*******
"Luten !!"
Ada ledakan keras dan tanahpun bergetar. Luten menoleh dan ia melihat ada kilatan api merah di belakangnya.
Keadaan benar-benar kacau. Suara hentakan, hantaman dan gemuruh ribuan pasukan berzirah benar-benar riuh tak terkendali.
Dinding Allium bergetar. Terlihat beberapa pasukan kini tengah datang lagi dari atas mereka. Bagaikan air hujan, mereka terjun bergantian dari puluhan armada kapal langit.
Pertempuran ini benar-benar kacau. Luten sekali lagi menyapukan pandangannya dan ia melihat bahwa rencana mereka untuk menyelamatkan beberapa anak pejuang Valcke yang saat ini di sandera oleh pemimpin pasukan inti Allium dengan menggempur benteng terluar sumbu adalah hal yang sangat bodoh.
Luten mundur beberapa langkah dan bahunya menghantam perisai seseorang di belakangnya. Luten spontan berbalik dan ingin menghunuskan pedangnya.
"Aku akan membuka portal," kata orang yang ada di belakangnya tersebut dan itu membuat Luten terkejut. Seketika itupun ia menghentikan niatnya.
"Freya ?" Katanya lirih.
Sosok perempuan berbaju zirah biru dengan membawa pedang dan perisai perak itu menatapnya.
Perempuan itu mempunyai mata sipit seperti seekor kucing, berambut perak di ikat panjang kebelakang. Ada lambang pedang dan mawar merah yang terlihat seperti sengaja di sayat agar lambang tersebut tersamarkan pada baju armor miliknya.
"Selamatkan sebanyak mungkin anak-anak di dalam," kata Freya seraya menghantamkan pedangnya beberapa kali kearah pasukan yang ada di belakang Luten.
"Akan kubuka jalan ke dimensi ketiga," kata Freya seraya menarik tangan Luten mendekat. "Apa kau dengar?!"
Luten bergidik. "Dimensi ketiga ? Tidak !!" Tolak Luten seraya menghantamkan pedangnya ke tanah. Dari retakan tersebut muncul aliran listrik yang dengan ganas memukul mundur beberapa pasukan hingga mereka tumbang.
"Apa kau gila ?" Kata Luten lagi. "Kirim mereka ke dimensi kelima. Para pejuang Valcke akan melindungi mereka."
Freya menggeleng keras. "Dan kau bermaksud untuk menggiring pasukan gila ini kesana ?! Tentu tidak !"
Freya diam dan menutup matanya. Ada hentakan energi keras dan perlahan seakan ada kabut putih transparan keluar dari tubuhnya.
Sedetik kemudian Freya terbang melesat zig zag dengan cepat kearah pasukan di sekelilingnya dan membuat mereka terlempar kemana-mana.
"Kukirim kalian ke dimensi ketiga," katanya setelah kembali. "Disana kalian bahkan tak akan terlihat oleh para 'manusia' kalian akan lebih aman."
"Kau pasti tahu, aku pernah hampir mati disana saat bencana Pangea," kata Luten bersikeras menolak.
Freya menggeram tampak kesal "Saat itu kau terlalu bodoh," katanya keras. "Sudahlah.. ini hanya akan membuang-buang waktu kalau kita terus berdebat."
Freya menatapnya jengkel. Ia menarik kerah baju Luten mendekat seraya bergumam tidak jelas.
"No.. No jangan bilang kau akan.."
Belum selesai Luten melanjutkan kata-katanya, tubuhnya seketika memudar dan tanpa bisa ia cegah, ia seakan jatuh terserap masuk kedalam tanah.
Sedetik kemudian ia merasa lututnya seperti menghantam sesuatu yang keras. Saat ia mengangkat kepalanya, ia melihat bahwa ia sekarang berada di lorong bungker dengan di terangi beberapa cahaya obor di setiap sisinya.
Bungker ini terlihat cukup tua. Tak biasanya bungker disana masih menggunakan penerangan tekonologi kuno seperti menggunakan api obor, apalagi ini di Allium. Ini benar-benar sangat janggal.
Allium adalah satu-satunya Sumbu paling maju dan pesat di Eldora. Pusat peradaban semua makhluk di dimensi ke ke enam yang menguasai tujuh lapisan dunia dengan beberapa Sumbu disana. Setiap lapisan tersebut disebut dengan Pilar. Sedangkan bagian-bagian dari Pilar tersebut disebut dengan Sumbu.
Jadi ini sangat mengherankan, apabila Allium masih menggunakan teknologi se kuno ini. Teknologi kuno dari nenek moyang mereka.
Telinga Luten berdenging.
"Cari mereka, mereka ada di ujung lorong."
Freya mengirimkan frekuensi abstrak kepadanya.
Luten bangkit dan dengan segera bergegas keujung lorong. Dan benar saja, disana ia melihat lima anak bangsa Valcke sedang di sandera di salah satu sel besi.
Terlihat mereka tampak kaget dan tidak menyangka akan kehadiran Luten.
"La..." teriak salah satu dari mereka.
Luten tersenyum menenangkan. " Jangan bilang kalian menangis karena ketakutan," goda Luten kepada mereka saat mereka ingin menangis.
Mereka merengek dan benar-benar hampir menangis karenanya.
"Tenanglah, sebentar lagi kalian akan aman."
Luten kemudian diam seraya memejamkan matanya.
"Aku menemukannya, keluarkan kita sekarang!"
Luten berusaha menghubungi Freya. Dan tidak lama setelah itu, muncul pendaran cahaya berbentuk dua segitiga yang bergerak berputar di lantai bawah kelima anak-anak itu.
"Jangan takut, aku akan menyusul kalian," kata Luten menenangkan.
Dalam sekejap, kelima anak itupun hilang dari pandangan. Dan cahaya berbentuk dua segitiga itupun berganti muncul lagi di bawah Luten.
Saat Luten merasa ingin terjatuh dan berpindah ke dimensi ketiga, tiba-tiba saja ada seseorang yang muncul dan mencengkeramnya dengan erat.
Ia terhenyak dan kaget, dengan spontan ia ingin menebas leher orang itu sampai ia melihat bahwa seseorang yang ada di depannya adalah..
"Alea ?!"
Seorang gadis berusia Enam belas tahun berdiri di depannya. Ia terlihat sedang menatapnya dengan ketakutan dan juga berurai air mata.
Seseorang itu adalah 'manusia' bangsa penghuni dimensi ketiga. 'Manusia' dari asal muasal nenek moyang mereka. Nenek moyang bangsa Eldora.
*Buat kalian yang kepo tentang Spin-Off ini kalian bisa mampir juga ke
"Battle In Azura - The City Of Light" ya ..* See you next time 🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
La Luten
FantasyCinta beda kasta itu biasa, cinta beda usiapun juga biasa. Cinta beda keyakinan ⁉️ Walau mungkin itu tidak biasa, tapi aku yakin.. kalian pasti pernah mendengar atau beberapa kali melihatnya. Lalu bagaimana dengan Cinta beda dunia ⁉️ Beda Alam ⁉️...