Chapter 1

20 2 3
                                    

   Pada suatu malam di suatu tempat yang sangat sepi, terdapat seorang wanita yang tak sadarkan diri akibat biusan dari seseorang yang berada didepannya. Orang tersebut berpakaian serba hitam kecuali sepatunya yang berwarna abu. Ia juga membawa beberapa pisau dan sebuah pistol yang ia simpan di pinggangnya. Sembari menunggu wanita yang tak sadarkan diri tersebut, ia mengasah sebuah pisau kecil yang dibawanya pada malam itu.

   Tak lama kemudian, wanita tersebut terbangun dan berteriak. Namun suara wanita tersebut tidak terlalu berisik akibat mulutnya yang terbungkam oleh kain yang tebal. Menyadari wanita tersebut sudah sadar, orang tersebut melepaskan kain yang berada pada mulut wanita tersebut.

"Jika ada yang ingin kamu tanyakan, aku beri 3 kesempatan untuk bertanya" ucap orang tersebut.

"Siapa kamu? Dimana aku? Dan mengapa kau membawaku kemari?" tanya wanita langsung.

"Biarkan aku menjawabnya satu persatu" ucap orang tersebut. "Pertama, kamu tidak perlu tahu siapa aku. Kedua, kamu berada di suatu tempat yang hanya diketahui olehku sendiri, yang bahkan tidak ada di maps. Ketiga atau lebih tepatnya terakhir, aku membawamu kemari karena aku hanya ingin bermain denganmu".

"Bermain apa maksudmu?" tanya korban.

"Nanti juga kamu akan tahu" jawab seseorang. "Bagaimana jika kita mulai permainannya?"

   Orang itu langsung memasang kembali kain ke mulut wanita tersebut sambil memegang pisau yang sudah ditajamkan tadi. Wanita tersebut mulai ketakutan karena memiliki firasat buruk tentang pisau tersebut. 'Jangan-jangan dia adalah pembunuh berantai yang sedang diincar oleh polisi sekarang?!' pikir wanita tersebut.

   Tetapi dia sudah terlambat menyadarinya karena pisaunya sudah mulai mencabik tubuhnya (meskipun ia sudah menyadarinya sejak awal, dia tidak akan dapat menghubungi polisi karena badannya lemas sebab suntikan bius dan juga hp nya terjatuh entah dimana). Si pembunuh sangat senang ketika ia mencabik tubuh si korban.

   Darah yang keluar dari tubuh korban mulai banyak sehingga sang korban pun mulai kehilangan kesadarannya dan akhirnya ia meninggal. Ketika si pembunuh sadar jika korban tersebut sudah meninggal, ia membakar jasadnya dan pergi dari tempat tersebut untuk menuju kerumahnya.

Saat sudah sampai di rumah

   Saat sudah sampai di rumah, ia segera membersihkan tubuhnya dan bersiap untuk tidur. Ketika ia hendak tidur, ia teringat bahwa ia akan mulai bersekolah kembali besok. Ia pun segera menyiapkan peralatan untuk sekolah besok. Tak lupa ia juga memasukkan sebuah pisau kecil yang berukuran seperti pisau dapur dan pistol untuk berjaga jaga. Setelah itu pun ia langsung pergi ke tempat tidur dan segera tidur.

Perkenalan

Hai... perkenalkan namaku Kanai Plorvis Alpheus. Aku berumur 17 tahun. Aku baru saja memulai bersekolah di Academy Veres kelas 11.

Kembali ke cerita

Besoknya saat pagi

   Kanai terbangun akibat jam weker yang sangat berisik yang ternyata menunjukan pukul 06.00 . Kanai pun langsung bersiap untuk pergi ke sekolah. Saat dia hendak mengambil tas terdengar teriakan seorang lelaki dari ruang tengah.

"Kanai cepat nanti kita bisa terlambat!" teriaknya. Dia adalah kakak ketiga Kanai yang bernama Ken Lorvis Alpheus. Dia juga bersekolah di Academy yang sama dengannya. Dia lumayan hebat, tetapi dia masih berada di bawahnya.

"Iya! Aku akan segera kesana" ucap Kanai yang sedang menutup kamar.

   Tak lama kemudian mereka berangkat sekolah menggunakan mobil yang dikendarai oleh Ken. Saat sudah sampai di koridor lantai 1, Ken mengantarkan Kanai sampai ke kelasnya yang berada di lantai 2. Setelah itu, Ken segera pergi ke kelasnya di lantai 3. Kanai langsung memasuki kelasnya dan mencari tempat duduk yang kosong dan duduk di tempat tersebut. Tak lama kemudian guru pun datang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Schools of KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang