3

17 0 0
                                    

Sekarang hari sabtu dan otomatis ini adalah harinya gue, hari kemerdekaan seorang Titania. Gue nggak mau bangun dari tempat tidur, gue mau makan diatas tempat tidur, ngebaca novel kesukaan  gue diatas tempat tidur dan yang terakhir gue nggak mau mandi seharian , mandinya ntar aja pas mau magrib. Uhhh hidup gue rasanya surga banget.


Ting tong...

Tolong... gue baru aja nyusun jadwal yang menyenangkan tolong jangan ganggu hidup gue setan.


Ting... tong...

Oh Tuhan cobaan apalagi sekarang.


"biiii... bukain pintunya dong"

"bi sumiii.... mama....."


Jangan bilang kalau mereka kepasarnya berjamaah, karena pasti mang Jajang ikutan yang berarti cuma gue satu-satunya orang yang tinggal dirumah ini. huaaaaaaaa!

Ting.. tong....


"iya iya bentar, nggak sabaran amat sih jadi orang"

"hoamm... nyari siapa ya? mama lagi pergi kepasar, ntar aja balik lagi"


Cewek itu asik ngeliat kebawa seakan enggan membuka full matanya dan malas melayani tamu yang datang, ya dia cewek bar-bar yang waktu itu datang kedapur kafe gue sambil marah-marah.


"hem"

"mama lagi pergi pak, ntar aja ya datang lagi. Bye"

Ini beneran cewek yang kemarin datang ke kafe gue bukan sih? Kok makin nggak sopan aja ni orang, main mau tutup pintu aja lagi.

"apaan ni pegang-pegang!"

"elo!"

"saya kesini pengen ketemu sama kamu"

"ngapain? Mau marah-marah balek? Masih nggak terima dengan sikap gue kemarin ha?"

Ternyata orang yang gue pikir tamu tadi adalah 'setan'. Ups.

"saya tau apa yang ada didalam otakmu sekarang ini, saya manusia bukan 'setan'"

"loe cenayang ya?"

"hem. Saya kesini pengen minta maaf atas nama pegawai saya kemarin, yang udah nabrak sahabat kamu sampe ngebuat kamu kelabakan dan nyaris mati"

"sotoy loe"

"saya nggak sok tau tapi kamu yang kemarin bilang begitu ke saya dan saya juga liat kamu nangis waktu keluar ruangan saya"

"jangan buang-buang waktu gue deh" sebenarnya gue malu banget karena ketahuan cengeng didepan makhluk yang baru gue kenal ini. eh bukan kenal juga sih, makhluk halus maksudnya.

"kamu udah siap ngehina saya?"

"idih siapa yang ngehina elo"

"saya sudah menegur dan memberi hukuman pada pegawai saya itu, tapi maaf saya nggak bisa menuhin permintaan kamu supaya saya memecat dia. rasanya itu terlalu berlebihan karena pegawai saya itupun sangat merasa bersalah dan tidak sengaja melakukannya"

"terus?"


Seandainya orang yang didepan gue sekarang bukan cewek, mungkin sekarang gue udah bergelung dilantai karena nggak tahan pengen nonjok muka songongnya itu. untungnya gue bisa ngendaliin emosi dengan berekspresi datar seakan gue baik-baik aja dengan sikap nggak sopannya itu. Mungkin lain kali gue harus lebih kuat lagi menahan rasa bersalah ke orang lain karena belum tentu usaha gue diterima, contohnya kayak sekarang.

I hope we lastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang