Bagian Pertama : Hujan

3.3K 227 42
                                    


Bagian Pertama : Hujan


Serenade Instrument – Guitar version


Hujan kembali mempertemukan kita. Dalam setiap rinainya yang bersenandung merdu, ada getar-getar masa lalu yang mencengkeram hatiku. Kita berdiri di tempat yang sama. Di bawah emperan toko dengan lalu-lalang kendaraan yang tak pernah ada matinya. Sore ini. Entah takdir yang begitu bersahabat dengan kita. Atau memang sebuah kebetulan saat harapan-harapan yang tak pernah kuncup, seketika mekar bersemi.


Aku diam. Dan kaupun bungkam. Kita berbisik melalui naluri hati. Berceloteh dalam rindu yang sudah lama mengisi ruangan kalbu. Tapi tahukah kamu? Cerita yang seharusnya bergulir, ingin kusampaikan lewat bahasa bibir. Seketika keberanian sirna. Hilang ditelan langit sore bergelung awan hitam. Tak ada jingga. Tak ada warna ceria. Hanya satu palet untuk menggambarkannya di atas sapuan kanvas putih. Hitam. Kelam. Dan suram. Sama seperti kisah kita di masa lalu.


Cinta....


Entah kemana perginya setelah berpisah.


Senyum...


Entah kemana merekahnya terbawa kesedihan.


Hingga bisik-bisik suara orang yang melintas di hadapan kita saat menerjang hujan, kembali membawa pikiran yang melanglang-buana pada kesadaran.


"Hai. Apa kabar?"


Itu kalimat pertamamu.


Suaramu masih seindah alunan lagu favoritku. Yang tak pernah bosan aku putar karena selalu menebarkan aroma kenangan yang nyatanya tak juga merangkak pergi dari sisiku.


"Cukup baik," jawabku.


Jantungku berdegup kencang hanya dengan menatap mata indahmu. Sorot beningnya, tak pernah bisa membuatku untuk berhenti mengagumimu. Bukan semata karena fisikmu. Tapi rasa cinta yang menganak-gunung, adalah hasil akumulasi dari semua kebaikan dan kehangatan yang pernah aku rangkum saat bersamamu. Dulu.


"Terjebak hujan, memang bukan hal yang mengasyikkan, ya?" ucapmu.


Aku mengangguk, membenarkan pernyataanmu tanpa suara.


"Hujan memang menyebalkan. Tapi kedatangannya tak pernah membuatku lelah untuk menunggu."


"Karena hujan, adalah element alam yang mampu menggelitik rasa sukamu, benarkan?" tanyamu.


Dan lagi-lagi aku mengangguk membenarkanmu.


"Di bawah hujan. Langkahku bisa bermain dengan kecipaknya."


"Di bawah hujan. Aku bisa menjadi tempat untuknya berteduh."


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 07, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rumah KacaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang