Selesai membereskan semua, Hani berbaring di sofa ruang tamu rumah itu. Hari ini lumayan melelahkan...
Berdebar sepanjang hari karena Luis...Hani pun tertidur di sofa memikirkan segala kemungkinan di depan nya. Jay kuliah di luar negeri dan ia akan seperti kapal yang kehilangan nakhoda. Terombang ambing tanpa arah.
Menghadirkan Luis dalam hidupnya mungkin bisa jadi membuatnya bisa mengalihkan rasa sedihnya saat Jay pergi nanti. Setidaknya hanya seorang Luis yang bisa berpotensi menyaingi Jay di hatinya. Tak lama Hani pun tertidur setelah lelah memikirkan semua...
Jay keluar dari kamar mandi dan menemukan Hani yang sudah tertidur di sofa. Ia mendekat.. meneliti setiap wajah Hani yang begitu di hapal nya.
Bisakah makhluk imut ini selalu disisinya saja.....?
Ya, Jay memang tengah dilema. Ia dilema antara melanjutkan pendidikan di universitas impiannya di Inggris atau tetap di sini dekat dari Hani -nya. Tak terasa airmata menetes di pipi Jay.
Sebenarnya belakangan ini ia sungguh terbeban dengan ini. Ayahnya sebenarnya sudah menawarkan untuk mengikat hubungan dengan Hani dalam sebuah pertunangan. Tapi Jay tidak menyukai cara itu. Terkesan memaksa Hani. Ia tidak ingin Hani terbebani dengan hal itu. Karena bagaimana pun Hani pasti akan merasa berhutang budi pada ayah nya.
Jay ingin mendapatkan hati Hani karena memang cinta di antara keduanya. Ia akan menjadi sebaik mungkin hingga Hani tak punya alasan untuk menolak atau bahkan membandingkan dengan pria lain. Lagipula segala perhatian dan kasih yang ditunjukkan Jay, lambat laun Jay yakin Hani akan menyadari cintanya seiring bertambah usianya kelak.
Mungkin sekarang ia masih terlalu kecil untuk mengerti. Setidaknya Jay ingin setulus mungkin pada Hani. Ia akan membahagiakan Hani seumur hidup dengan jiwa dan raganya.
Jay menghapus airmatanya yang singkat. Jika sudah tidur begini Hani sangat nyenyak. Biasanya diangkat pun ia tidak akan sadar. Anak ini bahaya jika tertidur di luar. Bisa membuat dirinya dalam bahaya. Untung Jay punya iman yang kuat. Ia tau betul untuk menjaga Hani.
Tapi jika Hani sepeninggal nya malah berpacaran ... Apa nanti pacarnya bisa berpikiran sama dengannya.....?
Apa Hani bisa menjaga diri tanpa ada dia..?Jay merasa khawatir. Tentu saja tidak semua pria akan sebaik dan sesopan dia...
Jay mengangkat tubuh Hani dengan perlahan takut membangunkannya.
Lalu membawanya ke kamar tamu. Hani sudah biasa tidur disini. Bahkan Jay dengan serius menata interior kamar itu layaknya kamar seorang gadis. Hanya agar Hani betah dan sering tidur di sini. Serumah dengannya. Satu atap dengannya.Sensasi di pagi hari yang menyenangkan, membangunkan Hani.. melihat wajah bangun tidur nya dan suaranya yang lucu saat terbangun dari tidur .. Terkadang ia akan merajuk tidak mau sekolah...
Oh, serius gadis ini kelakuan nya masih seperti bocah TK..!Hani akan sangat manja padanya. Jika Hani sudah lebih dewasa ingin rasanya segera menikahinya agar Jay bisa sepenuhnya memanjakan Hani di pagi hari.
Jay menggeleng kan kepala nya mengusir pikiran kotornya...Kadangkala ia bisa begini jika dekat dengan Hani. Tapi Jay bisa menyembunyikan nya dengan baik.
Ia akan menunggu Hani cukup umur dan dia sukses. Agar Hani bangga mengakui nya sebagai calon suami nanti.Jay perlahan meletakkan tubuh Hani yg nyenyak di atas tempat tidur dan menyelimuti pahanya putih nya yang tersingkap. Jay menelan ludahnya gugup. Nanti ia akan mengajari Hani untuk tidak pakai pakaian pendek seperti ini. Kulitnya yang putih itu terlihat sangat halus. Bahaya bagi mata pria yang melihatnya.
Jay meringis. Ia pasti akan sangat protektif dan pencemburu jika sudah menikah. Ingin rasanya mengecup pipi nya. Tapi Jay tidak ingin terkesan mengambil kesempatan saat Hani tidur begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
a Love to Revenge
Teen FictionJeno menyempatkan dirinya berkaca di cermin kamar mandi itu. Seolah meneliti apa sudah cukup tampan dia malam ini .. Seperti sudah tahu, bayangan menyerupai dirinya itu muncul dengan seringai mengejek nya yang khas di hadapannya..... Sangat menyebal...