07

116K 5.1K 32
                                    

BAB VII

Flavia POV

Aku melihat kesekeliling ku, pohon-pohon terbakar, darah menutupi tanah, dan aku melihat sosok dipangkuan ku, Ibu, aku menatapnya, ia tersenyum kearahku, tanganya bergetar menyetuh pipiku, dengan darah ditangannya, ia terbatuk, memuntahkan darah.

"Kau harus membantunya, kau harus menerimanya, ia yang akan membantu mu." Kata Ibu, aku mengerutkan dahiku, sepersekian detik kemudian semua menjadi gelap, Ibu tidak lagi berada di pangkuanku, dan hanya ada satu hal yang menerangi ku,

Cahaya bulan.

Aku membuka mataku dan mendapati Julius menatapku dengan khawatir, tanganya meremas pundakku.

"Kau berteriak dan meronta, aku harus menahan lenganmu, sehingga kau tidak menyakiti dirimu sendiri, kau membuatku khawatir." Jelas Julius, aku menatapnya dan memelukknya.

Dengan sigap ia membalas pelukan ku, ia merebahkan tubuh kami, sehingga aku merasa lebihnyaman.

"Ingin membicarakannya?" Tanyanya dan aku menggeleng, aku tidak ingin menceritakannya saat aku seperti ini, aku akan memberitahunya, tetapi saat aku siap, tidak sekarang.

"Aku berharap ini tidak terjadi." Katanya, aku memeluknya lebih erat dan menaruh wajahku didadanya, aku mendengarkan suara detak jantungnya, hingga aku merasakan mataku tertutup dan terlelap.

***

Aku berjalan kearah dapur, aku tidak menemukan Julius saat aku terbangun, aku mengehala napas, aku berharap ia ada disana tetapi sepertinya karena ia tidak sempat membahas apa yang terjadi kemarin, maka ia melakukannya saat pagi-pagi buta.

Didapur aku menemukan seorang wanita berusia sekita 50 tahun, ia merbalik kearahku dan tersenyum, ia terlihat seperti wanita paruh baya yang dapat memebrimu makanan hingga haku tidak dapat lagi menampung makanan itu.

Aku membalas senyumannya dan duduk di bangku meja dapur, dan memperhatikannya memasak.

"Um, aku tidak melihat mu kemarin?" kataku lebih terdengar seperti pertanyaan, ia terkekeh.

"Alpha memanggilku untuk menemanimu, dan menyiapkanmu sarapan." Jelasnya dan aku mengangguk.

"Maaf aku mengganggu hari mu." Kataku dan ia tersenyum kearahku.

"Tidak perlu meminta maaf, aku senang dapat menemani mu, Luna, lagi pula aku memiliki putri seusia mu." Jelasnya.

"Panggil aku Flavia, dan kau? Aku belum tahu namamu." Kataku sambil tersenyum.

"Zoin." Balasnya dan aku menagngguk.

"Putrimu, dimana ia sekarang, apa ia bersama mu?" aku bertanya dan ia menggeleng.

"Ia sedang melakukan studinya di dunia manusia." Jelasnya dan mataku membulat, ia melanjutkan studinya didunia manusia? Oh astaga, pasti sangat menyenangkan dapat studi didunia manusia.

Zoin meletakan sarapan ku di hadapanku dan aku dengan senang menyantapnya.

"Terimakasih untuk sarapannya, dimana Julius?" tanyaku.

"Sama sama Flavia, dan Alpha sedang berada dipenjara." Jelasnya dan aku mengangguk.

"Luna, sebaiknya kau tidak kesana." Kata Zoin tetapi aku mengacuhkannya dan tetap berjalan mengikuti aroma dari Julius.

Aku melihat penjaga penjara, mereka menunduk kearahku dan membiarkan aku masuk, astaga, semudah ini mereka membiarkan aku masuk? Atau mereka hanya tidak inginmempertanyakan Lunanya?

Aku kembali mengikuti aroma tubuh Julius, hingga aku melihat Julius berdiri didepan tiga Rogue, aku menoleh kesamping mereka dan melihat seorang anak kecil menangis melihat ketiga Rogue yang terluka parah.

Aku berlari menuju para Rogue dan melihat sekujur tubuhnya, Julius menarikku, aku tahu itu Julius, karena aku merasakan percikan-percikan saat ia menyentuhku.

"Mereka dapat melukai mu!" geramnya, aku memanatpnya tidak percaya.

"Lihat mereka, bagaimana mereka dapat melukaiku?" desisku.

"Dan lihat anak kecil itu, kalian bahkan tidak menutup mata anak itu!" geramku.

"Apa yang sebenarnya mereka lakukan, sehingga kalian melakukan ini?" tanya ku.

"Ini bukanlah urusanmu, Flavia." Katanya.

"Oh ya? Kau menyiksa satu keluarga, satu keluarga Julius! Apa kau memikirkan apa yang akan terjadi kepada anak itu? Saat ia dewasa nanti ia hanya akan merasakan benci terhadap mu! Jika aku dapat mencegah apa yang kau lakukan terhadapku untuk orang lain, maka akan aku lakukan." Kataku.

"Apa yang aku lakukan?" tanyanya, tubuhku bergetar dengan amarah.

"Kau membuatku kehilangan Ibuku!" bentakku.

"Kau menghancurkan kawananku, merenggut semuanya dariku!" imbuhku, wajahnya mengeras.

"Aku membantu Alpha mu, apakah itu termasuk menghancurkan? Disaat aku membantu kawanan mu melawan kawanan serigala liar itu?" tanyanya, mataku membuat, suaranya berat dan menekan.

Ia membantu Alphaku? Membantu kawanan ku? Selama ini aku menyalahkannya atas apa yang ia sebenarnya tidak perbuat, aku tertegun, tidak dapat menagatkan apapun.

"Grek, bawa Flavia kerumahnya." Titah Julius, aku masih tertegun, aku menatap kearah Julius, ia menatapku keras, aku merasakan nyeri didadaku, ia menatapku kecewa, dan aku tidak bisa berkata apapun.

Aku menatap pintu rumah didepanku, saat aku ingin membukanya, suara Grek menyadarkanku.

"Itu benar Luna, kami membantu, bukan menyerang." Katanya aku merasakan rasa kecewa dan sedih yang terpancara dari Grek, aku merasa sangat modoh, tetapi apa yang bisa aku pikirkan lagi? Aku sedang berduka dan tidak berpikir jernih.

"Maaf." Kataku, yang pada akhirnya dapat bersuara, Grek tersenyum dan pergi meninggalkanku, sedangkan aku sedang berkecamuk dengan pikiranku sendiri.

1. MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang