"Mama... Kata temen-temen muka Felia jelek. Katanya temen-temen, Felia ini anak pungut makanya muka Felia nggak secakep mama, papa dan Kak Felix" anak perempuan ku mengadu padaku sambil menangis tersedu-sedu.
"Loh kamu tuh anak kandung mama sama papa, Fel. Kata siapa kamu jelek? Kamu cantik kok, cuma mereka aja yang belum bisa ngeliat kecantikan kamu" aku berusaha menghibur anakku yang baru menginjak kelas 2 SD ini.
"Tapi kata mereka, muka Felia nggak mirip. Papa sama Kak Felix ganteng, mama cantik. Muka Felia nggak secantik mama. Katanya Felia sama Kak Felix kembar, tapi kok muka kita nggak mirip? Hikss... Hiksss..."
"Kalau anak kembar emang nggak selalu mirip, sayang. Tapi kamu tetep cantik kok. Kamu kan anak mama sama papa, ya pasti cantik dong kayak mamanya. Tunggu aja 2 tahun lagi" dengan sabar aku masih berusaha untuk menenangkannya.
Dia kelihatan belum membaik juga.
"Dua tahun? Itu kelamaan mama. Felia nggak mau nungguin dua tahun dulu baru bisa cantik hiksss... hiksss..." Begini lah anakku, kalau dia sudah menangis, maka dia akan susah di tenangkannya. Aku harus pintar-pintar memutar otak untuk menghiburnya.
Pulang sekolah tadi tiba-tiba kedua anak kembarku pulang dengan keadaan yang mengkhawatirkan. Felia pulang dengan menangis tersedu-sedu, sedangkan Felix kakak kembarnya babak belur karena menghajar anak-anak yang mengganggu Felia.
Dengan sigap aku dan suami ku berbagi tugas. Aku menenangkan Felia, sedangkan suami ku naik keatas untuk mengobati luka si sulung, Felix.
Hmm rasanya aku tau cara apa yang dapat menghibur Felia.
"Kamu mau denger cerita tentang seorang cewek tomboy yang selalu di bilang jelek sama temen-temennya?" aku mencoba memancing keingintahuan Felia. Sejenak dia terlihat mulai tertarik dengan mengalihkan perhatiannya padaku.
Aku pun melanjutkan perkataan ku.
"Dulu dia selalu kesel tiap di bilang jelek sama temen-temennya. Sampai suatu hari, dia akhirnya ketemu pangeran ganteng yang nggak pernah nganggep dia jelek.""Gi... Hiksss... Gimana ceritanya, Ma?" Felia bertanya sambil berusaha meredakan suara tangisnya.
"Dulu..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Joanna
RandomMungkin kalian berpikir betapa beruntungnya aku memiliki kakak sebaik dan secantik Kak Tiara. Dia cantik, dia baik, dia pintar, dia populer, dia blablabla dan bla. Tapi kalau kalian merasakan apa yang kualami, apa kalian masih akan berpikir bahwa ak...