pre

638 63 3
                                    

[!] TW // harsh words, gore, blood, cutter, scar, obsession, stalking, kidnapped!sunghoon, psycho!heeseung, contained mature content.

---

Rasa nyeri dibagian belakang bahunya masih terasa.

Kepalanya begitu pening seperti dihujam.

Suara berisik yang menelisik pendengarannya lalu membangunkan lelaki bertubuh tinggi semampai dengan surai kecoklatan itu dari tidurnya, yang belum seberapa lama.

Dikerjapkan kedua mata indahnya yang serupa galaksi.

Susah payah mencoba mengais sinaran cahaya yang ia yakini tidak akan pernah bisa ia temukan disini, di tempat ini, tempat yang sama dimana ia berada semenjak tiga hari yang lalu.

Tiga hari atau entah, Sunghoon, nama lelaki rupawan itu tidak begitu ingat.

Ia tidak tau waktu, buta arah.

Tanggal berapa, pukul berapa, hari apa, bahkan ia begitu merindukan hal sesederhana sinar mentari dan udara segar.

Jongseong.

Batinnya menggumamkan sebuah nama yang sama, mengulanginya lagi untuk yang kesekian kali.

Rasa sedih meliputi perasaannya, Ia merindukan sosok terkasihnya itu.

Sosok yang pernah berjanji akan selalu berada disisi dan menjaga dirinya.

Tolong aku.

Ah, jika saja mulutnya saat ini bisa menggantikan teriakan hatinya.

Berujung butiran bening mengalir membasahi pipi putihnya yang kotor, kotor bekas usapan dan kecupan kasar.

Hanya dengan mengingatnya membuat tangisan Sunghoon semakin menjadi, jijik, sangat menjijikan.

Hmmph hmmph.

Lagi, Sunghoon menghela nafas panjang, semua ini percuma.

Percobaan teriakannya tertahan lakban sialan yang menutupi mulutnya rapat.

Masih terus mencoba bergerak, perlahan pandangannya turun ke kedua tangan dan kakinya yang terkunci.

Terikat tali tambang dengan sangat erat.

Aku mohon, aku hanya ingin bebas.

Kedua mata itu membulat sempurna begitu melihat beberapa ekor tikus kecil yang perlahan mendekatinya.

Bukan, bukan dirinya, melainkan mendekati piring berisi makanan kemarin lalu yang sama sekali tidak Ia sentuh.

Ya Tuhan,

Kali ini Sunghoon tidak pernah merasa begitu takut.

Dengan susah payah dan tenaga yang tidak seberapa Ia gerakkan kaki kurusnya beberapa senti menjauhi tikus-tikus itu.

Tubuhnya lemas sudah terkuras habis untuk menangis, memohon iba.

Dan rasa takut itu menjadi dua kali lipat lebih kuat begitu rungunya mendengar suara derap langkah yang semakin mendekat dan kenop pintu yang bergerak.

Satu-satunya pintu di ruangan kumuh tanpa jendela itu terbuka, menampilkan dia.

Sosok itu perlahan mendekati Sunghoon yang masih dengan rasa takutnya tanpa berkurang.

Dia yang berkacamata minus dengan frame berwarna hitam pekat.

Dia yang kulitnya yang berwarna sedikit lebih gelap dari milik Sunghoon.

Dia yang memiliki rahang tegas, hidung bangirnya dan potongan rambutnya yang tertata rapi.

"Apa kabarmu hari ini, sayang?"

Tidak ada balasan, hanya deru nafas tidak beraturan milik Sunghoon yang terdengar.

"My angel, You're so beautiful.. As always."

Bulu kuduk Sunghoon meremang.

Masih mengalihkan wajahnya, membiarkan air mata itu membasahi pipinya.

Dia di hadapan Sunghoon menatapnya datar, melihat air mata itu ekspresi wajahnya berubah sedih kemudian.

"Hey, Kau menangis? Shhh aku disini, sayang. Lee Heeseung yang mencintaimu lebih dari apapun dan siapapun di dunia ini akan selalu bersamamu."

Dia itu, Heeseung, kemudian tersenyum dan mendekatkan wajahnya kearah Sunghoon.

Mengecupi pipi seputih salju milik Sunghoon dengan sesekali meresapi air mata miliknya sampai terdengar bunyi yang menjijikan ditelinga Sunghoon.

Tidak berkutik, Sunghoon kepayahan menghirup oksigen yang menipis disekitarannya.

Hatinya sekarang sesak oleh rasa takut dan gelisah.

Ia makin terisak.

"Lihat, Kau lihat ini, sayang." Heeseung meraih kedua pipi Sunghoon, memaksa, mengarahkan pandangan Sunghoon kearah tangan kanannya.

"Ini inisial namamu. S untuk Sunghoon, sayangku."

Luka dalam goresan cutter berbentuk huruf S yang masih mengeluarkan darah segar tercetak disana.

"Indah bukan?" kedua mata Heeseung berbinar-binar.

"Bagaimana jika kau punya satu juga yang seperti ini, H untuk Heeseung. Disini." tunjuk Heeseung dengan ujung runcing cutternya ditangan kiri Sunghoon.

Senyuman dibibir Heeseung terkembang sementara Sunghoon menggigit kuat-kuat bibir bawahnya.

"H untuk Heeseung." kini ujung runcing cutter yang dipegang Heeseung mulai menari mewarnai tangan putih Sunghoon dengan warna merah segar.

Wangi anyir darah menguar diruangan minim udara itu.

Tolong... Tolong aku...

---

pre of 7

---

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 01, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

maniac (III)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang