What Have You Done to Me, Sir?

455 4 1
                                    

"Terima kasih sudah mau datang jauh-jauh untuk menemui saya," tutur lelaki berusia akhir 40 an pada lelaki berusia pertengahan 30 an di seberang meja.

Lelaki di seberangnya itu menyahut, "Sama sekali tidak merepotkan, Pak ."

Lelaki itu baru sampai dari Jakarta. Tepatnya pukul 18.40.

Wajahnya tampan dengan garis tegas. Pada alis kirinya terdapat bekas luka yang justru menambah daya tarik. Hidungnya mancung dan lurus seperti papan seluncur. Bibirnya penuh berwarna lembut. Rambutnya ikal sebatas leher disisir menyamping dengan poni menyentuh pelipis.

Lelaki itu meninggalkan gedung kantornya dengan jeep Mercedes-Benz hitamnya menjelang pukul tiga sore. Dia berencana sampai di vila milik Hendrawan yang terletak di kawasan Bogor sebelum matahari terbenam.

Namun, hal-hal tak terduga memang bisa saja datang mengacaukan rencana yang dibuat manusia. Sebuah kecelakaan lalu lintas menghambat perjalanannya.

"Pasti kamu lelah, Bram. Bagaimana kalau kamu bersantai sejenak?" lanjut lelaki yang rupanya bernama Hendrawan. "Perkenalkan dulu. Ini Daryna. Dia akan menemani kamu selama berada di sini. Jangan sungkan-sungkan, Bram."

Hendrawan menoleh dan mengedip pada perempuan yang dimaksudkannya. Perempuan itu bersandar di lengan kursi menggelendot manja di leher Hendrawan. Daryna memasuki ruangan tak lama setelah Bram duduk.

Seperti yang diperintahkan oleh Hendrawan, Daryna melangkah dengan gemulai menghampiri Bram. Tangannya membawa sebuah sloki dan sebotol minuman keras. Hak stilettonya menimbulkan bunyi yang khas kala beradu dengan lantai marmer di bawahnya.

Perempuan itu berusia 25 tahun. Berwajah khas kaukasia.

Tubuhnya yang tinggi dan sintal dibalut gaun satin ketat merah anggur dengan leher halter. Roknya jatuh sebatas betis dengan belahan mencapai pinggul. Rambut pirang ombre perempuan itu disanggul ke atas. Sejumput rambut jatuh terurai di sisi wajahnya. Matanya biru terang. Bibirnya yang dipulas lipstick merah menyala menyungging senyum menggoda.

Bram sudah cukup sering menghadapi situasi semacam ini. Banyak dari calon klien yang tidak kenal betul bagaimana Bram. Mereka mencoba mencari jalan pintas untuk memengaruhi lelaki itu. Ya, Bram memang tidak pernah sembarangan menerima sebuah pekerjaan.

Selama ini, lelaki itu bisa menangkis perempuan-perempuan yang dijadikan umpan untuk merayunya. Namun, ketika bayangan Amara menggantikan sosok Daryna, Bram menjadi lupa untuk bernapas.

"Sayang?" gumam Bram dalam hati. Lelaki itu terpana. Fokus yang solid perlahan retak sedikit demi sedikit. Ada sesuatu yang terjaga pada dirinya.

Sudah dua hari mereka tidak bercinta. Pasalnya, Amara tengah merajuk. Perempuan itu merasa dinomorduakan oleh Bram.

Belakangan ini, memang banyak pekerjaan yang menyita waktu Bram. Entah berapa kali lelaki itu terpaksa membatalkan acara kencan mereka.

Tahu-tahu saja Daryna sudah berpindah posisi. Saat ini perempuan itu sudah meletakkan sebelah pahanya pada lengan kursi yang diduduki Bram. Dengan anggun perempuan itu menyerahkan sloki kepada Bram. Lalu, menuangkan isi botol ke dalamnya.

Usai melakukan pekerjaannya, perempuan itu meletakkan lengan terbungkus kulit putih dan halus bagai pualam mengitari bahu Bram. Botol minuman yang semula di tangannya, Daryna letakkan di atas meja.

Aroma bunga-bungaan berpadu amber dan musk menguar dari tubuhnya. Sensual seperti caranya berpakaian malam ini.

Pendingin ruangan diatur dengan suhu di bawah 20 derajat. Akan tetapi, Bram merasa seperti sedang berada di gurun pasir saat matahari sedang terik.

What Have You Done To Me, Sir?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang