Jika ada yang bertanya padaku sekarang apakah aku bahagia? Jawabannya adalah, iya.
Aku bahagia!
Aku dapatkan semua yang aku inginkan didunia ini berkat Soni. Dan yang aku maksud semua adalah benar-benar SEMUANYA. Literally. Lahir dan batinku terasa begitu lengkap. Semuanya di awali pada ujian semester yang diadakan pada akhir bulan Maret disekolah. Saat itu, Bunda berada dalam kondisi keuangan yang minim. Sementara untuk bisa mengikuti ujian, aku harus melunasi tanggungannku di sekolah yang kalau di total kira-kira Rp. 1.200.000. jumlah yang cukup besar bagiku dan Bunda.
Jadi ketika hari ujian pertama berlangsung, saat teman-teman sudah hendak masuk ke ruang ujian masing-masing, aku masih berdiri didepan kantor TU menunggu Kepala Sekolah yang seharusnya sudah datang sejak 10 menit yang lalu. Untuk mendapatkan nomor ujian, kami yang belum melunasi tanggungan, harus mendapatkan persetujuan tertulis dari Kepsek. Ada sekitar 5 orang murid lain yang bersamaku. Dan tak ada satupun yang ku kenal. Sepertinya mereka berbeda tingkat dan jauh dari kelasku. Kami semua berdiri menunggu dengan muka resah. Sesekali aku membaca bahan ujian hari ini, bersiap-siap. Karena mungkin jika aku beruntung, aku bisa benar-benar mengikuti ujian bersama hari ini. Tidak harus menyusul. Dan sekarang sudah 5 menit sebelum ujian berlangsung, tapi wajah Kepsek masih belum nongol juga.
Aku hanya mampu menghela nafas panjang. Sebelumnya, aku sudah pernah mengalami hal kejadian serupa. Tapi aku paham kondisi Bunda, jadi aku tidak akan mengeluh. Aku akan menghadapinya. Sebenarnya ada pikiran untuk meminjam pada Soni. Mungkin dia akan langsung memberikannya tanpa berpikir panjang, tapi aku tak ingin dia tahu. Malu rasanya. Dia sudah melakukan banyak hal untukku.
Beberapa hari setelah kami pulang dari Paris, Soni benar-benar memenuhi janjinya padaku. Janji bahwa dia akan mengajari semua hal yang dia ketahui. Well.........dia memang tidak langsung mengajariku. Dia mendatangkan berbagai macam guru privat untukku. Dari guru Kepribadian, Pelajaran-pelajaran sekolah, piano, bahasa Prancis sampai instruktur kebugaran. Semua kursus itu dilakukan dirumahnya, sepulang sekolah. Praktis sejak itu, jadwal kegiatanku menjadi super padat dari pagi hingga menjelang malam. Jujur aku sudah hampir menyerah pada bulan pertama. Sangat melelahkan! Nyaris semua yang aku lakukan selama ini, salah. Bahkan cara berdiri, berjalan, makan serta bertutur katapun aku memerlukan koreksi. Belum lagi tugas pelajaran-pelajaran sekolah yang harus ku kerjakan, di luar PR dari pihak sekolah. Itu ditambah sesi olah raga rutin 4 kali seminggu di gym pribadi Soni dan renang 2 kali seminggu.
Beruntungnya kau Soni, tidak pernah berhenti mendukung. Dia memberiku semangat disaat aku sudah nyaris menyerah. Tak jarang dia membantuku. Dia juga mengatakan bahwa ini adalah awal, nanti mungkin aku sudah bisa melakukan sendiri tanpa harus di ajari. Dia menjadi obat dopingku. Pendorongku untuk terus maju. Lagipula hal yang paling aku inginkan adalah agar aku bisa pantas bersamanya.
Sejak pertama, aku sudah merasa dan tahu bahwa kami berada di dunia yang berbeda. Kelas yang berbeda. Dan setelah apa yang aku lihat di Paris, bahwa dia berada benar-benar jauh diatasku. Dan aku sungguh ingin mempelajari semua hal yang harus aku ketahui agar aku bisa merasa pantas bersamanya. Dan itu salah sau hal yang membuatku bersemangat untuk terus belajar.
Sementara pada hari-hari libur atau weekend, Soni lebih sering mengajakku pelesiran kemana-mana. Kami sudah berkunjung ek Danau Toba Sumatera, menyusuri tempat-tempat wisata di Bali, melihat bangunan-bangunan kuno di Yogyakarta hingga Semarang. Terkadang kami juga berkunjung ke Singapura atau Malaysia, juga Thailand. Padahal sebenarnya tempat favoritku adalah perkebunan teh Soni di Bogor. Disana juga Soni mengajariku berkuda dan bermobil. Aku membuat ringsek salah satu mobil jeep-nya.
Karena semua hal yang sudah dia lakukan itu, aku tak ingin Soni tahu akan masalahku sekarang. Sudah lebih dari cukup kebaikannya selama ini.
"Kok belum masuk kelas?"