DEMONOMANIA? PART 01

1.4K 41 0
                                    

Hari ini menjadi hari yang membahagiakan untuk seorang Park Shin Hye, bagaimana tidak? Shinhye sudah bisa bekerja disebuah rumah sakit khusus kejiwaan. Sejak penjurusan dalam perguruan tingginya, yeoja ini memiliki ketertarikan menjadi dokter jiwa. Hingga akhirnya, cita-citanya jadi tercapai. Hari pertamanya dirumah sakit bukanlah hal yang mudah, terutama menghadapi beberapa senior-seniornya yang terbilang sering menguji mental shinhye.

"Musim gugur ini tak kan pernah aku lupakan." Ucap shinhye sambil membenarkan kerah bajunya didepan cermin. Rambutnya ia ikat seperti kuncir kuda, polesan lipstick berwarna pucat terlihat jelas dibibir shinhye, ditambah dengan beberapa alat make up lainnya. Baru saja ia menyadari suatu hal, sebenarnya aku ingin menjadi dokter atau menjadi model? Ah... Bodohnya, Pikirnya sambil bersiap-siap untuk memanaskan mobil.

Dirumah Sakit Kejiwaan Nasional....

"Ini hari pertamamu untuk melayani pasien. Jangan pernah terprovokasi oleh pasien, begitupun sebaliknya. Jangan memprovokasikan pasien karena itu juga bisa membahayakan pikirannya, Jangan..... " Ocehan sang kepala belum sepenuhnya sempurna, namun shinhye sudah berani memotong pembicaraan.

"chojangnim..." Potong shinhye mengisyaratkan yoochun untuk berhenti berbicara.

"Beraninya kau memotong ucapanku." Ucapan Park yoochun kali ini terdengar tidak suka.

"Mianhe...." Akhirnya shinhye memilih mengalah. Perbicangan panas itu tidak berlangsung lama, karena Yoochun juga punya kesibukan sendiri untuk melayani pasien. Berhubung shinhye bernotaben sebagai dokter pendatang baru, yoochun memberi waktu selama 3 hari untuk orientasi bagi shinhye yang artinya adalah shinhye hanya diperbolehkan melakukan pekerjaan dasar dan membuntuti dokter-dokter senior dirumah sakit ini. Sangat Menyebalkan bukan....


Hari pertama tidak sesuai dengan apa yang shinhye bayangkan, ia hanya bisa menyalin data-data pasien yang sudah ditangani oleh dokter yoochun dan dokter-dokter lainnya yang setara tingkatnya dengan yoochun. Shinhye menghela napas, memijit-mijit pelan pundaknya yang sudah pegal. Seharian ia terus berdiri, mematung, mencatat, dan menyimak.

Hingga malam hari....

Jam kerja shinhye sudah berakhir, ia mengganti jas putihnya dan menggantungnya didalam loker. Senyumnya merekah sambil mengelus-ngelus loker yang kini menjadi miliknya. Tertera slip nama tertempel, Dr. Park Shin Hye. Srrrrkkkkk!!! Mata shinhye menoleh keasal suara, bukan diruangannya saat ini. Tetapi suara itu terdengar dari luar. Buru-buru shinhye merapikan barang-barangnya dan memakai tasnya. Ia bergegas keluar takut ada pasien yang melakukan hal diluar kendali.

Ternyata hanya ulah seekor kucing yang mencoba masuk kedalam tong sampah untuk mendapatkan makanan sisa. Shin hye merasa iba melihat kucing itu, ia baru teringat bahwa ada makanan yang sudah ia beli saat jam istirahat untuk dirumah. 2 buah sosis ia taruh didekat kucing itu sampai kucing itu menghampiri makanan gratis dari seorang yeoja cantik.

"Kau harus makan yang banyak, ini bukan nasihat. Ini perintah." Lirih shinhye membenarkan posisinya untuk berdiri kembali dan bergegas pulang.


Keesokan Harinya....

Hari kedua shinhye sudah diperbolehkan mengeluarkan gagasannya untuk menyembuhkan banyak pasien, namun terkadang shinhye dan Yoochun selalu membuat argument yang berbenturan hingga akhirnya shinhyelah yang harus mengalah. Tentu posisi seniorlah yang akan menang dengan alasan mutlak 'Lebih berpengalaman menangani pasien'.

Setidaknya hari ini adalah hari yang lumayan baik dibandingkan sebelumnya yang hanya bisa menyaksikan tanpa terlibat dalam melayani pasien. Salah satunya saat menghadapi pasien penderita Enosimania, sipenderita selalu merasa khawatir dan ragu akan sikapnya sendiri. Ia sangat mengutamakan kehati-hatian atau selalu merasa wajib perfect kepada orang lain. Tentunya beberapa Dokter mencoba melayani gangguan yang terjadi pada pasien lewat keluarga yang berkaitan.

"Dia adalah lelaki yang kuat, semasa hidupnya selalu berbuat kebaikan. Sampai saat itu istrinya memberi sebuah pukulan keras padanya. Ia bilang bahwa putraku tidak bisa memberikannya seorang anak. Aku tidak merasakan kejanggalan apapun yang terjadi padanya semenjak kejadian itu, yang aku tahu ia jadi lebih sensitive terhadap orang lain.Sampai akhirnya ia jadi seperti ini." Jelas sang ibu yang sudah tua tak bisa menahan tangis meratapi anaknya yang terbentur akal sehatnya. Shinhye memberikan beberapa lembar tisu pada orang tua pasien itu.

"Pasien akan kami periksa lebih intens terlebih dahulu, baru kami akan menyimpulkan secara pasti gangguan yang terjadi pada putramu." Papar Park Yoochun dengan nada ramahnya. Shinhye mencoba menginterupsi.

"Dilihat dari beberapa gejala sikap pasien, kurasa dia mengidap gangguan Enosimania, Pasien mengalami tekanan secara mendadak hingga mengubah persepsi hidupnya.Ia harus mendapat penanganan secara bertahap." Tambah shinhye membuat dokter-dokter lain yang menyimak sedikit setuju mendengar penuturan dokter baru itu. Sontak Yoochun menatap sinis shinhye.

"Tidak semudah itu menyimpulkan penyakitnya. Kita harus benar-benar memeriksa pasien terlebih dahulu." Sergah yoochun tak setuju.

"Bukannya tadi kita sudah memeriksa pasien terlebih dahulu?." Shinhye tak mau kalah. Serasa akan ada perdebatan lagi, beberapa dokter yang menyaksikan mencoba melerai. Sementara Orang tua pasien hanya bisa menyimak tanpa ikut campur.

"Memeriksa bukan sekedar pertemuan sekali dua kali, Dr. Park. Kita akan mengetahui perkembangannya jika kita memeriksanya secara terus menerus." Sanggah Park Yoochun sedikit memberi penekanan.

"Sudahlah... Hentikan.." Bisik salah seorang dokter kepada yoochun. Namun sepertinya telinga namja itu tidak menangkap respon apapun. Ia hanya memfokuskan dirinya untuk membuat shinhye diam.

"Ini kan baru analisaku, Dr. Park. Setelah melihat kondisi pasien seperti itu, apa aku tidak bisa menganalisa penyakitnya secepat itu? Kenapa kau tak terima?." Rasanya shinhye memberi perlawanan cukup kuat.

"Hentikan! Sekarang kalian berdua keluar dari ruangan ini." Perintah salah satu dokter memerintah. Mau tak mau para dokter menjadi pusat perhatian seluruh penghuni rumah sakit ini. Shinhye pun memilih keluar, diikuti oleh Yoochun.


Dalam sejarah baru kali ini yoochun bertemu dengan junior yang tak punya rasa sopan santun, tidak menghargai keputusan seniornya, tidak peduli seberapa pentingnya kepala dokter atas hak kerja juniornya. Yoochun akhirnya menghalangi langkah shinhye.

"Katakanlah..." Pinta namja itu sedikit tajam. Shinhye mengerutkan alisnya karena tidak mengerti.

"Apa maksudmu?."

"Katakanlah apa maumu? Kenapa kau selalu saja membuatku marah, Eoh?." Kali ini ucapan yoochun to the point, shinhye menghela napas sejenak dan menoleh kearah yoochun.

"Kau marah? Kau sangat mudah terprovokasi olehku, Chojangnim." Kata shinhye. Yoochun akhirnya semakin geram, yeoja itu melirik jam ditangannya menunjukkan bahwa jam kerjanya akan segera berakhir hari ini. "Kurasa aku harus pulang. Maaf sudah membuat harimu buruk hari ini, Chojangnim." Perlahan shinhye membungkukkan bahunya kepada yoochun dan berlalu.

[] [] []

Seorang lelaki mencoba berlari dari rumah mewahnya, ia berusaha meraih mobilnya. Entah apa yang sedang terjadi, dalam keadaan seperti tergesa-gesa, lelaki itu baru saja membuka pintunya. Alangkah terkejutnya begitu mendapati sesosok perempuan yang terlihat menyeramkan. Perempuan itu sudah duduk manis dikursi mobilnya, akhirnya lelaki itu membanting pintu mobilnya dan memilih berlari daripada memakai mobilnya.

Langkahnya semakin ia percepat begitu ada banyak sosok yang menyeramkan menatapnya tajam, tanpa sadar dijalan raya lampu lalu lintas itu belum menunjukkan lampu hijau untuk para pejalan kaki yang ingin menyebrang. Namun lelaki itu dengan mudahnya menyebrang dan mobil yang ada dihadapannya tak bisa mengendalikan secara mendadak dan menyerempet lelaki itu hingga akhirnya tersungkur kepinggir jalan.


To be Continue...



DEMONOMANIA? (Yongshin FF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang