Hinata bergerak gelisah ketika sepercik sinar mentari menerpa kelopak matanya yang tertutup dan mengganggu tidurnya. Ia menghela napas ketika menyadari dirinya akan kembali melewati hari dengan mendengar omong kosong kedua sahabatnya tentang Madara Uchiha.
Ugh, menggelikan.
Berjalan menuju pintu lain yang berada didalam kamarnya. Hinata segera melucuti pakaian yang melekat pada tubuhnya satu persatu hingga hanya menyisakan dalaman berenda berwana hitam sebelum akhirnya menghilang dibalik daun pintu berwana coklat tersebut.
Selang dua puluh menit. Hinata keluar dari pintu kamarnya dengan tampilan yang lebih segar. Kemeja motif kotak-kotak berwarna coklat yang dipadu dengan celana jeans biru membalut tubuh idealnya. Ia adalah seorang gadis muda yang menyukai hal-hal berbau simpel termasuk dalam penampilan.
Baginya penampilan mencolok itu tidaklah penting.
Setelah menapaki tangga yang akan membawanya kelantai dasar. Hal pertama yang ingin Hinata lakukan adalah menatap danau buatan yang berada dibelakang rumah. Ia menyukai danau tersebut. Bahkan bau yang dihirupnya ketika sudah berada disana cukup mampu menenangkan dirinya.
Hinata sangat menyukai permukaan air danau yang tenang. Bahkan riak yang tercipta cukup mampu menarik fokus Hinata untuk terkunci lama hingga tak menyadari akan kehadiran sosok lain dibelakang tubuhnya.
"Menyukai pemandangan yang tersaji dihadapanmu, hm?"
Suara bariton yang terdengar dalam itu cukup mampu membuat ekspresi teduh Hinata berubah masam. Tak perlu menoleh hanya untuk sekedar menatap siapa pemilik suara tersebut karena Hinata jelas sudah tahu jika dirumah megah ini hanya ada satu penghuni berjenis kelamin laki-laki.
Siapa lagi jika bukan suaminya?
"Sangat suka."
Tidak perlu membalas dengan untaian kalimat panjang kali lebar hanya untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hinata tidak terlalu suka berbicara dengan Madara, ia merasa alergi.
"Syukurlah. Setidaknya kau memiliki tempat favorit dirumah ini."
Hinata hanya mengangguk. Ia tidak ingin menoleh apalagi jika harus menatap wajah Madara saat ini juga. Bukannya ia tidak sopan. Hanya saja Hinata mampu melihat bayangan Madara yang terpantul dipermukaan air danau. Lelaki itu tidak mengenakan baju dan keluar hanya dengan memakai celana jeans yang resletingnya tak tertutup dengan benar, gila!
"Tidak kuliah?"
"Kuliah." Hinata mencoba sebaik mungkin untuk menjaga pandangannya. Sialan! Kenapa air danau dibawahnya begitu jernih sih? Lihat? Bahkan ia hampir bisa melihat apa yang seharusnya tidak boleh ia lihat melalui celah resleting celana Madara yang tak tertutup dengan benar!
Hinata ingat...
Meneteskan air liur karena otot-otot dan juga rudal yang sudah dijamah oleh banyak tangan nakal itu tidak baik. Itu bukanlah suatu pilihan! Bisa-bisa Madara menertawakannya.
"Tidak bisakah kau memakai baju saat keluar rumah?" mau tak mau akhirnya Hinata harus menyuarakan isi kepalanya. Ia tidak tahan jika harus melihat pemandangan terlarang ini lebih lama lagi. "Setidaknya benarkan resleting celanamu itu saat kau ingin keluar."
Madara terlihat menaikkan sebelah alisnya menatap Hinata. Namun sejurus kemudian, bibir tipisnya tertarik menciptakan sebuah seringai yang menurut Hinata teramat amat sangat menyebalkan. "Aku tidak tahu kau seperhatian itu padaku."
Hinata hampir membuka suara. Berniat untuk membantah namun kalimat yang sudah bercokol diujung lidahnya harus kembali ia telan ketika tanpa sengaja ia melihat kemunculan wanita berambut hitam yang semalam bergelayut mesra dalam dekapan Madara muncul.
KAMU SEDANG MEMBACA
OVERDOSE
Fanfiction"Kalian lihat? Bukankah Madara Uchiha sangat tampan? Aku sangat suka pada tatapannya yang tajam ugh... Tatapannya seperti langsung menembus jantungku." "Berlebihan!" "Dia memang sangat tampan 'kan? Aku bahkan sangat penasaran, ngidam apa Ibunya saa...