Kenalin, Aku Naya. Naraya Radin. Umur Aku 22 tahun. Dan selama itu Aku hidup sama mama, perempuan cantik yang sekarang sedang duduk di samping ku sambil makan tic tac kesukaannya.
Mama ku ini, meskipun udah berumur, cantik nya masih tetep. Padahal nggak pake skincare apapun. Aku aja, yang suka nyoba skincare sana sini tetep kalah sama kulit mulusnya mama. Ngomong ngomong, mama itu ada keturunan turki. Jadi yaa gitu. Secara orang timur tengah kan cantik cantik.
Lah, padahal kan aku juga anak mama. Tapi, kulit aku nggak semulus dan nggak seputih mama. Aku tetep bersyukur kok.
Banyak yang bilang aku cantik. Nggak narsis ya..temen temen aku juga bilang kalo aku masih ada turunan timur tengah gitu. Itu, yang bilang temen temen aku.
"Mana ada, muka muka turunan timur tengah. Muka turunan kidul sih, iya. "
" Apa sih, kak. Tiba tiba ngomong sendiri gitu. Gaje, ihh. Ngeri papa ".
Ujar papa , bergidik ngeri melihat anaknya yang ngomong sendiri mengelus ngelus rahangnya sambil ngaca.
Aku menoleh. Oh, papa. Maaf papa. Aku lupa mengenalkan satu hiro dalam rumahku. Yaitu papa Heru. Pemilik kumis tipis, warna kulit hitam manis. Semanis perlakuannya pada mama.
Selain menjabat posisi sebagai 'papa' dalam keluargaku, dia juga bisa menjabat jadi 'kakak' atau 'sahabat' bagi ku dan mama, juga bagi adikku.
Oh, iya adikku. Ahh malas rasanya memperkenalkan adik ku yang satu ini. Kami sering bertengkar kalau dalam satu tempat dan satu waktu. Seperti halnya kartun tom dan jerry. Tidak, aku tidak berlebihan akan hal itu, menyebut diriku dan adikku layaknya tom dan jerry, Karena memang demikian. Pasti adaaa aja yang diributkan., adaa aja yang jadi bahan perdebatan. Tapi, kami saling menyayangi kok. Ya, namanya juga kakak adik. Pasti bertengkar kan ya? Justru menurutku itu hubungan yang baik. Saling peduli, ya meskipun dengan cara mendebat. Dari pada tidak ada perdebatan di rumah jadi sepi.
Ahh malah bahas adikku. Aku mau melanjutkan membahas tentang papa. Kalau, adik nanti sajalah. Kapan kapan, kalau ingat.
Papa ini orang jawa tulen. Jawa tengah, Tepatnya solo. Kota yang terkenal dengan orang orang yang berperilaku sopan santun, tutur bahasanya halus. Tapi, jangan berfikir papaku begitu. Papa sih sopan, cuma nggak santun. Maksudnya, papa orangnya humoris, dan friendly gitu loh. Jadi, Kalau kenal baru pasti SKSD gitu. Kesannya jadi nggak santun.
Papa kerja di perusahaannya sendiri di jakarta yang ia rintis bersama teman SMA nya. Hal itu juga yang membuat kami sekeluarga pindah kesini. Kata mama sih gitu. Mama dan papa pindah waktu aku baru lahir, jadi wajar lah ya, meskipun aku keturunan orang solo tapi, nggak kaya orang solo yang lemah lembut.
Papa ini sangat perhatian pada kami sebagai keluarganya. Makanya kadang papa malah berperan juga seperti seorang kakak dan sahabat untuk kami.
Aku juga punya impian, nantinya kalo nikah harus sana orang yang kaya papa, titik nggak pake koma.
Aku di besarkan di keluarga yang cukup taat sama agama. Masalah agama, papa dan mama tidak ada kata demokrasi. Artinya, waktunya salat, ya salat. Waktunya ngaji, ya ngaji. Nggak ada tuh, waktunya ngaji, silahkan boleh ngaji boleh nggak. Pokoknya harus ngaji!!.
Kalo masalah dunia papa serahkan ke masing masing anak. Silahkan pilih jalur suksesnya sendiri. Tapi, tetap masih dalam pantauan dan bimbingan papa.
Kemarin hari kelulusanku dari sekolah menengah atas. Senang rasanya. Akhirnya, setelah tiga tahun yang penuh drama aku lulus juga.
"Nay, jadi kapan ke pondoknya? "
Ehhh bentar, bentar. Pondok???
---
Dikit aja jangan banyak banyak. Wkwkw
Hai. Aku penghuni baru, kritik dan saran sangat membantu. Vote ya kalo menurut kalian perlu di vote. Tapi, aku berharap bangett. Wkwk sorry jadi maksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naraya Radin
Random22 tahun hidupnya naya gak tau dan nggak mau tau apa itu cinta. menurutnya love atau cinta itu cuma bulshitt. hanya orang bodoh yang di perbudak cinta. tapi bagaimana ceritanya ketika ia bertemu seseorang yang menjungkirbalikkan perasaannya. sese...