Spin off Renata
Hidup dalam takdir yang sulit membuat Meta menyimpan tiga rahasia besar terhadap dunia. Rasa sakit yang ia terima sejak lahir ke dunia membuatnya sekokoh baja. Perlakuan tidak adil dunia padanya, diterima Meta dengan sukarela. Kehila...
Contoh pengambilan absen : Jingga (nama kamu), pada 28 Juli 2022 telah membaca bab 03 dari cerita Meta dan Tiga Rahasia karya terbaru hytrrahmi.
🌹
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Betah, nggak, lo jatuh cinta sama orang yang nggak mau jatuh cinta?"
Dua pasang kaki melangkah perlahan menuruni anak tangga terakhir, dengan cowok berparas agak kebule-bulean idaman para cewek berada di depan. Aksel. Disusul oleh cowok berbadan tegap dan kokoh bagai bodyguard di drama Korea di belakang. Pandu namanya, yang baru saja mengajukan pertanyaan atas usaha sahabat segengnya untuk memperjuangkan cintanya.
Karena Aksel tak kunjung menjawab, Pandu berseru lagi. "Gue liat-liat, Meta sulit ditaklukkan, Sel. Nggak kayak cewek lo pada umumnya yang terbilang murahan, justru dia jadi jagoan di Gemilang. Lo nggak mikir dua kali buat pacaran sama cewek kayak Meta? Ya, lo tau lah gimana sikap dia ke lo."
Kali ini senyuman miring diperlihatkan oleh Aksel, agak tersinggung dengan ucapan Pandu untuk mewakili Meta. Sang gebetan sialan yang mengatainya sebagai hama. "Cewek kayak Meta? Kayak lo udah kenal lama aja sama tu cewek. Sejauh ini gue belum bisa menyimpulkan apapun, tapi gue akan buat Meta bertekuk lutut di hadapan gue," tekadnya.
"Lo yakin Meta nggak akan berbalik nyerang lo? Ntar malah lo yang ngejilat ludah sendiri."
"Dua tahun gue ngejar-ngejar dia, sampe sekarang belum ada perkembangan, sih, Ndu."
"Nggak usah aneh-aneh, deh. Berurusan sama Meta kayak lagi berurusan sama tentara, dan lo terorisnya! Ribet, sumpah!" Pandu gemas sendiri akan rencana Aksel yang menurutnya tidak berguna dan buang-buang waktu. "Lagian lo punya dendam apa, sih, sama Meta? Dua tahun ngejar-ngejar, gila aja masih suka."
Keduanya berbelok, masih bercengkerama bersama meski disepanjang jalan ditatap dengan sebuah kekaguman dan kalimat puja, oleh siswi yang tak sengaja berpapasan dengan mereka. Tak terasa, Aksel dan Pandu hampir sampai di ruang guru yang tinggal beberapa langkah lagi.
"Sekarang nggak terlalu suka. Cuma gue mau bales apa yang Meta perbuat ke gue. Biar dia tau, rasanya ditolak selama dua tahun itu kayak apa."
"Salah elo juga jatuh cinta nggak kira-kira. Kalau udah ditolak mentah-mentah, seharusnya dilepehin, nggak usah dikejar-kejar lagi."
Aksel tertawa ringan mendengar ucapan Pandu yang dengan entengnya berkata seperti itu, tanpa tahu rasanya seperti apa. Meski begitu, Aksel tetap menghormati pendapat Pandu, lagipula ia juga memang masih memiliki sedikit perasaan untuk Meta. Dua tahun tak cukup untuk mengikis habis perasaan itu, sungguh! Namun ia juga sakit hati karena ditolak, dipermalukan, juga dihina di depan orang banyak. Alangkah baiknya jika Aksel menggali lebih dalam tentang alasan Meta bersikap seperti itu padanya.