01

16 2 0
                                    

Untuk mata kuliah yang satu ini, Kaninda rasanya sudah ingin menangis di tengah-tengah kelas berlangsung. Sebelum air matanya benar-benar menetes, Kaninda mengedarkan pandangannya ke penjuru kelas. Rupanya semua mahasiswa di kelas ini menampilkan ekspresi yang sama. Pusing dan ingin menangis. Kaninda mana pernah menyangka jurusan yang dia kira mudah ini ternyata mudah-mudahan bisa bertahan. Kaninda dulu sangat percaya diri masuk ke jurusan ini karena ini satu-satunya hal yang dia sukai, ternyata akhirnya sama saja ya, pusing juga.

"Baik, saya rasa cukup untuk hari ini. Kita lanjutkan lagi minggu depan." Ucapan dosen itu mendadak disambut oleh desahan lega dan senyum dari semua mahasiswa tidak terkecuali Kaninda. Setelah menjawab salam dosen, Kaninda merapikan alat tulisnya dan tersenyum semakin lebar sebab setelah ini dia akan makan ayam geprek setelah sejak sejam lalu memikirkan akan makan soto atau ayam geprek. Meski setiap hari makan dua menu tersebut, tetap saja makan geprek adalah kenikmatan.

"Nin, yuk makan," Kaninda menoleh ke belakang kemudian menyampirkan tottebagnya, "yuk, Ge, gue mau ke geprek biasa."

Ghea mencebik, "geprek mulu anjir besok jadi ayam lo."

"Asal gak ayam kampus aja sih."

"Mulut lo anjing," ucap Ghea menoyor kepala Kaninda. Kaninda ini kalo ngomong emang suka gak tahu aturan.

Kaninda hanya terkekeh kemudian berjalan keluar kelas diikuti Ghea di belakangnya. "Nin, nanti sore gue mau nonton futsal lo mau ikut gak?"

Kaninda mengernyit, "tumben nonton olahraga?"

"Cowok gue main soalnya," jawab Ghea nyengir.

"Yaelah gue pikir kemajuan nih lo nonton olahraga, ternyata gara-gara cowok, tai."

"Itu tandanya tu cowok bawa pengaruh baik terhadap keberlangsungan hidup dan masa depan gue, Nin!"

"Jadian aja dulu kali."

Ghea mencebik kemudian menggandeng lengan Kaninda, "jangan bawa-bawa status jadian itu ke dalam obrolan kita deh. Gue capek minta kepastian tapi dijawab sabar mulu emang tai Mario."

Kania memutar bola mata malas, "tinggalin aja sih, mending sama Kak Naufal noh jelas cakepnya."

"Kalo cuma cakep mah Mario juga cakepnya no kaleng-kaleng kali."

"Buat apa cakep kalo gak ngasih kepastian."

Ghea membuat wajah kaget yang dramatis, "ucapan lo itu menyakiti hati gue, Nin," ucapnya tak kalah dramatis dari ekspresinya saat ini."

"Bodo amat, anjing."

Ghea tertawa kemudian mereka melanjutkan perjalanan menuju parkiran lalu ke warung ayam geprek langganan para mahasiswa.

...

Jujur, Kaninda menyesali keputusannya untuk ikut Ghea dan Mario menonton futsal di arena futsal sore ini. Bagaimana tidak, sekarang Kaninda di hadapkan oleh Ghea yang bersorak seperti orang gila bersamaan dengan belasan cewek yang juga berteriak sama gilanya dengan Ghea. Kaninda hanya bisa duduk dan menonton meski gak ngerti cara main futsal ini gimana. Kaninda hanya ikut-ikutan bertepuk tangan saat ada yang menyetak gol meski tidak tahu tim mana yang menyetak gol. Ya, Kaninda juga gak mendukung tim manapun sih.

Teriakan terdengar makin keras dan riuh saat salah suara peluit tanda berakhirnya pertandingan berbunyi. Kaninda sih gak tahu mana yang menang, yang terpenting dia ingin segera keluar dari tempat itu. Tapi keinginannya cuma keinginan belaka pasalnya Ghea justru mengambil air mineral dan handuk untuk cowoknya si Mario yang sedang berjalan ke arah mereka saat ini bersama gak tahu siapa Kaninda gak kenal.

"Congrats, Mariooo. Keren banget dah kamu mainnya," ucap Ghea kepada Mario setelah Mario sampai di hadapannya.

"Thanks, Ghe. Seru gak nonton aku main?" Tanya Mario seraya duduk di kursi dan menyeka keringatnya dengan handuk dari Ghea.

"Gak seru anjing, pengang kuping gue dengerin teriakan orang sekampung," sahut Kaninda jengkel.

"Ya lagian lo ngapain ikut nonton, Nin. Biasanya juga gak pernah nonton olahraga lo," ucap Mario.

"Cewek lo noh nyeret-nyeret gue."

Ghea nyengir, "ya udah sih Nin. Sekali-kali laah."

Kaninda hanya mendesah malas.

Mario memutar badannya ke hadapan Kaninda yang ada di belakangnya kemudian berkata, "Nin, kenalin nih temen gue dia suka Arctic Monkeys juga kayak lo."

Kaninda menaikkan alisnya, "ini?" Tanyanya melihat seorang laki-laki yang duduk menghadap lapangan sambil minum air mineral. Mario mengangguk kemudian menyenggol laki-laki itu. "Ta, nih temennya Ghea yang suka Arctic Monkeys."

Laki-laki yang dipanggil "Ta" itu menoleh kemudian berkata, "oke." Dan pergi meninggalkan mereka bertiga.

"Lah kenapa itu temen kamu?" Tanya Ghea.

"Gila kali ya itu temen lo, Mar," ucap Kaninda.

"Lo bisa gak stop manggil gue Mar. Nama gue Mario," protes Mario.

"Lah dimana salahnya gue manggil lo Mar kalo nama lo Mar."

"Tai lo," ucap Mario kesal. Tidak sekali dua kali Kaninda memanggil Mario dengan sebutan Mar. Tidak ada yang salah sih, hanya saja Mario tidak suka. Dia lebih suka dipanggil Rio saja. Disebut Mar menurutnya aneh. Memang Mario ini banyak mau sih, maklum aja.

Ghea tertawa kecil melihat tingkah Mario dan Kaninda yang selalu bertengkar setiap bertemu. Ghea tahu Kaninda sedikit tidak suka dengan Mario karena menggantung hubungan Ghea dengan Mario, tapi Kaninda tidak menunjukkan terang-terangan dan masih mau mengobrol dengan Mario adalah hal yang Ghea syukuri.

"Udeh sih berantem mulu, mending kita makan abis ini," saran Ghea karena jujur dia lapar setelah berteriak kesetanan mendukung cowoknya saat bermain futsal tadi.

"Boleh, tapi aku mandi dulu ya. Aku juga ajak Genta nanti, gapapa?" Tanya Mario.

Ghea mengangguk setuju, "gapapa banget biar Ninin gak nyamuk-nyamuk banget hahahaha."

Kaninda mendelik sebal, "mending gue balik daripada jadi nyamuk lo berdua."

"Ikut aja sih, Nin. Ntar lo bisa ngobrol tuh sama Genta kan kesenengan lo berdua sama tuh. Tapi maafin dah dia emang agak gak jelas anaknya, makanya tadi juga pergi gitu aja. Kayaknya sih mau mandi. Gak mungkin pulang duluan soalnya dia nebeng gue tadi," jelas Mario.

"Gak nanya, Mar. Panjang bener penjelasan lo."

"For your information aja."

"Too much information, anjir. Udah sana lo mandi, bau banget lo anjir," suruh Kaninda.

Mario mendelik tapi tetap pergi juga untuk mandi setelah berpamitan dengan Ghea. Kemudian Kania dan Ghea berjalan keluar juga, mereka menunggu Mario dan Genta di depan arena futsal yang dekat dengan parkiran.

...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 02, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KAKTUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang