07

6K 813 47
                                    

us, each other : nomin
chapter tujuh

"Kau mencari sesuatu?"

Jeno mendongak, terkejut kecil sebab kedatangan Jaemin yang tiba-tiba, ". . Kopi—"

Seakan lekas mengerti, Jaemin lantas bergerak membuka salah satu pintu lemari, mengambil tempat gula yang kemarin ia letakkan di sana.

"Gula, kan?"

Jeno mengerjap, tangan nya segera meraih tempat gula yang disodorkan Jaemin kepadanya. "Ah i-iya maksud ku gula—gula untuk membuat kopi."

Dalam hati Jeno merutuk, mengumpati isi kepala nya yang berantakan. Mata nya kini tidak bisa berhenti memperhatikan penampilan Jaemin saat ini.

Lelaki Agustus itu terlihat mengenakan kemeja tanpa motif berwarna ungu muda, liontin yang tempo lalu Jeno berikan melingkar apik menghiasi leher jenjang nya.

Jaemin pagi ini—dilihat berapa kali pun, entah kenapa tampak begitu menawan di matanya.

"Kau mau pergi?"

Jaemin mengangguk, "Hum, aku ada janji dengan salah satu anak asuh ku—"

"Aku ikut!" Jeno refleks menyahut. Otak nya tiba-tiba saja teringat wajah anak kecil yang memeluk Jaemin waktu itu. Anak kecil putra dari Direktur Choi yang kelihatan nya begitu berminat menjadikan Jaemin sebagai ibu sambung putra nya.

"Ya?"

"Aku akan ikut dengan mu, tunggu sebentar." Jeno meletakkan tempat gula di tangan nya. Lelaki itu lantas bergegas pergi untuk mengganti pakaian nya.

ꊥꊥ — us, each other.

Firasatnya benar.

Tadi, ketika mereka sampai di sebuah kedai es krim tempat dimana Jaemin berjanji akan mentraktir anak asuh nya itu—Jeno seketika mendengus geli, kiranya benar, anak itu sudah pasti bersama sang Ayah; Choi Soobin.

Pikiran nya lantas berujar 'trik yang basi'

Namun tak elak ia merasa berbesar hati di dalam sana, tatkala mendapati reaksi bingung di timpa kecewa yang samar ditunjukkan ayah beranak satu itu.

"Selamat. Kudengar Lee Group baru saja melaunching kan produk baru, benar itu Lee Jeno-ssi?"

Jeno mengangguk sekali, bibir nya menyunggingkan senyum tipis, sementara kedua mata nya masih awas memperhatikan interaksi Jaemin dengan anak berusia empat tahun di depan nya. "Terimakasih." jawabnya sekedar.

Ekspresi nya tampak begitu tenang. Tidak peduli seberapa canggung Soobin berusaha memecah suasana yang terjadi di antara kedua nya. Bahkan setelah lima belas menit berlalu, topik itulah yang akhirnya bisa lelaki tinggi itu katakan. Sementara Jeno sendiri, tampak nya tidak terlalu menaruh peduli.

Di sisi lain, Jaemin tidak bisa berhenti untuk tidak tersenyum. Ibu jarinya sesekali bergerak ringan mengusap noda es krim yang tertinggal di tepi bibir mungil Hwajun, dia sedari tadi berusaha mengajak anak laki-laki itu membicarakan hal-hal yang menyenangkan. Tidak, sebenarnya bohong. Jaemin setengah mati menahan diri untuk tidak terlalu memperdulikan tatapan mata kedua lelaki yang kini duduk di seberang nya.

Us, Each OtherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang