24.

3.9K 325 8
                                    

Orang-orang yang berpakaian jubah hitam tampak berbaris di bibir pantai yang posisinya agak jauh dari pelabuhan. Namun, mereka sama-sama menghadap ke laut dengan satu tujuan. Yaitu kapal tunggal yang tampak sudah berlayar menjauhi pelabuhan.

Dengan kompak mereka semua membentangkan tangan ke langit lalu merapalkan mantra. Ada sekitar sepuluh orang yang berada di sana. Salah satu diantara mereka hanya berdiri menyaksikan.

Sosok itu tampak begitu berbeda dari yang lain. Fisiknya tampak tidak umum di kerajaan itu. Kulitnya begitu pucat seperti mayat dan matanya tampak kelabu muda, membuatnya tidak nampak seperti manusia pada umumnya.

Tak berselang lama datang seorang pria bertudung hitam sama dengan yang lain.

"Diego, apakah aku sudah bisa membawa fisik ini untuk merebut kekuasaan dari Falcon?" tanya sosok wanita bertubuh pucat itu. Anehnya, suara yang keluar dari mulutnya bukan 'lah suara wanita seperti fisiknya. Melainkan suara yang terdengar berat seperti pria dewasa.

Pria yang baru datang dan dipanggil Diego itu mengangkat wajah. "Menjawab Tuanku Ramosha, Anda harus melakukan banyak penyesuaian terlebih dahulu dengan fisik wanita ini. Apalagi, setelah ratusan tahun hingga Anda dibangkitkan, Falcon telah berkembang pesat. Sekarang kabar terbaru bahwa mungkin cepat atau lambat akan ada perang besar. Jadi, daripada Anda bersusah payah mengerahkan tenaga untuk Falcon, lebih baik Anda menguasai kerajaan ini saja lalu membuat kekuasaan yang lebih besar."

Sosok wanita yang dipanggil Ramosha itu menoleh ke belakang. "Maksudmu aku harus menikahi putra mahkota bodoh itu?"

Diego menarik ujung bibirnya. "Dengan harga murah kita bisa memanfaatkan orang bodoh itu untuk menguasai kerajaan ini. Sembari menunggu waktu kekuatan Anda pulih."

Alih-alih langsung menyetujui ide dari Diego, Ramosha malah dibuat memijat pelipis meski tidak pusing.

"Kau pikir menjadi wanita lemah tidak melelahkan?"

"Kita hanya perlu memainkan drama ini sejenak sampai Raja benar-benar meninggal dan putra mahkota naik tahta lalu Anda merebut semuanya." Katakan diriku tertuju pada arah kapal yang tampak mulai mengecil karena terbentang jarak. "Satu-satunya orang yang justru paling kita waspadai adalah Duke Alaric Wilton dan calon istrinya. Kudengar calon istrinya itu berasal dari klan air. Tapi tidak tahu apakah bisa menggunakan kekuatannya atau tidak. Dengan adanya kambing hitam yang begitu mudah, kita bisa mendapatkan satu kerajaan dengan harga paling murah."

Ramosha mengibaskan tangan, lalu membalikkan badan dan berjalan menuju ke dalam hutan.

"Terserah padamu saja! Aku merasa ngantuk."

"Baik, Tuanku!"

Setelah kepergian Ramosha, Diego memimpin upacara sihir itu. Sihir yang mereka niatkan untuk membunuh Alaric dan calon istrinya.

Cuaca yang sebelumnya tampak begitu cerah, dalam hitungan detik berubah begitu pesat menjadi gelap karena langit dipenuhi oleh gumpalan awan hitam yang bersahutan bersamanya petir. Keadaan mulai menjadi semakin kacau ketika perlahan muncul angin puting beliung dari arah laut. Angin yang membentuk pusaran hingga bersambung dari arah air hingga ke awan.

Sihir ini baru permulaan sebelum puncaknya mereka akan menciptakan badai terbesar di permukaan bumi. Yaitu, gelombang air ombak besar yang mungkin akan berimbas sampai ke kerajaan tetangga.

"Musnahkan mereka, jangan sampai gagal!"

***

Keadaan di dalam kapal begitu kacau. Banjir yang masuk begitu deras. Alaric dan sebagian pria yang berusaha membuat penghalang agar air tidak masuk harus beradu dengan derasnya air yang masuk ke dalam kapal. Beberapa orang berusaha memalukan kayu yang mereka gunakan untuk menahan air. Hingga akhirnya mereka berhasil membuat penghalang untuk jalan masuk air.

I Choose The Villain DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang