Musim semi (one)

2 0 0
                                    

Ribuan tangisan terdengar meraung di tempat yang penuh dengan luka ini. Ribuan mata meneteskan buliran bening yang menghanyutkan daratan.
Seakan mengerti, awan di atas pun ikut menggelap seakan tau betapa sakitnya kehilangan sosok yang berharga, kini harus pergi meninggalkan tempat seharusnya mereka tinggali.

Sosok rapuh yang kini harus membawa semua beban di pundaknya, lantas berdiri tegak tanpa bahu orang lain, berjalan melewati beribu orang yang menatapnya iba.

"Ayah, ibu. Tugas kalian sudah selesai, kini dirikulah yang akan melanjutkan tugas kalian. Pergilah dengan tenang tanpa mengkhawatirkan diriku dan adik kecilku, kalian boleh terbang." Ujarnya dengan tegas, tidak ada setetes air mata yang keluar hanya ada tatapan datar dan ucapan lantang yang ia suarakan.

"Nak. Bagaimana kalau kau dan adikmu ikut tinggal bersama ku?" Sosok wanita paru baya yang tidak tega melihat si sulung yang seharus tidak menanggung semua beban yang bukan menjadi tanggungjawabnya.

"Terimakasih atas tawarannya, bi . Tetapi maaf, aku tidak bisa. Aku sudah berjanji kepada mendiang kedua orangtua ku untuk menjaga adikku dengan keringatku sendiri." Dengan langkah berat, sosok remaja lelaki itu kini melangkah jauh meninggalkan tempat kesedihan dan memilih untuk melanjutkan kehidupannya yang belum usai.
...

"Gak mau. Aku mau Ayah sama Bunda" raungan dan berontakan diberikan bocah lelaki ini, lantas menolak atas kepergian kedua orang yang telah melahirkan dan membesarkannya.

"Sadar hasa. Ayah dan bunda udah gak ada, kamu harus ikhlasin mereka" teriak bocah perempuan yang menjadi sepupu sekaligus sahabat dari bocah lelaki ini.

"Gak bisa. Hasa mau ayah dan bunda, hasa pengen mereka." Kekeh bocah lelaki itu, menepis tangan bocah perempuan yang kini membantu menenangkan bocah itu.

"Sadar hasa. Ayah dan bunda kamu gak bakalan bisa kembali lagi, mereka udah pergi" kini yang lebih tua menasihati.

"Kenapa gak bisa, memangnya mereka kemana?" Tanya si bungsu

"Mereka udah gak ada" balas wanita paruh baya.

"Hasa gak mau. Kenapa mereka membawa ayah dan bunda? Kenapa ayah dan bunda bisa gak ada? Bukannya bunda udah janji bakalan pulang dengan cepat lalu memasakkan hasa dan kak gaga ayam bakar? Ayah juga udah janji bakalan pulang cepat membawa mainan yang baru di rilis? Kenapa?" Hasa murka dengan orang-orang yang menahannya untuk menyusul kedua orang tuanya yang kini sudah menyatu dengan tanah.

"Kalian egois" ujar hasa dengan sesenggukan.

"Kamu yang egois hasa. Mereka udah gak ada, kamu bisa gak sih jadi dewasa sekali aja. Jangan suka ngerepotin orang lain." Bocah perempuan itu kini menatap hasa sengit lalu pergi meninggalkannya begitu saja.

Hasa hanya diam, dirinya lelah memberontak percuma semua orang dewasa disini tidak membiarkannya pergi. Hanya air mata dan suara sesenggukan yang mampu ia suarakan.

"Hasa"

Hasa yang menangis kini berlari memeluk yang lebih tua, dia tau kakaknya datang dan akan membawanya menemui kedua orangtuanya.

"Bang. Ayah dan bunda mana? Mereka gak biarin hasa pergi nemuin ayah dan bunda" rengek si bungsu.

Yang lebih tua kini mensejajarkan tinggi badannya dengan yang lebih muda, menepuk kepala adiknya dengan sayang.

"Ayah dan bunda udah tenang" ujar si sulung yang membuat si bungsu bingung.

"Tenang kenapa? Ujar si bungsu.

"Hasa tau kan, semua mahkluk itu akan mengalami datang dan pergi?" Yang di angguki kepala oleh hasa.

"Hasa tau gak, kalau yang datang akan memulai hari mereka disini, dan yang pergi akan meninggalkan bumi ini?

Hasa menggeleng

"Gini, ayah dan bunda udah ada di atas mereka gak bakalan bisa menginjak bumi ini lagi"

"Kenapa, Mereka di usir? Ayah kan seorang bos, kenapa malah di usir?" Hasa menatap bingung Gaga.

"Karena yang mengusir ayah dan bunda bukan manusia melainkan tuhan. Tugas mereka di Duni sudah berakhir, mereka harus pulang ketempat yang seharusnya" Gaga tersenyum membayangkan wajah kedua orangtuanya yang mungkin saja di atas sana mereka juga tersenyum bahagia.

"Rumah mereka kan disini, kenapa mereka gak pulang kesini aja? Mereka gak rindu kita berdua?" Hasa masih pada pendiriannya, untung saja Gaga memahami sifat adiknya yang terlampau polos tidak bisa membedakan mana yang tinggal dan mana yang pergi.

Gaga hanya tersenyum dan merangkul adiknya untuk masuk kedalam rumah yang seharusnya menjadi tempat mereka ber 4 tinggali yang sekarang hanya ada 2 anak lelaki.

"Abang, jawab dulu pertanyaan hasa." Rengek hasa di sela-sela perjalanan.

"Nanti, hasa pasti tau kok" ujar si sulung.

"Kapan?"

"Kalau hasa udah besar"

"Bang gaga gak asik ah"

"Biarin"

Biarlah dua bersaudara itu menghabiskan waktu bersama, tidak ada yang tau kapan mereka berdua akan berpisah. Untuk sekarang semesta mengizinkan keduanya untuk bersama melupakan masa lalu dan membuka lembaran baru.
...

 Untuk sekarang semesta mengizinkan keduanya untuk bersama melupakan masa lalu dan membuka lembaran baru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gaga

Gaga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hasa




















🎉Yeayy🎉

Aku harap kalian gak bakalan bosen ngikuti cerita ini sampai tamat.

Sebenarnya ini baru pertama kalinya buat cerita, moga gak garing dan bisa membuat pembaca membaca cerita ini dengan nyaman.

Jika ada kedalan kata atau penulisan yang kurang tepat mohon di maklumi karena saya manusia bukan tuhan 😭

Kalau mau ngasih kritik atau saran boleh di ketik di kolom komentar.

See you👋👋

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 01, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Musim SemiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang