Musim semi kini berlalu.. Berbagai cerita merayu
Berpijak di malam yang bertalu.. Masihku memikirkan dirimu
Kurasakan waktu berlalu tanpa senyummu
Sepi yang telah penuhi hariku---- Hari ini sayang aku akan pergi
Menjauh di dekap cintamu
Ku tak ingin pelukanmu akan selalu
Membuat diriku jatuh cinta"Heeii.. heiii.. kerja apa ngelamun, Mas?" Greysia melambai-lambaikan tangannya di depan wajah suaminya, "katanya mau lembur beresin kerjaan kantor, eh kok malah bengong depan laptop."
"Eh, apa, Say?" serta merta Leonard mencopot earphone yang sedari tadi melekat di telinganya.
Greysia mendengus, "Diiih.. makanya ngelamun jangan serius-serius amat dong, Mas."
"Maaf, maaf, Sayang.. Ini lagi terhanyut sama lagunya ekhsan yang Pergi lagi diputer di radio. Habis tadi puyeng lihat proposal proyek baru tentang electricity storage yang harus beres direvisi akhir minggu ini." Leonard menunjuk beberapa file yang terbuka dan menumpuk di lepan laptopnya.Kebiasaan Leonard saat otaknya sedang mumet memang menyetel streaming radio swasta Jakarta. Pukul sebelas malam di Belanda, artinya di Jakarta sudah menginjak jam empat pagi. Biasanya mulai tengah malam, saat penyiar radio sudah pamit siaran, akan banyak rentetan lagu random yang diputar terus-menerus sampai pagi. Kebanyakan bukan lagu-lagu baru, tapi lagu-lagu populer di tahun 90 an atau 2000 an. Lagu-lagu mellow yang mengingatkan Leonard akan masa-masa indahnya menjalani hidup saat jadi mahasiswa di kampus dulu.
Greysia hanya mengangguk, "Tidur yuk! Fakhilla udah bobo tuh dari tadi, nungguin papanya beres kerja."
"Yuk deh." Leonard menutup laptopnya pasrah.
Saat kepalanya menyentuh bantal, kembali lirik lagu Pergi tadi terngiang-ngiang di pikirannya . Tentu Leonard tidak sanggup untuk jauh dari kekasih dan anaknya. kata-kata mengenai pergi yang memenuhi benaknya. Ia dan istrinya juga baru menetap di Belanda. Bukan juga mereka tidak pernah pulang kampung sama sekali. Malah hampir setiap tahun, mereka selalu mengusahakan pulang ke Indonesia, melepas rindu pada keluarga dan apalagi disaat leo bertugas pada pekerjaan,namu tentunya pada kuliner Indonesia yang selalu menggoda. Tapi ini adalah mengenai pergi,pergi selamanya ke Indonesia, back for good.Pada awalnya Leonard menginjakkan kaki ke negeri kincir angin ini, tidak pernah ada rencana untuk menetap sekian lama di Belanda. Ia menanggap dirinya beruntung, begitu lulus sarjana langsung mendapatkan beasiswa studi S2 dari pemerintah Belanda, dari sekian banyak kandidat dari fakultasnya. Keberuntungan yang sama saat ia ditawari untuk melanjutkan S3 oleh profesor di bidang Energy and Environmental Sciences. Siapa yang tak menolak ditawari posisi sebagai kandidat PhD dengan funding yang juga tersedia. Sebuah proposisi yang menggiurkan. Waktu berlalu seperti terbang. Ia menikah, memiliki anak, dan mendapatkan pekerjaan di perusahaan yang bergerak di bidang renewable energy, pekerjaan yang sejalan dengan bidang studinya dulu.
"Alah Leo sih gak usah mikirin pergi bertugas lagi , kan udah enak di sini." Hardi menepuk-nepuk punggung Leo.
"Iya, kalau kayak kami-kami yang cuma mahasiswa S3 ini sudah ada batas waktu untuk pulang ke Indonesia, deadline-nya empat tahun. Apalagi kami sudah terikat kontrak jadi amtenar, abdi negara." Devano menimpali.
Leo hanya tersenyum, sudah sering ia mendapat komentar senada mengenai hal tersebut dari kawan-kawan Indonesia Apalagi di ajang kumpul diaspora seperti ini, biasanya selalu ada kabar-kabar terhangat mengenai keadaan para perantau di tanah Belanda, atau diskusi panjang mengenai keadaan ibu pertiwi. Seperti kali ini, grup pengajian di Maastricht, kota tempat tinggal Gilang, sedang mengadakan silaturahmi bulanan. Tidak hanya mahasiswa saja yang berkumpul, tetapi juga pekerja sepertinya, sampai warga keturunan Indonesia-Belanda. Beberapa pertanyaan yang sering berseliweran saat mereka berkumpul adalah "Kapan pulang habis ke belanda ?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pergi bertugas
Short Story"Mulailah menulis, jangan pedulikan apa pun. Air tidak akan mengalir hingga keran dihidupkan". - Louis L'Amour