Secarik Kertas

1 0 0
                                    


Aku selalu berangkat pagi-pagi. Memasuki kelas yang masih kosong melompong lalu menaruh secarik kertas di kolong mejanya. Menunggu di depan gerbang untuk menanti kedatangannya. Mataku memandang lurus ke arahnya. Terfokus pada satu titik. Seorang gadis yang tak hanya cantik namun juga menarik. Selalu terlihat menawan tiap kali aku melihatnya. Entah apa yang membuatku menyukainya. Tak tahu pula mengapa aku begitu mengaguminya. Aku berjalan pelan di belakangnya setelah melihatnya turun dari mobil.

Ia memasuki kelas. Ia tersenyum setelah menemukan secarik kertas di kolong mejanya.

Kau memang bukan peri bersayap indah. Kau hanya seorang gadis cantik yang menarik. Namun, mampu membuatku melirikmu dengan penuh kekaguman. Tetaplah tersenyum, karena senyummu adalah oksigenku.

Your Secret Admirer

Hari berikutnya aku melakukan hal yang sama. Berangkat pagi ke sekolah, menaruh secarik kertas di kolong mejanya. Lalu menunggunya di gerbang sekolah.

Sekali lagi, aku melihatnya tersenyum setelah membaca secarik kertasku.

Nada-nada beranjak pergi. Meninggalkan lirik yang terdiam di tempatnya. Lantunan harmonisasi lagu pun menjadi irama pengiring. Jangan pernah menangis, karena airmatamu terlalu berharga untuk kau keluarkan. Tangisanmu merupakan luka bagiku.

Your Secret Admirer

Pada hari berikutnya aku melakukan hal yang sama. Berangkat pagi, sekedar meletakkan secarik kertas. Lalu menunggunya di gerbang.

Aku tersenyum memandangnya.

Kau tahu? Mungkin aku maya di mata indahmu. Terasa semu. Karena tak pernah muncul di hadapanmu. Tapi percayalah, bagiku kau terasa nyata di hatiku. Menempati ruang yang terdalam di hatiku. Meski kau tak akan pernah tahu siapa aku.

Your Secret Admirer

Hari ini aku bangun kesiangan. Tak sempat memberinya secarik kertas. Bahkan aku tak sempat menuliskan serangkaian kalimat untuknya. Kemarin malam, aku membuatkan sesuatu untuknya hingga aku lupa waktu.

Aku menatapnya yang terlihat kecewa. Aku menghembuskan napas sejenak. Dadaku terasa sesak melihatnya kecewa. Mengapa ia kecewa? Aku tak tahu. Apakah karena hari ini aku tak memberinya secarik kertas seperti biasa yang kulakukan? Entahlah.

Pada hari selanjutnya. Aku kembali melakukan rutinitasku. Berangkat pagi, memasuki kelas dan meletakkan secarik kertas di kolong mejanya. Lalu kembali menunggunya di gerbang.

Akhirnya aku kembali melihatnya... tersenyum.

Melihat rasa kecewamu membuat dadaku sesak. Jangan pernah merasa kecewa lagi. Meskipun aku tak pernah memberimu secarik kertas lagi. Percayalah bahwa aku akan selalu berada di sisimu dari jarak tak terhingga sekalipun.

Your Secret Admirer

Hari-hari berikutnya aku masih tetap setia memberinya secarik kertas. Menuliskan untaian kalimat untuknya. Masih setia di tempat persembunyianku untuk tetap melihat senyumannya. Masih di sini untuk menatap tawa riangnya.

Bahagia itu sederhana. Melihat tawa riangmu juga sederhana. Menatap senyumanmu terasa sederhana pula. Sederhana memang tak bertepi.

Your Secret Admirer

Hari ini merupakan hari istimewa untuknya. Hari dimana ia menghirup oksigen untuk pertama kali. Aku berangkat pagi, memasuki kelas dan meletakkan secarik kertas untuknya. Berbeda dengan sebelumnya, kali ini aku menempelkan secarik kertasku di atas hadiah yang telah kuselesaikan kemarin. Sebuah hadiah yang sederhana, seribu origami burung yang konon katanya bisa mewujudkan permintaan.

Aku bersenandung saat keluar kelas. Langkahku terhenti. Mendadak keheningan menjamah. Aku terkejut. Mataku membulat. Gadis yang kukagumi berdiri persis di hadapanku. Aku panik, ingin melarikan diri tapi itu akan semakin terlihat mencurigakan olehnya.

"K-kau sedang apa di sekolah pagi-pagi?" tanyanya padaku.

"Aku hanya... hanya...,"

"Hanya apa?"

"Aku hanya ingin menanti seseorang yang tak akan pernah sadar dengan kehadiranku sekalipun aku memberikan sinyal untuknya. Aku menunggu seseorang yang tak akan pernah melihatku meskipun aku selalu berada di sisinya," balasku.

"Eh?" Ia terlihat kebingungan. Aku hanya tersenyum melihatnya.

"Aku pergi dulu ya..."

Ia terdiam. Tertegun di tempatnya. Aku melangkahkan kakiku sembari tersenyum. Tersenyum karena aku bisa berbicara dengannya. Jantungku berdebar hebat saat berbicara dengannya. Darahku berdesir menatap mata indahnya. Ini akan menjadi kenangan termanis untukku. Aku akan meninggalkannya setelah ini. Melupakan cinta tak normalku untuknya.

Aku hanya ingin mengagumimu dari jauh. Mencintaimu dari jarak tak terhingga. Aku akan masih tetap kagum padamu meskipun aku tak memberimu secarik kertas lagi. Kau akan tetap berada di sini, di hatiku yang terdalam. Tak akan ada yang mampu menggantikanmu di sisiku. Tak akan ada yang bisa menggeser posisimu di hatiku. Aku masih mencintaimu. Masih mengagumimu. Tak perlu kau tahu siapa aku. Percayalah, bahwa aku akan selalu di sampingmu, di sisimu dan di hatimu. Seribu origami burung dengan seribu harapan di dalamnya. Happy Birthday.

Your Secret Admirer

Another Story of Circle MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang