Mataku terpaku menatapnya. Diam-diam mencuri celah agar selalu bisa melihatnya dalam jarak. Aku hanya terlalu pengecut untuk mengakui bahwa aku mengaguminya. Aku terlalu takut menyampaikan rasaku padanya. Rasa yang sudah jauh lama kupendam dihatiku yang hanya aku saja yang tahu. Aku sengaja tak memberitahu siapapun. Termasuk dia, lelaki tampan dengan sejuta pesona, Galaksi Bintang.
Aku hanya seorang Melodi Cinta, seorang gadis biasa yang sebenarnya tak pantas untuk mengagumi bahkan hingga mencintainya. Namun, apalah dayaku. Aku hanya menusia yang menginginkan rasa ini berwujud dalam satu konsep bahagia yang selama ini kuimpikan. Sekalipun aku sadar, aku takkan pernah bisa mendapatkannya, mendapatkan cintanya.
Tuhan, kumohon hapuskan rasa ini, rasa yang hanya akan menyiksaku. Rasa yang kian lama ingin kuhapus, kian besar pula hati ini menyimpannya. Aku hanya tak ingin semakin tersiksa dengan kehadiran rasa ini. Kumohon hapuslah rasa ini, harapku dalam hati.
Aku menghembuskan napas perlahan. Melangkahkan kakiku. Menjauhkan pandanganku ke arahnya. Kurasa hari ini sudah cukup untuk melihatnya, pikirku.
"Hei," sapa seseorang sembari mencekal lenganku. Aku melepaskan headset di telingaku lalu menoleh ke sumber suara. Aku tertegun. Mematung di tempatku. Mataku tak berkedip kala menatap matanya.
Dia melambaikan tangannya, "hei, lo gak pa-pa kan?" aku mengerjapkan mataku sekejap. Tapi, ternyata terasa sulit. "Gue cuma ingin berbicara sebentar sama lo, bisa?" tanpa sadar aku mengagguk, menerima tawarannya.
Aku masuk kembali ke dalam café. Beralih ke tempat duduk yang sebelumnya ia tempati. Dulu, aku hanya bisa bermimpi duduk bersamanya di sini. Dulu, aku hanya bermimpi bisa berbicara padanya. Tapi sekarang?
"Lo mungkin heran, kenapa gue mengajak lo kemari. Sejujurnya, gue ingin membuat pengakuan sama lo,"
"Pangakuan apa?" tanyaku yang masih terasa guup.
"Gue udah sejak lama mengagumi lo,"
"A-apa..."
"Iya, gue sudah sejak lama mengagumi lo, sejak pertama kali gue datang ke café ini. Untuk itulah gue setiap hari datang ke sini hanya untuk melihatlo, melihat senyum lo. Karena yang gue tahu, lo selalu datang ke café ini setiap harinya. Dan karena itu pula, setiap malam, setiap pulang kerja, gue datang ke sini."
Aku tertegun. Serangkaian kalimat yang ia ucapkan ialah kalimat yang tak pernah bisa kuucapkan. Aku masih merasa ini mimpi. Ini bukan kenyataan. Tuhan, jika ini hanya mimpi. Kumohon biarkan selamanya seperti ini.
"Hei, maafin gue jika selama ini gue udah gak jujur sama lo. Itu semua karena gue terlalu takut, takut ketika gue bilang ini semua, lo akan menghilang dari pandangan gue." Aku bergeming. Terpaku di tempatku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Galaksi Melodi
Short StoryHanya sekedar tulisan cerita tentang Galaksi Bintang dan Melodi Cinta.