"Teruntuk kamu yang pernah menjadi tintah dalam buku catatan hidupku.aku inggin bilang terima kasih"
" Liza. "Di dalam hidupku semua cerita dapat berakhir tanpa ada yang memintnya. karena, didalam sebuah cerita yang di hiasi oleh tintah akan habis pada waktunya. Seindah apapun tulisan, warna tintah, sampul buku, tidak ada yang menjamin itu akan berakhir seperti apa, seperti itu juga cerita hidup kita. Tak ada yang tau kita akan menjadi seperti apa dan bagaimana kedepannya hanya tuhan yang tau apa isi catatan hidup kita.
Tapi aku sudah cukup bersyukur telah di hadirkan dirimu sebagai pendamping ku pada saat ini, aku tak tau kapan engkau mulai menjadi tintah dalam bukuku. Jika boleh jujur aku sudah cukup nyaman hanya dengan kehadiran dirimu.
Jika memang diijinkan oleh Tuhan. Bolehkah, diri ini hanya selalu ingin dirimu tetap berada disisiku selamanya sekarang maupun nanti.seperti ini duduk bersama di bawah sinar rembulan malam yang di saksikan ribuan bintang menjadi saksi kemesraan kita.
"Rry, jika aku pergi.., apa yang akan kamu lakukan? " tanya pria dengan hoodie yang berwarna biru
"Mungkinkah hanya akan mengucapkan 'terimakasih' dan 'selamat tinggal Draco'" ucap pria yang lebih kecil, yang di panggil Harry
"Kenapa begitu? " tangan besar mengelus lembut wajah Harry
"Tidak ada yang tau, bagaimana kedepannya" jawab Harry, sambil memegang tangan Draco
"Hum, kamu benar Rry"
"Draco, jika aku sudah tidak ada" untuk sesaat suara Harry hilang entah kemana sampai ia siap untuk melanjutkannya kembali.
"Jangan lupakan aku yah.. " senyum Harry sebelum mata itu tertutup sempurna dan meninggalkan isakan tangis pemuda pirang.
"Aku tak akan melupakan mu Rry, aku iklas bila kamu sudah jauh" pelukan yang makin erat seakan tak ingin melepaskan, benar kata orang ucapan dan tindakan itu bertolak belakang.
Kekasih matahari adalah bulan walapun tak mungkin untuk terus bersama karena jarak dan perbedaan yang tak mungkin.
Draco tau itu, semua yang ada didunia ini tak ada yang abadi, rasa sayang, cinta, sedih, senang, kecewa, marah itu semua sementara, semua akan berubah pada waktunya.
Batu yang bertuliskan nama dengan ukiran yang dipahat kusus untuk orang yang sepesial tak dapat menutupi sang langit untuk tak bersedih bagi eseorang yang telah berpulang.
"Harry, dikehidupan berikutnya aku berharap kita akan bertemu lagi"
Draco tak menangis akan kepergian sang kekasih cukup sudah untuk terus bersedih, ia harus bangkit untuk berjuang dikehidupan ini agar kekasih tak bersedih.
"Rry, aku berusaha untuk tak berduka akan rasa ini tapi aku tak berjanji bila bendungan rasa ini bocor dan menumpahka airnya. " senyum yang Draco berikan sungguh sangat menawan apa bila ia baik tapi ia sedang berduka untuk dia.
"Draco, ayo pulang sayang"
"Beri waktu sepuluh menit dan aku akan menyusul"
"Baik mom akan menunggu"
"Rry, aku akan selalu menunggu dan menanti hingga kita bertemu kembali. Takdir ku hanya untuk mu tapi takdir ini belum dapat menemui mu."
Draco akan berjuang akan rasa ini walaupun tak bersama kekasih nya, ia akan tetap hidup sampai Tuhan memanggilnya untuk pulang.
"Ayo kita pulang mom"
"Ayo"
"Sayang dengarkan mom, jangan berlarut akan kesedihan karena Harry tak akan suka bila melihat Dray kesayangan nya ini berduka"
Senyuman penyemangat seorang ibu kepada sang anak sungguh ampuh untuk menjadi obat penenang.
"Baik mom, patut untuk di coba" dengan senyum simpul ia berucap demikian.
Setiap perjalanan tidak ada yang menyenangkan lagi, lalu lalang kendaraan, riuh suara kota tetap membuat rindu akan sosok sang kekasih.
Mau apa lagi tak akan ada yang berubah jika catatan itu sudah tertulis tidak akan ada yang bisa menghapus. Di hapus yah? Benar juga dihapus pun tetap berbekas tapi setidaknya membuat tulisan tersebut menjadi buram, tak apa jika harus di kurangkan walau pun ini sakit.
"Baik sayang, kita sudah sampai " tangan lembut sang ibu menyadarkan sang putra untuk bangun dari lamunan buatannya,
"Humm" suara yang dikeluarkan hanya ada rasa lelah didalamnya.
"Ingat jangan berlarut dan ini surat yang di berikan Harry kepada mom saat terakhir kali ia kemari, bukalah dikamar dan tuangkan isi hatimu di ruang privasimu sayang, mom akan selalu ada untuk mu, Paham"tangan itu sekali lagi terangkat untuk menenangkannya.
" Baik mom, aku kekamar dulu"
"Iya"
Kaki jenjang itu melangkah menaiki anak tangga satu persatu hingga tiba di lantai kedua di pintu paling ujung yang jauh dari anak tangga.
Tangga putih dan jari-jari lentik yang meraih gagang pintu kamar yang akan ia masuki saat sudah berada didalam , langsung saja tubuh tinggi dan kekar itu duduk diatas kasur sambil membuka selembar kertas dengan perlahan sampai kedua mata indah itu tertuju pada isi diatas kertas dengan tintah hitam dan ia kenal sekali bahwa tulisan itu adalah tulisan Harry.
Untuk Draco,tidak banyak yang ingin aku sampaikan di dalam kertas ini.Hanya saja aku ingin minta maaf,karema tak bisa menemanimu, hingga kita menua bersama, dan teruntuk kamu yang pernah menjadi tintah dalam buku catatan hidupku.Aku ingin bilang terimakasih. Karena kita bagaikan buku dan tintah ada batas dan masa dimana kita karena kita bagaikan buku dan tintah ada batas dan masa dimana kita masih bisa saling melengkapi seperti buku dan tintah, Draco jangan bersedih Oke, Aku akan melihatmu dari atas bila kau bersedih Aku juga akan sedih, bahagia lah Draco
I love you♡
Senyuman tulus diberikan Draco pada langit yang ada diluar jendela tak menghambat bahwa ada jarang di antara kedua insan ini.
"I love you too Harry"
TAMAT
Makasih yang mau baca cerita ini , yang dibuat dadakan ini dan juga jangan lupa vote loh.. Yah..
KAMU SEDANG MEMBACA
Teruntuk Kamu
Short StoryHanya berisi cerita pendek untuk mengisi waktu luang, jika ada yang tidak suka BxB tolong di lewatkan dari pada merusak mata yang tidak suka membaca BL