoodienya karena suhu saat itu cukup dingin.
Raffa merasa seperti sedang berada di sebuah film horor yang sering dia tonton di televisi-televisi. Namun pikiran itu cepat karena dia percaya semakin kita memikirkan mereka maka mereka akan semakin mendekat.
Terus berjalan menelusuri lorong sekolah Raffa mendengar sesuatu tapi dia hanya berjalan tak menghiraukan suara tersebut, namun semakin ia berjalan semakin terdengar jelas suara aneh tersebut. Setelah dia teliti semak-semak di depannya bergerak.
Pernah menonton film horror kan? Ada dimana si tokoh mendengar sesuatu, bukannya di jauhi malah didekati. Ya, Raffa benci tokoh yang seperti itu. Sangat bodoh pikirnya, karena kita tak tahu apa yang terjadi jika kita mendekat kearah suara tersebut.
Dengan doa Raffa melewati berlari kecil melewati semak bergerak itu dan akhirnya dia berhasil melewatinya. Lebay memang si Raffa tapi siapa juga yang gak takut.
Namun saat didekati semakin gerakan semak-semak nya semakin pelan. Rasa penasaran Raffa makin meningkat akan apa isi semak-semak tersebut, membukanya dengan perlahan. Dan didalam semak-semak itu hanyalah seekor..
Kucing.
Raffa terkekeh, yang membuat dirinya ketakutan tadi hanyalah seekor kucing hitam.
Kucing itu terlihat kurus, pasti tidak ada yang merawatnya, pikir Raffa. Diangkat nya kucing tersebut, namun aneh nya walaupun kucing itu lurus dan terbilang berukuran kecil dari ukuran kucing biasanya.
Berjalan di lorong sekolah yang remang-remang karena hanya ada beberapa lampu hidup dan memang hanya lampu-lampu itu saja yang bisa dihidupkan karena yang lainya sudah rusak, itupun jaraknya yang berjauhan.
Sesampainya di parkiran, Raffa memasukan kucing kedalam kardus yang ia temukan saat hendak ke parkiran. Kardus itu diletakkan di atas pijakan kaki motornya.
Saat motornya hendak mendekat pos, Raffa melihat Pak Benny si satpam sekolah sedang merokok membelakangi dirinya.
"Pak!" Panggilan Raffa. ang dipanggil hanya menoleh lalu membuang muka secepatnya.
"Saya tadi nemu kucing coklat, kurus! Ini ada yang ngerawat, gak Pak?"
Pak Benny hanya diam tak menjawab pertanyaannya. Raffa yang merasa aneh sekali bersuara.
"Gak ada, kan Pak?"
"..."
Masih tak menggubris pertanyaannya dan malah menyibukkan diri memainkan handphone miliknya.
Raffa merasa sedikit tersinggung dan canggung karena Bapak berumur limapuluhan itu tak menjawab pertanyaannya sama sekali. Namun ia hanya berpikir positif, mungkin dirinya punya kesalahan dengan Pak Benny.
"Y-ya sudah, Pak... saya pulang duluan... Assalamualaikum..."
Menghidupkan motornya dan lalu menjalankannya berjalan keluar gerbang sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blacky (Oneshoot)
HorrorSetiap sekolah punya urban legendnya sendiri-sendiri. Akankah kalian percaya dengan urban legend tersebut? Oneshoot horror story.