Brughh..
Tumpukan buku yang baru saja ku rapikan, kembali berjatuhan seketika, hanya karena lengan kanan ku menyenggol sedikit ujung tumpukan buku tersebut. Aku menghela nafas ringan melihat apa yang sudah ku lakukan seperti berakhir sia-sia.
Secarik kertas bertuliskan kata "lulus" menghilangkan fokus ku. Hari-hari setelah kelulusan, menjadi waktu yang paling membuat dilema.
Menyadari bahwa sebentar lagi, rok sekolah ku berganti warna menjadi abu-abu. Satu sisi aku merasa senang, tapi aku juga merasa takut, ya aku takut untuk memulai.
Rasa yakin untuk memilih salah satu SMA favorit, kini perlahan pudar. Banyak sekali faktor, yang dengan mudah menghilangkan rasa percaya diriku.
Salah satunya seperti saat ini,
"Eh, liat deh Dalvino trending lagi di group angkatan, katanya dia bakal daftar ke SMANSA."
Jeisy, merubah posisi tubuhnya dan terduduk mendekat ke arah Ale, "karena gitu doang trending? Ck, emang dia siapa sih?"
Ale memperlihatkan layar ponselnya kehadapan Jeisy, "Nohh liat! Sertifikat dia banyak bangett cuyy, nilai rata-rata dia di sekolah katanya besar banget, makanya dia trending, karena berhasil bikin orang-orang merasa takut gagal"
Aku tidak tinggal di daerah perkotaan, ya lebih tepatnya aku tinggal di daerah kabupaten. Itulah mengapa di hari-hari menuju pendaftaran akan terasa sangat menegangkan, karena di daerah kabupaten hanya ada sekitar 1 sampai 3 sekolah favorit.
SMANSA, menjadi salah satu sekolah paling di minati calon siswa baru yang akan mendaftar. Maka dari itu, jumlah pendaftar ke SMANSA terhitung paling banyak di banding sekolah lain, dan hal tersebut membuat persaingan semakin ketat.
Sebenarnya aku malas, dan tidak begitu tertarik dengan obrolan mereka berdua--jeisy dan Ale--yang hanya akan membuat pudar rasa percaya diri. Tapi tetap saja aku penasaran.
Aku menghampiri mereka berdua, di atas kasur, sambil ku tarik toples keripik singkong, yang tengah dipeluk erat oleh Jeisy. "Apa hal itu juga berlaku buat kita?" Tanyaku.
"Maksudnya gagal?"
"Iya"
Ale merebut kembali toples tersebut dari tanganku, "Kalo aku sih, lebih ke realistis aja, kita gak akan seratus persen gagal, tapi kita juga gak akan seratus persen berhasil masuk, secara saingannya ga semudah yang dilihat."
Jeisy mengangguk sepertinya dia menyetujui perkataan Ale, tapi kemudian ia berkata, "bener sih, terus kalo buat siapa tadi namanya? Dalvino? Jangan terlalu dipikirin, inget rezeki orang udah di atur shayy"
Aku pun ikut setuju dengan yang mereka ucapkan kali ini. Persaingan sudah pasti ada, tapi apa salahnya kita mencoba dan berusaha, karena takdir hanya tuhan yang tahu.
Akhirnya aku memilih untuk merebahkan tubuhku ke kasur, diikuti Jeisy, dan Ale. Kita bertiga kini sama-sama menatap langit-langit kamarku.
....
"Dalvino?" Tanya, dalam pikirku.
Saat itu aku bertanya-tanya siapa kamu? Dan bagaimana bisa seorang anak berumur 15 tahun, berhasil menjadi buah bibir hanya karena rencananya untuk daftar sekolah. Padahal masih ada ratusan pendaftar lain yang juga berprestasi, tapi kenapa kamu yang paling di takuti?
Sejujurnya, pertanyaan terus bermunculan di benak ku, dan sejak saat itu pula aku mulai penasaran tentang kamu dan semua hal tentang SMANSA.
•••
DISCLAIMER
Cerita ini hanya sekedar fiktif belaka. Murni hasil pemikiran penulis. Jika ada kesamaan cerita, alur, nama tokoh, sifat, tempat, mungkin itu hanya sebuah kebetulan. Mohon bijak dalam membaca, terimakasih🙏
Cerita ini mengambil sudut pandang/Pov dari Fairy Galadriel (main chara)
selamat terbang tinggi bersama Fairy and friend's di Fairy world🧚♀️.
Tertanda
Tanaara(*^.^*)
KAMU SEDANG MEMBACA
Persimpangan Abu-abu
Teen FictionMenurut wikipedia, Persimpangan adalah simpul dalam jaringan transportasi di mana dua atau lebih ruas jalan bertemu, di sini arus lalu lintas mengalami konflik. Untuk mengendalikan konflik ini ditetapkan aturan lalu lintas untuk menetapkan siapa ya...