CRIMINAL

1.1K 67 61
                                    

Pertama kali Jeno melihatnya saat dia sedang dalam kondisi setengah mabuk di sebuah bar gay. Lelaki itu melenggokkan tubuhnya, mencoba memancingnya. Mata indahnya yang mengerling tajam penuh dengan godaan. Isyarat tubuhnya itu jelas datang untuk menggodanya. Bagai undangan terbuka untuk memangsanya, menyiksanya, dan mengklaimnya di antara selangkangannya. Saat tangan mungilnya itu mengusap sensual bibirnya yang dipoles merah, Jeno sudah ke blingsatan di tempat duduknya.

Ditangkapnya pinggul yang bergoyang sensual saat melewati kursinya. Iblis penggoda itu melewatinya bagai rusa yang sengaja menyodorkan bokongnya pada citah, meminta sang predator untuk menangkapnya, menggigitnya, dan menyeretnya menuju sarangnya.

PLAK

Tangannya bergerak memukul bokong sintal di depannya. Pipi bokongnya yang bergetar terasa kenyal di tangannya, sangat pas di genggamannya, dan dari sini saja Jeno sudah merasa kecanduan. Namun, bagai godaannya tak hanya berhenti di situ. Harum lelaki itu bagai afrodisiak. Hidungnya menjadi sensitif dan menerima rangsangan sepenuhnya dengan baik. Terlalu baik malah hingga membuatnya merinding tentang betapa sangat memikatnya harum lelaki itu dan betapa reaktifnya tubuhnya meresponsnya. Rasanya begitu candu bagai menghisap ganja. Begitu adiktif. Begitu membangkitkan rasa adrenalinnya. Begitu Jeno sangat menyukainya.

Dia ingin membaui setiap inci tubuh di depannya hingga dirinya merasa mabuk dan setiap saraf di tubuhnya mengenali aroma luar biasa lelaki itu. Hidung mancungnya menempel sepenuhnya pada perut ramping lelaki itu. Menciumi aroma yang mengguar dari bajunya, dari kulitnya, dan dari setiap jengkal tubuhnya.

Jeno merasa mabuk kepayang. Pikirannya menjadi goyah dan berkabut.

Sesuatu menggelegak di tubuhnya, memaksa untuk keluar, merembes dari sisi tulang rusuknya. Gejolak itu adalah buncah posesif di hatinya, membara bagai kayu yang disulut api, panas, dan menghanguskannya.

Ini tidak benar, pun tidak baik, Jeno tahu itu, tetapi manusia diciptakan untuk goyah pada godaan. Itu sudah meresap dalam gennya, menjadi cangkang dari setiap selnya, bahwa dia akan patuh pada iblis yang terus menggodanya ini. Pada rubah cantik yang menggoyangkan ekornya. Bagai itu sudah takdir bahwa mereka akan bertemu pada akhirnya.

Ini gila, sekali lagi dia, Jeno, tahu itu. Tubuhnya pun tak berhenti menggigil merasakan pertemuan gila ini. Semuanya sudah dirancang sejak awal, Jeno yakin tentang itu. Iblis ini tidak mungkin serta-merta datang untuknya secara acak. Dia tahu bahwa mahakarya di depannya itu adalah hadiah dan cobaan untuknya yang secara khusus didatangkan pada waktu yang tidak tepat. Waktunya tidak tepat, dirinya bukan miliknya sendiri lagi, tetapi jika bukan sekarang, maka kesempatan itu mungkin tidak akan datang lagi. Oleh sebab itu, dirinya menyerah. Jeno membiarkan tubuhnya terapung di lautan dosa.

Sesuatu yang ditetapkan dengan jelas itu menjadi kabur. Raungan jiwanya keluar, mencabik-cabiknya setelah dia berusaha menahannya rapat-rapat selama ini. Kotak Pandora itu pecah dan pintunya yang terbuat dari kaca menancap bagai luka di hatinya.

Keinginan terliarnya pada sesama kaum adam, pada jenis kelamin yang sama dengannya.

Semuanya buyar dan kabur. Jeno kehilangan kemampuannya untuk berpikir, untuk menimbang sesuatu yang benar dan salah. Dia ingin merengkuh pria ini, memenjaranya dalam pelukannya, dan membuatnya mengerangkan namanya hingga serak, habis terbuang oleh rasa nikmat. Membuat kulit mulusnya basah dan membuat testisnya kehabisan stok spermanya. Walaupun hanya untuk satu malam, dia tidak akan menyesal.

CRIMINAL | NOREN FANFICTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang