Mata tajam seorang wanita sedang mengekori gerak gerik gadis berbaju lusuh itu, dalam hati mengagumi sedikit akting dan lenggak-lenggok jalan si gadis. Betapa berbakatnya gadis kampung itu, mata para awam pasti mengira si kucing kampung adalah seorang entertain papan atas. Aktingnya penuh dengan penghayatan meskipun dilakukan hanya beberapa menit, bentuk tubuh, wajah, dan cara berjalannya bak supermodel papan atas.
Wanita itu tengah duduk sebagai juri dalam pemilihan kontes murahan untuk menobatkan gadis desa, hal yang aneh bukan? Si penyelenggara acara rupanya punya pemikiran bahwa acara ini sejajar dengan pemilihan Puteri Indonesia. Hah, sangat lucu. Bagaimanapun si wanita patut berterima kasih karena rupanya ia menemukan calon tambang emasnya disini, gadis kampung itu.
Namanya Indah Sariati, wajahnya murni wajah wanita Indonesia, dengan kulit mulus bersih, mata indah yang memikat, bibir tebal yang merah muda alami, dan tubuh sintal yang pasti akan membuat kaum lelaki lupa diri. Gadis itu adalah yang terakhir tampil, ia sempat melihat gadis itu berdoa cukup lama sebelum menunjukkan bakatnya didepan para juri, dan ketika tiba waktunya menunjukkan kebolehan... boom! Ia bagai melihat jelmaan Dian Sastro dan Catherine Wilson dalam satu diri.
Awalnya ia berpikir untuk menawari gadis itu sebuah karir di bidang akting, namun rasanya akan sulit dan akan lama untuk memanen uangnya, ia ingin yang cepat. Menjadikannya model dewasa rupanya lebih menjanjikan karena akan ada dua keuntungan, pertama uang akan datang dari bakat alaminya di depan kamera, dan yang kedua uang akan lebih banyak datang dari pria hidung belang yang pasti akan berebut untuk merasakan tubuh seksi itu.
Ketika waktunya pembawa acara meminta para juri untuk berdiskusi menentukan juaranya, ia meminta dengan iming-iming uang besar untuk para juri lain agar tidak menjadikan si Indah itu sebagai pemenangnya. Sudah kentara sekali bahwa gadis itu seharusnya menang, namun jika gadis itu menang, ia akan mendapatkan cukup banyak uang dan tawaran yang akan dilontarkannya nanti pasti akan ditolak mentah-mentah. Akhirnya para juri menentukan pilihan pada Ayu Sri Dewi, gadis yang tak terlalau cantik namun memiliki bakat dalam bemain musik tradisional.
Ketika pemenang diumumkan, wanita itu dapat melihat dengan jelas ada raut kekecewaan dan kesedihan yang mendalam dari mata sayu gadis bernama Indah itu, ada dua kemungkinan penyebab dari kesedihan itu, pertama gadis itu sedih karena tak mendapatkan ketenaran dan yang kedua sedih akibat tak mendapatkan uang yang cukup banyak.
Beberapa jam setelahnya, ketika acara telah lama dibubarkan, wanita itu menghampiri Indah dengan seringai kemenangan, sangat percaya diri bahwa ia dapat membujuk gadis kampung itu untuk mengikuti keinginannya. Tidak ada manusia di dunia ini yang akan menolak ketenaran dan uang berlimpah yang akan ditawarkannya itu.
"kamu Indah Sariati kan? Perkenalkan... saya Cynthia Lesmana" si Indah itu menoleh dan sedikit terperanjat melihat siapa yang menyapanya.
"i..iya... saya Indah" jawab Indah, tangannya terulur berniat untuk menyalami wanita di depannya. Keningnya berkerut dalam menampakkan kebingungannya. Wanita itu tak menyangka, ternyata dibalik aktingnya yang memukau si gadis kampung sungguh sangat polos dan mudah dibaca dari ekpresi wajah dan matanya.
"kamu sedih karena tidak menang?" tanya Cynthia, mengabaikan uluran tangan gadis kampung itu, sekarang bukan saatnya untuk menyentuh gadis itu, gadis itu sekarang masih kampungan dan ia tak sudi bersalaman dengan orang kampung.
Indah menundukkan kepalanya, berusaha untuk menutupi kesedihannya dan menahan air mata agar tidak terjun bebas. Namun sepandai-pandainya ia berakting, tetap saja rasa kecewa itu begitu besar hingga ia tak mampu membendung satu-satunya pertahanan.
"a...aku kecewa k..karena tidak bisa mendapatkan uang itu...." Jawab Indah lemah, kini pandangannya kosong bercampur air mata, si wanita melihat itu dan mengeluarkan sapu tangan termurahnya.
"ini, hapus air matamu. kamu pikir uang hanya datang dari acara seperti ini? Lagipula buat apa kamu bersedih terhadap uang sebanyak itu? Sedih karena tidak bisa berbelanja sepuasmu?" tanya Cynthia dengan nada sinis, gadis muda selamanya akan menjadi gadis muda, hobi menghamburkan uang untuk sesuatu yang tak penting.
Indah menatap Cynthia dengan wajah bingung. Berbelanja?
"bu..bukan untuk berbelanja. Buat apa mbak aku berbelanja dengan uang sebanyak itu? Ak..aku butuh uang itu untuk biaya sekolah adik-adikku mbak, Bayu adikku sudah memaksa ingin masuk SMA di kota.... Dan kami tak punya uang" jawab Indah dengan nada lirih. Wanita itu heran, hanya karena sekolah adiknya?
"hanya karena itu kamu sedih?" wanita itu menaikkan sebelah alisnya.
"mbak tidak mengerti.... Sekolah adalah hal yang sangat penting bagi kami. Aku memiliki lima adik kecil dan sebelum ibuku meninggal ia berpesan untuk kami semua menyelesaikan pendidikan kami setinggi-tingginya. Ayah kami meninggal karena menjadi korban perbudakan dan itu karena ayah tidak memiliki latar belakang pendidikan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Aku tidak mau adik-adikku bernasib yang sama...." Jawab Indah dengan nada lemah, teringat kembali akan wajah lelah dan pengorbanan ibu dan ayahnya.
"hmm... begitu..... kalau begitu kamu harus bersenang diri akan tawaran yang akan aku ajukan. Kamu tahu siapa aku kan?" Indah membalas dengan anggukan kepala.
"bagus, hanya untuk memperjelas, aku Cynthia Lesmana, salah satu manajer artis ternama dan aku memiliki banyak hubungan dengan orang-orang terkenal di Jakarta. Uangku banyak, jadi untuk membiayai sekolah anak-anak satu kampung bukan hal yang sulit bagiku... apalagi membiayai sekolah adik-adikmu.
"begini, aku punya tawaran untukmu. Aku lihat kamu memiliki kemampuan didepan kamera yang cukup bagus, ditambah dengan wajah dan tubuhmu yang menarik.... Bagaimana jika aku mengorbitkanmu sebagai model? Jika kamu mengikuti semua apa kataku dan mau bekerja keras dalam waktu yang singkat kamu bisa menjadi jutawan"
Indah membelalakan matanya, jutawan? Maksudnya ia akan memiliki uang berjuta-juta begitu? Itu artinya.... Ia dapat membiayai sekolah adiknya hingga perguruan tinggi.... Dan cita-cita Nizam untuk menjadi dokter akan tercapai!
"t...tapi apakah menjadi model memang bisa sekaya itu mbak?" tanya Indah ragu, apakah ia? Tapi toh ia tidak mengetahui penghasilan para artis dan model.
"kamu tidak percaya? Kamu pikir dari mana uang para artis dan model-model yang digunakan untuk pergi ke luar negeri? Kamu pikir ke luar negeri itu murah? Berkali-kali lipat lebih mahal dari biaya kamu ke Jakarta!"
Indah membenarkan perkataan wanita itu dalam hati, ia teringat pernah menonton acara gosip di rumah tetangganya yang saat itu sedang menyoroti penyanyi Syahrini yang berkeliling Eropa, atau Aura Kasih yang memiliki mobil mewah. Apakah ia bisa menjadi seperti itu? Bayangan wajah adik-adiknya terlintas di kepala Indah, membayangkan Nizam dengan jas dokternya, Bayu dengan pakaian kantorannya, Ajeng dengan seragam gurunya, Puteri dengan mahkota Puteri Indonesianya, dan Ayu dengan entah apa cita-citanya. Bayangan itu membuatnya tersenyum bahagia sekaligus membuatnya menangis haru. Ia akan melakukan apapun untuk mewujudkan cita-cita adik-adiknya dan membuat ibu dan bapaknya tersenyum diatas sana, kalau perlu ia akan bekerja hingga tulang-tulangnya patah.
Dan dengan uang itu juga ia dapat mewujudkan cita-cita terpendamnya untuk membangun panti asuhan dan kebun bunga sendiri.... Juga jika uangnya masih belum habis, ia bisa memberikannya kepada orang-orang lain yang kesulitan uang. Membayangkan pak Joko yang isterinya meninggal karena tak punya biaya untuk membawanya kerumah sakit, membuat Indah semakin kuat untuk menerima tawaran wanita itu.
Dengan senyum lebar dan mata berbinar, Indah memalingkan wajahnya kepada wanita bernama Cynthia itu.
"kapan mbak saya bisa ke Jakarta?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Andrea Valerie
General FictionKetika mendengar nama Andrea Valerie, seketika banyak orang menghujat. Tubuhnya yang seksi menggoda iman, perilakunya yang suka mencari sensasi dan suka gonta-ganti kekasih membuat banyak orang jengah. Dia, Andrea Valerie, adalah sebuah kontroversi...