Spin off Renata
Hidup dalam takdir yang sulit membuat Meta menyimpan tiga rahasia besar terhadap dunia. Rasa sakit yang ia terima sejak lahir ke dunia membuatnya sekokoh baja. Perlakuan tidak adil dunia padanya, diterima Meta dengan sukarela. Kehila...
Contoh pengambilan absen : Jingga (nama kamu), pada 28 Juli 2022 telah membaca bab 03 dari cerita Meta dan Tiga Rahasia karya terbaru hytrrahmi.
🌹
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Udah balik aja lo, nggak disuruh mampir? Meta aman, nggak?" Pertanyaan itu datang dari Pandu yang menyadari kehadiran Aksel, walau laki-laki itu hanya diam sambil menatap emosi ponselnya.
Samar-samar pertanyaan Pandu menyelinap ke kuping Aksel, membuat cowok itu terbata dan menatap teman-temannya satu per satu. Sekarang mereka ada di rooftop Prismatrix Kafe, jadi setiap perhatian kini hanya tertuju pada Aksel sembari menunggu cowok itu menjawab pertanyaan Pandu.
Melihat wajah linglung Aksel, rasa ingin tahu Dewa meningkat sebagai pimpinan geng. "Lo kenapa kayak orang bingung gitu?" tanyanya.
Aksel berdehem, mencoba bersikap seperti biasa walau dirinya sendiri sedang berperang melawan apa yang tadi ia lihat di rumah Meta. Sebuah kekerasan yang tidak bermoral, yang Aksel duga dilakukan oleh ayah Meta sendiri. Tiba-tiba cowok itu berdecak, semakin menambah rasa penasaran tim inti Destroyer.
Sadar melihat tatapan teman-temannya, Aksel menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Sori buat hari ini, duel sama Miguel jadi batal karena gue," dustanya pada Dewa dan yang lainnya.
Devon terkekeh. "Karena lo gimana? Meta biangnya!"
"Lo belum jawab pertanyaan gue, kenapa udah balik aja? Meta aman?" Pandu mengulang pertanyaan yang belum sempat dijawab oleh Aksel.
"Bro, duduk dulu." Bens bangkit dari duduknya yang sebenarnya sudah memantau dan menduga bahwa sudah terjadi sesuatu pada Aksel. Tetapi Bens tidak seperti teman-temannya yang langsung mewawancarai Aksel, dia memilih untuk tidak menunjukkan rasa ingin tahunya.
Dengan baiknya, Bens sampai menarik sebuah kursi yang kosong ke hadapan Aksel, meminta cowok itu untuk menenangkan diri terlepas dari apa yang Aksel alami sampai membuatnya merasa terkejut seperti ini. "Kalau belum bisa jawab nggak usah dijawab dulu, kita semua bisa nunggu, Sel."
Pernyataan dari Bens seperti isyarat untuk teman-temannya agar berhenti memojokkan Aksel dengan pertanyaan yang sama terkait Meta. Hingga kemudian keadaan pun menjadi canggung, hening panjang menguasai dalam lirikan penug tanya satu sama lain.
Sementara di posisinya yang saat ini duduk di sebelah Bens menghadap teman-temannya, Aksel mengingat lagi kejadian dimana ia melihat Meta dipukul. Seumur hidupnya, ia belum pernah melihat seorang perempuan ditangani sampai tidak mengeluarkan jeritan sekecil apapun. Seolah semua pertanyaan Aksel di atap sekolah terjawab dengan kejadian tak menyenangkan ini. Bahwa pelakunya adalah laki-laki biadab itu.