Detik yang berubah menjadi menit. Membuat seseorang yang kini masih tertidur pulas diatas ranjang semakin tidak ingin bangkit dari alam mimpi.
9:30
Seorang pria masih terpejam walaupun alarm pagi sudah menyala sejak 10 menit yang lalu.
Tok! Tok!
"Chanyeol..bangunlah ayo turun sarapan"
Sejenak helaan nafas muncul dari sang istri yang saat ini berdiri dibalik pintu kamar mereka.
Ceklek.
"Seperti biasanya..kau masih saja susah sekali dibangunkan. Chanyeol..cepat bangun. Anak-anak menunggumu"
Yang disebut mulai menggeliat dengan kedua alis yang berkerut. Tanpa menunggu lama kedua mata tajam bak elang itu terbuka.
"Cepatlah Chanyeol..anak-anak sedang menunggumu sambil bersiap-siap"
Yura yang menunggu sang suami beranjak dari ranjang sambil membereskan yang menurutnya terlihat berantakan di dalam kamar mereka berdua.
Chanyeol sejak tadi hanya diam sambil melakukan peregangan kecil lalu bersandar pada headboard ranjang.
Yura melihat itu sudah biasa. Tak ada sapaan romantis disaat pagi hari datang. Ia sudah terlalu hapal betul karakter suaminya yang tidak pernah bisa romantis disaat-saat tertentu.
Jangankan sebuah satu patah kata tapi sikap yang mencerminkan suatu keromantisan pun tidak bisa diharapkan dari sang suami. Jadi Yura sudah terlalu lelah untuk berharap suaminya seperti yang diinginkannya.
Namun biar begitu juga Yura selalu mencintai sang suami dengan sepenuh hati. Benar-benar mencintai seorang Park Chanyeol yang cuek, kaku, dan membosankan.
"Chan, sampai kapan kau mengumpulkan nyawamu?" Yura bertanya sambil menatap sang suami dari cermin meja rias yang letaknya di samping ranjang.
Chanyeol sebenarnya sudah mendengar dengan jelas kata-kata sang istri sejak memasuki kamar namun sangat malas dan memang tidak ada niat untuk meladeni atau merespon ucapan sang istri.
"Siapkan saja sarapanku. Aku akan langsung mandi. Dan katakan pada anak-anak jangan menungguku. Sarapan saja lebih dulu"
Ucapan Chanyeol membuat Yura yang sedang membereskan serangkaian make up miliknya sejenak berhenti. Dan berbalik menatap Chanyeol sepenuhnya.
"Apa kali ini kau melakukan pekerjaanmu dengan begitu berat? Mungkin bagimu ini bukanlah suatu hal yang penting tapi kau selalu seperti ini ketika kau benar-benar sibuk dengan pekerjaanmu dan pekerjaan itu membuat hidupmu jauh lebih berat dari biasanya"
Yura menghela nafas sejenak.
"Tapi menurutku ini sudah pada batasnya Chanyeol. Aku sangat tahu betul dirimu tapi tidak dengan bersikap seperti ini pada anak-anak. Mereka benar-benar ingin melakukan sesuatu hal bersamamu walaupun itu hanya hal yang sepele. Tidak perlu memikirkan aku. Tapi pikirkanlah anak-anak. Kau terlalu jauh dengan duniamu sendiri Chanyeol"
Jelas Yura yang mengatakan itu semua dengan tenang. Karena ia tahu jika bicara dengan Chanyeol harus dengan tenang dan perlahan jika diawal sudah dengan nada yang tinggi atau emosi sekalipun jangan harap Chanyeol akan merespon. Yang ada hanyalah sisa dari jejaknya saja. Karena Chanyeol akan segera berlalu pergi tanpa sepatah kata jika ia sendiri sudah bicara dengan emosi.
"Aku akan bicara pada anak-anak nanti. Agar mereka mengerti bahwa aku sudah mencoba berusaha menjadi apa yang mereka inginkan" suara serak low bass dari Chanyeol membuat Yura tidak merasa puas.
"Chanyeol kau mengerti maksudku bukan?"
"Aku sangat mengerti. Maka dari itu biar aku saja yang mengatakan pada mereka"

KAMU SEDANG MEMBACA
UNHOLY 🔞
FanfictionHARTA TAHTA RAGA Byun Baekhyun Lee Taeyong Lee Haechan Mereka bertiga adalah sebab-akibat. Ingin mengalahkan dunia dengan cara mereka sendiri. Walaupun dengan cara yang paling kotor sekalipun. UNHOLY Cinta? Sepertinya mereka tidak butuh.. *Cerita in...