LM

9 1 0
                                    

"Hahh", Tina menghempaskan tubuhnya di atas ranjang dan menghela napas berat sambil meletakkan tangannya di wajahnya.

Kejadian tadi benar-benar menguras emosinya dan juga tenaganya. Padahal hanya berbicara empat mata, namun lelahnya luar biasa sekali.

Andai lo dulu datang ke gue, mungkin dengan bodohnya gue bakalan nerima lo balik. Tapi, sekarang rasanya itu sangat sulit Lang. Gue pengen balik ke elo, tapi otak gue nolak buat balik ke elo. Ditambah lagi dengan kasus gua sama Randi, hahhh.

"Kenapa lu? Pulang-pulang udah kek lari 100 KM ae lu", tanya Sera yang barusan keluar dari kamar mandi.

"Gimana pertemuan nya? Lo pukul gak dianya?", tanya Sera.

"Pengennya sih gitu, tapi malah dipukul pakai hati", cicit Tina.

"Ck, ck, ck, emang ya cinta bawa kegoblogkan", ucap Sera sambil menggelengkan kepalanya.

"Kek gak aja lu", sindir Tina.

"Hehe".

***

Sudah seminggu semenjak kejadian antara Tina dan Gilang. Dan mereka juga sudah mulai menjaga jarak sedikit. Tina merasa deja vu, seperti dulu dimana mereka mulai merasa asing satu sama lain.

"Kenapa?", tanya Randi yang tiba-tiba dan membuat Tina terkejut akan lamunannya.

"Apa?", tanya Tina.

"Kalau lo masih suka sana kejar", ucap Randi dengan tulus.

Tina melihat kearah Randi dengan mata yang sangat sulit untuk dibaca. Tina tidak mengerti apa yang dipikirkan oleh seorang Randi, padahal seminggu yang lalu dia yang memaksa masuk ke kehidupannya dan bersedia untuk menjadi karakter pria yang baru.

"Gue tau apa yang lo pikirkan. Gue juga bilang kan dulu, kalau karakter pria lama masih melekat di hati lo, maka gue sebagai karakter baru akan memilih untuk memundurkan diri", senyum Randi.

"Tapi...". Ucapan Tina terpotong ketika mendengar bel kelas masuk.

"Oh? Belnya bunyi, gue masuk dulu ya bye". Pamit Randi cepat.

***

Tina berjalan-jalan di sekitaran taman sekolah, sambil memikirkan apa yang dikatakan oleh Randi tadi. Apa yang harus dia lakukan? Apakah sejak awal dia sudah membuat keputusan yang salah?

"Tina", panggil seseorang dari belakang. Tina tau suara siapa itu, dia tidak ingin membalikkan tubuhnya.

"Apa lagi sekarang?", tanya Tina dengan nada yang datar.

"Kencan dengan gue, seminggu gue mikirin apa yang harus gue lakukan. Dan inilah keputusan gue", ucapannya membuat Tina langsung membalikkan tubuhnya dengan otomatis.

"Hah? Di otak lo ada apaan dah?", tanya Tina yang terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Gilang barusan.

"Gue gak peduli apa yang lo pikirin tentang gue, dan gue juga gak peduli mau lo naksir orang lain, mau lo kencan dengan orang lain gue gak peduli itu. Hanya satu yang terpikirkan oleh gue, walaupun kita bertiga sama-sama bertemu di waktu yang sama. Tapi, gue adalah orang pertama yang kenal dekat dengan lo, gue adalah orang pertama yang jatuh cinta sama lo, dan gue adalah orang yang pertama memasuki hati lo. Gue gak peduli apapun itu, karena gue masih menyukai lo", ucapan Gilang membuat Tina speechless seketika.

Love Maze (Short Story) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang