1.

22 8 3
                                    

Plak...

"NGAKU KAMU !! kamu kan yang mencuri uangku"

"Astaghfirullah nggk mbak"

"Ngaku far dasar miskin"

"Pantesan mencuri uangnya dikit makannya banyak"

Kegaduhan dipagi hari terdengar dari asrama santriwati . Membuat keluarga dhalem terkejut . Ummah Fauziyah selaku ibu nyai pesantren menghampiri dengan tergopoh-gopoh pada kerumunan tersebut.

"Ada apa?"
Dawuhnya

"Farah mengambil uang saya ummah"
Ucap santriwati tersebut yang membuat kegaduhan .

(Ummah merupakan panggilan seperti ibu)

"Tidak ummah Farah tidak melakukan"
Balas santriwati yang satunya lagi ,mengucapkan berbarengan dengan isak tangisnya.

"Kalian berdua ikut ummah ke dhalem sekarang!" Dawuh ummah Fauziah pada keduanya.

****

Disinilah sekarang Farah dan Nadia berada . Didalam dhalem kyai yang sunyi.
Nadia sebagai penuduh cemberut cukup lama dan tak henti-hentinya memaki Farah disampingnya .

Sudah sekitar 10 menit Ummah Fauziah tidak menemui mereka berdua yang dalam keadaan duduk bersimpuh dengan kepala yang menunduk.

Tuk tuk tuk ...
Suara langkah kaki membuat Farah dan Nadia mendongakkan kepala pada seseorang yang menuruni tangga.

Nadia tersenyum tersipu melihat Rafan. Yang dipandang membalas dengan tatapan tajam membuat Nadia menundukkan kepalanya lagi .
Berbeda dengan gadis disebelahnya tetap menunduk dalam keadaan mata berair.

"Buya tidak ada diatas"
Gus Rafan menyampaikan pada Ummahnya di dalam kamar

(Buya merupakan sebutan seperti bapak atau ayah)

"Kamu urus mereka ya Ummah ada pengajian ."

Lelaki itu hanya mengangguk mengiyakan perkataan ibunya.
Lalu Gus Rafan menghampiri kedua gadis tersebut  dengan duduk pada sofa besar dihadapan keduanya .

"Ada apa dengan kalian?"
Ucapnya dengan memandang tajam .

"Farah mencuri uang saya gus."
Nadia mengatakan sambil memandang tajam Farah disebelahnya.

"Benarkah itu?"

Farah hanya menggelengkan kepalanya tak berani menatap lelaki dihadapannya.

"Farah.."

Gadis itu memberanikan diri untuk mendongakkan kepalanya menatap seseorang yang memanggil namanya.

Jantungnya berdetak kencang ,antara ketakutan , rasa cemas yang besar dan rasa senang.

Senang?
Farah mengagumi gus Rafan dari dulu sejak pertama kali dirinya mondok. Mungkin sekitar tiga tahun lalu.
Walaupun tak sedikit santri yang memiliki rasa kagum yang sama ,Farah menyembunyikan perasaannya rapat-rapat didalam hatinya.
Dan sekarang seseorang itu memanggil namanya dengan jarak dekat membuat hatinya tak karuan .

Lelaki yang dipandang tak berkedip oleh santrinya mengalihkan pandangannya ke arah lain .tatapan yang Membuat dirinya risih .

Nadia menyenggol lengan Farah membuat gadis itu mengerjapkan matanya berulang kali.

"I-iya gus?"

"Apa kamu benar mencuri uang temanmu itu?"

"Tidak gus ,saya berani bersumpah"
Terang Farah sambil sesekali air matanya mengalir

"Halah gak ngaku juga kmu farah siapa lagi kalo bukan kamu yang miskin dan sering tidak punya uang , aku juga melihat kamu mendekati lemari-

"DIAM KAMU!"
Rafan membentak Nadia keras .

"Saya belum nyuruh kamu bicara"
Lanjutnya.

"Ma-maf gus" Nadia kembali menunduk ketakutan.

"Kalo gitu apa kamu punya bukti ? "
"Katakan!!"

"Ti-tidak "

"Lalu hanya karena hal itu kau menuduhnya? Dasar bodoh! ! Sebutkan nominal uangmu yang hilang!!"

Nadia dan Farah diam tak berkutik.keringat dingin mulai mengalir pada kening keduanya.

"Sebutkan!
Saya bilang sebutkan !!"
Rafan memandang tajam Nadia.

"Se-seratus ribu gus."

Rafan beranjak dari tempat duduknya kemudian menghilang entah kemana.
Membuat Nadia dan Farah saling memandang heran.

Tiba-tiba uang seratus ribu melayang tepat didepan wajah Nadia.

"Ambil dan keluar darisini"

Tak mau Rafan marah,Nadia dengan ragu mengambil uang tersebut dan meleset pergi .

Kini tinggal seorang Farah dengan rasa takut yang besar.
Farah tetap menunduk ,tetapi dirinya tau Rafan belum beranjak melihat Kaki didepannya tetap diam.

GUS?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang