BAB 1 TETANGGA GANTENG

66 4 0
                                    

"Bu, itu tetangga baru?" tanya Olin. Sambil menunjuk rumah yang besar di sebelah rumahnya.

Wanita itu menatap rumah sebelah yang sudah di tempati kemarin lalu.

"Iya, nanti kita coba mampir."

"Ganteng gak Bu?" Olin cengengesan.

Sekar menggeleng kepala, mendengar pertanyaan dari anak nya ini. 

"Ya udah, kita samperin aja."

Olin melotot. "ibu, Olin malu tau."

Olin melongo melihat ibu nya yang sudah berjalan terlebih dahulu. Lalu ia menyusul nya dengan berlari kecil.

"Assalamualaikum," Sekar menyapanya dengan ramah.

Perempuan itu tersenyum, "waalaikum salam."

"Ibu baru pindahan kemarin ya?" Sekar bertanya di balas anggukan oleh perempuan itu.

"Silahkan masuk," 

Olin mengekorinya dari belakang, ia tidak pernah bertamu, untung saja bersama ibu nya.

"Nama ibu siapa? Saya Sekar."

"Saya Ratna, kalau ini siapa?" Dia menunjuk Olin yang tengah menatapnya malu.

"Oh, ini anak saya, Olin."

Olin merasa risi, perempuan itu melihatnya dari atas sampai bawah.

"Cantik. Masih sekolah?"

Olin tersenyum. "Masih tante, tapi sebentar lagi lulus."

Ratna tersenyum menanggapi ucapan Olin.

"Saya panggilkan dulu, anak saya. Maklum dia pemalu."

Lama menunggu, Olin tidak tahan ingin pulang, berniat bertamu sebentar, kenapa malah kepanjangan seperti ini.

Olin terpaku melihat ketampanan laki-laki yang kini tengah berjalan menghampiri nya, tubuh nya yang menjulang tinggi, kulitnya putih, hidungnya yang mancung. Sangat sempurna.

"Ini anak ibu? Wah! Ganteng sekali." Olin melirik ibu nya, yang terpesona melihat ketampanan laki-laki itu.

"Ini tante Sekar, kalau yang ini, Olin namanya." Ratna menjelaskan kepada anaknya.

Laki-laki itu hanya diam tidak memperdulikan ucapan mama nya.

"Om, namanya siapa?" tanya olin sambil tersenyum lebar.

Laki-laki itu mengernyitkan dahinya. Om? Memangnya dia seperti om-om, dasar bocah.

Sekar menyenggol lengan anaknya. "Olin! Jangan panggil dia om, liat wajah nya aja masih mulus gitu."

"Memangnya harus panggil apa? Dari wajahnya aja udah berumur." Bisik Olin, yang masih terdengar oleh laki-laki di hadapannya ini.

Dia berusaha untuk sabar, menahan gejolak di dadanya, tidak terima atas ucapan gadis itu.

"Namanya, Askara." Bukan dia yang menjawab tapi mama nya.

"Udah nikah?" tanya Sekar.

Kini Ratna diam, begitupun dengan Askara. Ratna malu anak bujangnya belum menikah, sedangkan laki-laki itu biasa saja dengan pertanyaan ibu Sekar.

"Dia belum menikah." Jawab Ratna dengan nada kesal.

"Maaf ya, kirain udah nikah." Sekar merasa tak enak hati.

"Ma, Askara berangkat ke kantor." Sambil mencium punggung tangan mama nya.

Olin menganga mendengar suara serak laki-laki itu, terdengar sangat sexi.

"Kamu ini, ngobrol dulu sebentar." Omel Ratna.

Askara tetap berjalan menuju parkiran, tidak mendengarkan omelan mama nya.

"Maaf banget, dia emang gitu."

"Datar banget ya, tan?" Kata Olin. Ratna hanya tersenyum tipis.

Tiba-tiba Olin membayangkan Askara menjadi suaminya, pasti sangat menyenangkan, apalagi di atas kasur. Eh 

Sekar menepuk bahu Olin. "Kamu melamun terus, ayo kita pulang."

Kini kami berpamitan. Tidak sia-sia berkunjung ke rumah sebelah, ada manfaatnya bagi kesehatan mata.

Olin senyum-senyum sendiri, ia harus mendapatkan laki-laki ganteng itu. Syukur-syukur kalau jadi suami, tidak usah capek-capek ia kuliah sambil kerja, kalau Askara jadi suaminya, bisa meringankan beban hidup.

***

Terimakasih sudah berkenan baca jangan lupa follow, like, komen dan follow ❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terimakasih sudah berkenan baca jangan lupa follow, like, komen dan follow ❤️


Menikahi Tetangga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang