27.

3.8K 243 2
                                    

Sungguh, Arletta bukan wanita mesum, tetapi tidak munafik jika dia tak mampu mengontrol mata untuk tidak mencuri pandang pada Alaric. Sungguh, ia sudah berusaha untuk terus memalingkan wajah dari Alaric. Namun, entah sengaja atau bagaimana, pria itu selalu berpindah-pindah tempat mengikuti ke mana pun Arletta memandang, Solah memang sengaja ingin dilihat.

"Kau sedang menghindariku, ya?"

Deg!

Kedua mata Arletta membelalak. Langkahnya terhenti ketika ia menabrak sesuatu yang keras di depannya. Sialnya, itu adalah tubuh Alaric. Begitu ia mendongak, Arletta semakin dibuat membelalak karena mendapati pria itu mendelik tajam.

"Ti-tidak, kok."

Arletta membuang muka ke samping. Jelas-jelas ia memang menghindar. Dalam hati Alaric, pria itu bersorak gembira karena melihat tingkah Arletta yang menurutnya sangat lucu.

Cinta, oh, cinta!

***

Rombongan mereka membuat tenda di sepanjang bibir pantai. Ada beberapa api unggun yang tersebar. Suasana malam tampak begitu ramai. Orang-orang tengah bersantap malam. Tidak terkecuali dua insan yang kini duduk beralaskan tikar menghadap ke pantai dengan api unggun di depan mereka.

"Anginnya dingin, yakin tidak masuk ke tenda saja?" tanya Alaric tampak sedikit khawatir.

Punya itu lantas mengambil jubah yang tersampir tak jauh darinya. Memberikannya ke tubuh Arletta hingga membuat tubuhmu itu seperti ditelan. Mata mereka saling berserobok, membuat Alaric merespons dengan usapan di puncak kepala Arletta. Wanita itu tersenyum atas perlakuan hangat yang diberikan Alaric.

Arletta yang sebelumnya tengah memotong-motong daging lantas membaginya menjadi dua piring dan memberikan salah satu diantaranya kepada Alaric. Keduanya menikmati makan malam mereka dengan nyaman. Hingga saat malam semakin larut, orang-orang memutuskan untuk segera beristirahat sedangkan sebagian yang lain bertugas sebagai penjaga.

Meski mereka telah menyatakan cinta satu sama lain dan tidur dalam suatu tenda. Namun, tak lantas membuat Alaric bercampur dengan Arletta dalam satu ranjang. Masih sama seperti bagaimana posisi tidur mereka sebelumnya. Yaitu dengan dua ranjang terpisah yang saling berhadapan.

"Tidurlah lebih dulu."

Begitulah titah Alaric yang duduk di balik meja kerja menghadap ke posisi Arletta tidur. Arletta menurut dan segera merebahkan diri di atas ranjang. Wanita itu sungguh sangat lelah. Maka tanpa membutuhkan waktu lama pun segera memejamkan mata.

Di tengah tidurnya yang lelaki itu tiba-tiba terbangun ketika ia mendengar suara yang keras berasal dari luar. Ketika matanya terbuka, ruangan itu sepi tak ada siapapun. Merasa ada sesuatu yang aneh, mencoba untuk mencari tahu keluar dari tenda.

Baru saja menginjakkan kaki keluar ia kembali mendengar suara awan yang sangat keras dan terasa asing. Auman itu saking kerasnya bahkan sampai membuat tanah terasa bergetar. Anehnya lagi di sekeliling pantai tidak ada orang lagi.

"Lady, apa yang Anda lakukan di luar?" tanya seorang pria yang tampak berkeliling ke seluruh penjuru perkemahan bersama seorang temannya yang memegang obor.

"Di mana Duke dengan yang lain?"

"Sepertinya, pulau ini ada monsternya. Duke dan yang lain menyusuri hutan untuk membuat pembatas agar monster-monster itu tidak bisa menembus tempat kita."

Kedua mata Arletta membelalak. "Monster?"

Bagi orang-orang di Kerajaan Imaginary, makhluk seperti monster terasa sangat asing dan dianggap sebagai mitos. Arletta memang cukup terkejut tetapi begitu ia menyadari bahwa tujuan mereka memang kerajaan Gloria. Maka ia tidak terlalu heran karena di kerajaan itu hampir semua makhluk mitologi ada di sana. Mulai dari penduduknya yang mayoritas seorang penyihir hingga monster-monster yang konon katanya sangat mematikan.

I Choose The Villain DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang