Suara angin terdengar dari koridor menuju ke perpustakaan sekolah. Saat ini hari sudah menunjukkan waktu akan segera gelap yaitu malam. Seorang cowok dengan tinggi 1,85 m tengah berada di dalam perpustakaan dari siang hari hanya untuk belajar, setelah lama membaca buku di perpustakaan itu membuat matanya lelah dan dia pun menutup buku yang sedari tadi dibacanya itu lalu pergi membawa buku tersebut untuk meminjamnya dan membawa pulang buku tersebut. Namun, saat akan keluar dari pintu perpustakaan menuju ke arah koridor, dia tidak sengaja bertubrukan dengan seseorang.
Brugh!
Saking kagetnya cowok itu hampir mencetak gol pelukan dengan sebuah dinding koridor, nasib orang yang dia tubruk jatuh ke lantai dengan lumayan keras. Namun saat dia ingin membantu orang jatuh itu dengan mengulurkan tangannya dan sedikit jongkok dikarenakan dia tinggi, tiba-tiba orang itu berdiri dan alhasil mereka kembali bertubrukan dengan skor dagu dia terhantam kepala orang tersebut dengan keras.
"Argh sialan, lo bisa nggak lain kali liat-liat kalo lari, hah?! Ini tu koridor bukan lapangan lomba lari" ucap cowok dengan nada marah yang tampak sedang memegang dagu dan sedikit meringis kesakitan karena kecelakaan kecil tadi. Rencananya cowok itu mau menolong orang yang jatuh di lantai tapi malah sebaliknya bukannya tertolong tapi dia yang menjadi tidak tertolong.
Cowok itu bernama Eliot Daniel Adiwijaya menatap tajam ke arah orang yang menabraknya yang masih terduduk di lantai. Tanpa berpikir lama rasa kesal cowok itu semakin meningkat ketika melihat orang yang menabraknya masih terduduk di lantai.
"Sss-s sorry, gua tadi buru-buru jadi nggak lihat kalau ada orang yang mau keluar dari perpustakaan, soalnya kan ini udah malam kkk-k kenapa masih di situ coba" ucap orang itu dengan gagap karena dia sedang ketakutan.
Orang yang masih terduduk di lantai dan dengan badan gemetar karena ketakutan itu dengan mengumpulkan semua keberaniannya dia mencoba mendongak menatap cowok yang ditubruknya itu. Ia adalah Sanindra Adelia Georilif, seorang siswa biasa yang sering mendapatkan perlakuan tidak adil oleh teman sekelasnya yang mengakibatkan dia pindah sekolah empat kali dan ini kali terakhir dia pindah sekolah, cewek ini akan menjadi teman sekelas Eliot.
"Yaelah hari gini emangnya siswa nggak boleh belajar sampe malem di perpustakaan sekolah apa? Terus lagi lo ngapain buru-buru segala ini kan udah malem mau kemana lo? Eh, tapi itu bukan urusan gua sih lo mau kemana saja terserah tapi kalo jalan jangan sampe ngantuk" jawab Eliot Daniel dengan nada datar tapi dengan ekspresi muka males menanggapi."Anu... gua nggak ngantuk, tadi cuma--" ucap cewek itu dipotong cepat oleh Eliot.
"Cuma apaan,hah?! Cuma merem bentar doang begitu" Eliot menghela nafas lalu mengarahkan kepalanya ke arah lain sambil tersenyum sinis. Cewek itu berusaha berdiri dan dia langsung menjabat tangan Eliot.
"Em.. Gua tahu kalo gua salah jadi sorry gua nggak sengaja nubruk lo tadi, gua buru-buru masalahnya sampai sini dulu nanti--" belum selesai menjelaskan ucapannya sudah dipotong oleh Eliot dan dia segera melepas jabatan tangan itu.
"Halah udahlah gua udah nggak mau berurusan sama lo, jadi masalah kita kelar sampai disini" setelah itu Eliot pergi meninggalkan cewek tersebut, langkahnya terhenti sebentar dan dia berbalik ke belakang,
"Oh iya,sebisa mungkin jangan pernah gua ketemu sama lo" lalu cowok itu segera melangkah pergi, meninggalkan Adelia yang tengah masih terkejut dengan suasana yang sedang terjadi, dia bingung sekaligus kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIEL
Teen Fiction"Kutub Utara SMA AURORA". Itulah julukan untuk teman Ketua OSIS yang merupakan idaman semua orang, wajahnya yang dingin tetapi mempunyai ciri khas tersendiri. Namanya Eliot Daniel Adiwijaya, cowok blasteran Indonesia-Korea Selatan yang populer di se...