Tiny Story

241 17 0
                                    

Namjoon menyukai helai-helai halus permukaan kelopak lisianthus. Apalagi yang berwarna ungu. Selain itu, tidak lain tidak bukan, tentu saja karena Seokjin.

Bunga cantik itu adalah alasan mereka bertemu.

Ketika itu, Namjoon tengah iseng mencari ide baru untuk cerita karangan, yang bermula dari sebuah cerita pendek. Dan laki-laki bermarga Kim itu tengah mencoba menjadikan dirinya sebagai tokoh utama.

Menggunakan bolpoin, Namjoon menorehkan bait-bait kata ke dalam sebuah jurnal kecil bersampul ungu gelap yang baru dibelinya dari sebuah toko aneh. Pemilik toko menyebutnya sebagai jurnal takdir dan seseorang bisa menulis takdirnya sendiri.

Haha! Ada-ada saja! Pada zaman modern begini, siapa yang akan percaya lelucon konyol semacam itu?

Suasana hati Namjoon sedang baik-baiknya pagi itu. Hal apapun yang dijumpai laki-laki dengan jubah tipis warna biru itu pasti akan mendapat satu senyuman cerah menyamai matahari yang belum begitu terik.

Setidaknya, Namjoon sudah menulis gambaran seseorang yang nanti akan menjadi pasangannya di dalam cerita itu; seorang laki-laki manis yang membuat Namjoon jatuh cinta padanya lebih dari satu kali.

Namjoon berencana mengisi penuh beberapa lembar jurnal itu saat tiba di sebuah tempat istimewa. Kolam air mancur di tengah-tengah sebuah taman besar.

Sampai di sana, pipi berlubangnya tiba-tiba merasa pegal. Senyumnya redup pelan-pelan. Rencana Namjoon yang telah dirancang rapi sepertinya harus batal.

Ada pesta pernikahan di sana.

Buket-buket bunga warna ungu diletakkan secara tersusun pada beberapa tempat. Tamu-tamu pesta yang berjumlah lebih dari tiga puluh orang, denting gelas berisi sampanye, alunan musik khas pernikahan, tawa dan hingar-bingar yang nyata seketika membuat Namjoon diserang sakit kepala mendadak. Ide serta imaji apik yang sempat hinggap di kepalanya meluap tak bersisa.

Oh, sial!

Melihat sepasang pengantin yang saling berbagi tawa nyatanya malah membuat suasana hati Namjoon bertambah buruk. Sebaiknya Namjoon mengalah dan mencari tempat lain.

Tubuh bongsornya baru saja berbalik ketika seorang anak perempuan dengan gaun pengiring pengantin menjadi barikade dadakan yang mencegahnya pergi. Anak itu menggeleng tegas, pun menekuk kedua tangan kecilnya di depan dada. Tak perlu aba-aba pasti, lima jemari mungil itu menyusup pada empat jari Namjoon dan menariknya masuk ke dalam kerumunan pesta. Dan tanpa sepengetahuan Namjoon pula, sebentuk gelas ramping dengan sampanye tidak sampai memenuhi setengahnya telah terselip di sebelah tangannya yang lain.

Beberapa orang laki-laki tak dikenal beberapa kali mengajak Namjoon berbincang ramah walaupun ucapan mereka tidak dimengerti karena terlalu banyak suara tawa.

Apa mereka tidak tahu bahwa Namjoon adalah tamu yang tidak diundang?

Demi Tuhan. Namjoon bisa pingsan jika terus-terusan berdiri di situ.

Untunglah permohonannya didengar. Dalam sekejap, para tamu yang mengelilinginya, secara ajaib malah beralih mendekati sepasang pengantin. Sepertinya, pasangan bahagia itu akan melakukan tradisi lempar buket. Katanya, satu-satunya tamu beruntung yang berhasil mendapatkan buket, dapat segera memakaikan cincin dengan pasangannya di depan pendeta.

Sebuket lisianthus ungu mulai dilempar oleh kedua pengantin. Karena dilontarkan terlalu kuat, buket bunga justru melambung teramat jauh, mengarah pada Namjoon di belakang kerumunan. Haruskah Namjoon menangkapnya?

Buket ungu itu meluruk jatuh dan sungguh tidak ada kesusahan sedikitpun untuk meraihnya.

Baiklah, coba saja! Siapa tahu, Namjoon cepat mendapat jodoh.

A Thousand Versions Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang