prolog

215 25 0
                                    

Sudah beberapa lama ia terduduk memandangi sebuah tubuh bersimbah darah yang ada di pangkuannya. Beljane, si putri iblis es, terus menatap kosong pada adik laki-lakinya yang kini sudah tak bernyawa.

Keparat mana yang berani membunuh adiknya?!

Melihat adiknya itu pulang dalam keadaan tak bernyawa, rasa murka memenuhi tubuh dan pikirannya. Ia menyesali dirinya yang selama ini selalu bersikap dingin dan acuh tak acuh pada sang adik

"Apa kau ingin balas dendam?"

Beljane menolehkan kepalanya ke arah datangnya suara itu.

Sesaat mata Beljane menatap lukisan keluarga yang tergantung di dinding sebelum ia menjawab pertanyaan itu. "Aku mau, kalau itu memang memungkinkan."

"Di antara banyak iblis api... bagaimana caramu menemukan orang yang membunuh adikmu?"

Beljane lalu bangkit berdiri dan menatap demon itu.

"Dengan membunuh...",

"...membunuh",

"...membunuh lagi",

"...dan terus membunuh."

"Jika aku membunuh semua dari mereka... di antaranya pasti ada pelakunya!"

***

120 tahun kemudian...

Beljane menatap tubuh raja iblis api yang tengah merintih mencoba bangkit. Sungguh usaha yang sia-sia. Tubuhnya telah kehilangan terlalu banyak darah sehingga lantai di sekitarnya tertutupi oleh cairan pekat berwarna hitam.

Sekarang, giliran untuk membereskan si pangeran api.

"Cukup! Kau sudah melewati batasmu!"

"Katakan itu setelah Dewa Kematian menjemputmu, Arzith."

Arzith bergerak maju dengan secepat kilat sambil menghunuskan pedangnya ke arah Beljane. Akan tetapi, Beljane berhasil menangkap pedang itu yang kemudian ia patahkan itu menjadi berkeping-keping dengan tangan kosong.

"Apa ini? Cuma main-main, ya?" ejek Beljane.

Beljane membalas serangan itu dengan tinju esnya yang berhasil dihindari Arzith. Melihat hal tersebut, ia langsung melayangkan tinju keduanya yang kali ini tepat sasaran mengenai muka lawannya. Arzith terpental ke tembok beserta suara debuman yang keras.

Beljane melangkah mendekati Arzith yang tersungkur.

"Ayo kita main-main lagi... dasar pembual sombong!"

Terbentuk bongkahan-bongkahan es lancip di sekitar tangan Beljane yang kemudian melesat dengan cepat ke arah Arzith. Dengan cepat Arzith menghindar kemudian melemparkan bola api panas pada Beljane.

Beljane segera membentuk dinding es pada arah datangnya bola api panas itu.

Beljane melihat Arzith yang berlari menjauh darinya.

"Apa yang membuatmu berpikir kau cukup kuat untuk bisa mengalahkan aku, pangeran?" Arzith langsung siaga dan menoleh pada suara yang tiba-tiba datang persis dari belakangnya. Sayang sekali itu sudah terlambat, sebuah serangan tiba-tiba membuat Arzith langsung terkapar di bawah kaki si putri iblis es.

Beljane menunduk dan menahan tubuh Arzith.

"Semua bangsat itu... (BUGH) sudah kuhabisi semua! (BUGH) Dengan cara seperti ini! (BUGH) Paham kau?! Hah?!!" (BUGH) (BUGH) (BUGH)

Beljane berkata sambil melayangkan satu persatu tinjunya yang sekeras dan sedingin es.

Hosh, hosh, hosh.

Suara deru napas Beljane yang memburu terdengar dengan jelas.

Dengan sedikit kekuatan yang tersisa, Arzith mencoba membuka mulutnya. "Bel-beljane... kematian adikmu tidak ada hubungannya denganku. Apa kau harus... sampai seperti ini?"

"Berhenti membual. Aku harus membalas kematian adikku berkali-kali lipat lebih menyakitkan."

Arzith terdiam sesaat kemudian tersenyum layu.

"Kau sudah menghabisi terlalu banyak nyawa di dunia bawah ini dan hampir membuat seluruh iblis api musnah. Dasar sinting kau, Beljane. Di kehidupan selanjutnya, lahirlah kembali sebagai manusia."

"Ya, ya, terserah apa katamu. Sekarang... matilah kau!"

Beljane mengarahkan pedang es yang dipegangnya pada jantung Arzith.

Akan tetapi, tepat sebelum pedang itu mengoyak kulit si pangeran iblis api, sebuah cahaya putih yang sangat menyilaukan datang entah dari mana.

Seperti berada di dimensi yang berbeda, semua yang tertangkap pandangan hanyalah warna putih.

Dan tiba-tiba...

Saat membuka mata, Beljane mendapati dirinya terbangun di atas ranjang mewah yang empuk.

Ia yang merasa kebingungan pun menoleh ke kanan dan ke kiri.

Saat itulah dia tersadar bahwa dirinya sedang berada di tempat yang asing. Pedang es miliknya pun tak terlihat di manapun.

Begitu berjalan melewati cermin besar di ruangan itu, gadis itu terkejut tak percaya akan pantulan yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri.

"Kenapa...? Apa yang terjadi?"

Kedua tangannya bergerak menyentuh wajahnya. "Apa aku... sedang bermimpi? Kenapa aku bisa ada di tubuh ini...?"

BRAK. Dihantamnya cermin itu dengan kepalan tangannya

"PADAHAL AKU SUDAH BERUSAHA SUSAH PAYAH DAN HAMPIR SAJA ARZITH MATI DI TANGANKU!!!" teriaknya di depan cermin yang masih utuh dan tak bergeming itu.

Ia menatap tangannya yang bergetar. Kulit pucat bekas pukulan tadi terlihat sedikit memerah.

"Tubuh manusia yang lemah ini bukan milikku."

Tubuhku sangat kuat hingga bisa meruntuhkan bangunan besar ini dengan satu pukulan.

Ia adalah putri iblis es yang berusia 670 tahun, dengan rambut silver panjang dan mata cantik yang berwarna merah seperti darah manusia.

Aku bukan gadis berambut hitam dengan mata tanzanit yang ada di hadapanku ini!!

Dia hampir saja memusnahkan seluruh bangsa iblis api dan membalaskan dendam atas kematian adiknya.

"Tapi kenapa... di saat aku hampir berhasil mencapai tujuanku..."

Aku malah terbangun di dunia yang asing dan merasuki tubuh manusia ini?

***

PRANG.

Sebuah vas melayang dan pecahannya berserakkan di lantai.

"Kau gagal dalam ujian bahasa kuno," seorang wanita bangsawan cantik berkata dengan dingin sambil menyangga dagunya dengan kedua tangan yang tertaut dan siku yang bertumpu pada meja. Di sudut-sudut meja itu nampak tumpukan kertas yang menggunung.

Dia adalah Marchioness Izabel.

Bellatrix, sang anak yang menjadi objek kemarahan wanita itu hanya bisa menunduk sembari memilin jari-jari tangannya.

"Saya salah. Maafkan saya ibu."

Wanita itu bangkit dari duduknya lalu melangkah mendekati anak gadisnya. Marchioness Izabel menyentuh bahu Bellatrix dengan sebelah tangannya.

"Kalau berbuat salah... harus dihukum, kan?"

Aku bukan Bellatrix si putri bangsawan.

Aku adalah Beljane, putri dari raja iblis es Kalgraz.

Kenapa bisa jadi begini?

She's a demon, but suddenly she lives in a BL novelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang