Prolog

53 4 0
                                    

"Pa, disekolah Nila tadi ada demo ekskul,
Nila tertarik sama karate, boleh gak Nila ikut?" tanya anak perempuan itu pada sang Ayah.

Ayah nya yang sedang membaca koran dan menyesap kopi nya pun melirik sang anak.

"Boleh" Ya, Ayah nya memang ingin mendaftarkan sang anak dari masih duduk di bangku sekolah dasar, tapi Nila mempunyai gangguan pernafasan.

"Beneran Pa?!" dia agak terkejut, bukan karna apa-apa, tapi selama ini dia memang tidak boleh mengikuti ekskul apapun di sekolah, Ayah dan Ibu nya takut jika tiba-tiba asma nya kambuh.

Ayah nya yang melihat Putri nya yang sangat antusias tersebut tertawa kecil "Iya beneran" jawab nya sambil mengelus surai lembut tersebut.

"Memang dari dulu Papa mau daftarin kamu buat ikut bela diri, tapi Papa masih takut mau lepasin kamu, takut kamu kenapa-napa"

Nilari mengendus geli mendengar jawaban sang Ayah.

"Nila udah sembuh kok Pa, tenang aja"

Nila difonis sudah sembuh sejak 3 tahun yang lalu, tapi bagai luka yang membekas, sedikit saja tergores akan timbul luka baru lagi.

"Papa tau, tapi mau gimana pun tetap aja Papah khawatir" menatap putri nya dengan senyum lembut yang ia tampilkan.

"Kalian lagi ngobrolin apa sih, kok Mama gak di ajak" ujar Mama nya yang tiba-tiba datang dari dapur, sambil membawa kue yang baru saja ia buat.

"Nila bilang dia mau ikut karate" Ayah nya yang menjawab

"Mama setuju, Nila juga kan sudah besar, apalagi Nila perempuan, biar bisa jaga diri sendiri kalau lagi gak sama Mama dan Papa"

"Makasi Pa, Ma, Nila sayang kalian, makasi udah kasih izin untuk Nila, semoga Nila bisa membahagiakan kalian kedepan nya nanti" ujar nya sembari menatap kedua orang tua nya dengan senyum yang manis.

𓆤𝅦𝅦⟣۫⟢⢷⡾⟣ֹ⟢𝅦𝅦𓆤

   Note :

Semua watak, karakter, sifat tokoh yang tercantum tidak berhubungan dengan kehidupan real life, saya harap para pembaca untuk tetap bisa membedakan cerita dan realita.

Terima kasih.

Dari KarateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang