Bugh
Bugh
Bugh
Bugh
Seorang perempuan berpakaian serba hitam itu dengan brutal memukuli lawan nya yang berada dibawah nya.
Sang lawan sudah terkapar tak berdaya, hanya pasrah saat satu pukulan dilayangkan kearah wajahnya yang sudah babak belur.
Perempuan itu akhirnya bangkit, menghentikan aksinya meski rasanya belum puas untuk menghabisi lawan nya itu.
"Sekali lagi Lo buat masalah sama gue atau anak buah gue, abis Lo!" Ancamnya tak main-main.
Perempuan itu akhir nya mengenakan helmnya dan pergi dari sana dengan motor nya, setelah sebelum nya melempar kan obat merah dan kapas kearah korbannya.
Sang korban mengerjap kaget dan.. Heran. Karena baru pertama kali ada orang yang habis mukulin musuhnya terus ngasih obat merah buat bersihin lukanya.
Sesuatu yang.... Aneh 'kan?
***
Brumm..
Ceklek..
Mendengar pintu terbuka, membuat beberapa orang yang ada diruang tamu itu menoleh kearah pintu.
"Assalamualai...kum,"
Seorang perempuan muncul dibalik pintu dengan kantong kresek di tangan kanan nya itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Waalaikum salam. Dari mana kak?" Tanya seorang pria paruh baya yang tak lain adalah ayahnya.
"Dari beli martabak yah," jawabnya sambil mengangkat sedikit kantong kresek ditangannya yang berisi sekotak martabak coklat dan sekotak martabak telor.
"Itu Zea yang minta beliin yah," ujar Zea sambil mengerjakan tugas sekolahnya.
"Emang iya?"
"Iya yah. Serius deh. Tadi tuh Zea minta kak Ari buat beliin itu. Soal nya Zea minta ke Abang buat beliin bentar, Abang gamau," ujar nya lagi dengan nada kesal.
Ari yang dari tadi menahan gugup akhirnya bisa bernapas lega karna sang adik datang menjelaskan dan membelanya didepan sang ayah.
"Lah kok gue cil?" Sergah Haikal tak terima dituduh si bungsu. "Kok gue yang kena? Kan Lo kagak minta apa-apa ke gue,"
"Kok gue, kok gue. Kan bener Abang tadi emang gamau beliin martabak Zea," bela Silma dari arah dapur sambil membawa secangkir kopi untuk sang ayah.
"Yaah mampus Lo bang di keroyok," gumam Ari pelan sambil melepas hoodie hitam yang melekat ditubuh nya.
"Bilang apa Lo Ar?" Ucap Haikal pada Ari.
"Sudah, sudah. Kok ribut? Mending makan aja martabak nya mumpung belum dingin," lerai ayah mereka, Yudha.
Ketiga perempuan itu cekikikan melihat wajah Abang mereka yang tengah menahan emosinya.
"Kok rame banget kayanya? Sampe dari dapur belakang kedengeran, keras banget," ucap seorang wanita paruh baya yang tak lain dan tak bukan adalah sang bunda tercinta, Laras.
"Iya Bun rame, soalnya lagi menistakan Abang yang katanya paling ganteng sedunia," kekeh Ari.
Haikal menghela napas, pasrah.
"Ya Allah apa salah hamba? Gini banget punya adek suka nistain," ujar Haikal melas membuat semua orang yang ada diruangan itu tertawa.
***
Hari semakin larut, jam sudah menunjukan pukul 11.00 malam.
Angin malam yang berhembus kencang itu tak membuat Ari untuk masuk kedalam kamar. Dirinya sibuk melamun sambil menetap ribuan bintang diatas langit.
"Ar ngapain disini? Kok nggak tidur?" Tanya Silma yang entah sejak kapan sudah masuk kedalam kamar dan duduk bersama nya dibalkon kamarnya.
"Nggak bisa tidur," balas Ari yang masih fokus memperhatikan gemerlap bintang malam ini.
"Ar, kamu ada masalah apa? Mau cerita?" Tawar Silma.
Mendengar itu, Ari sontak menoleh kearah sang kakak. Selang beberapa detik kemudian Ari mengalihkan lagi pandangan nya kearah langit.
"Kak, dia... Kembali,"
Seketika Silma membisu.
***
Pendek? Kan prolog.
Jumpa lagi di part selanjut nya....🤗
Malang, 09 Oktober 2022
Salam hangat 🎶
See You
....