hai haii, selamat datang di ceritanya Rae. kali ini aku akan menceritakan perjalanan Urban survival selama 3 hari 2 malam di jakarta. kita mulai ceritanya dari tanggal 29, sehari sebelum keberangkatan menuju jakarta.
hari itu pulang cepat, aku dan Aimee yang tidak kunjung dijemput akhirnya memutuskan untuk jalan kaki saja. di tengah jalan Aimee dijemput oleh Bundanya, saat itu pula aku tahu kabar kalau ternyata ayah positif Covid-19 (lagi). mulalilah gundah itu datang, khawatir kalau ternyata tidak diperbolehkan untuk ikut padahal semalam sudah packing, atau skenario terburuknya adalah aku juga ternyata positif. aku sedikit takut akan terjadi seperti kelas 6 dulu, di detik-detik kelulusan aku malah terkena covid, sehingga kelulusannya diselenggarakan secara daring. sesampainya di rumah, makan siang, lalu kami sekeluarga tes PCR untuk memastikan tidak ada yang tertular. Alhamduillah, semuanya negatif (ayah tidak termasuk), dan aku diperbolehkan ikut. sia-sia lah itu air mataku yang jatuh dan kembali cerah karena cimol samping RS Siloam.
sekarang kita mulai perjalanan Urban Survival yang sebenarnya, hari selasa tanggal 30 agustus. pagi-pagi aku terbangun, dibangunkan oleh bunda. kutengok jam dinding dengan keadaan setengah sadar, oh setengah empat. tapi yang penting bukan itu, SEKARANG SUDAH SETENGAH EMPAT, itu artinya 30 menit lagi sudah waktu kumpul di stasiun cibungur. masa bodoh dengan mataku yang setengah tertutup aku bergegas turun dari kasur, menarik kasar handuk yang tersampir pada railing tangga kasur dan berlari menuju kamar mandi. kurang dari 30 menit untuk bersiap agak mustahil, sekarang aku sudah duduk manis di jok mobil, kali ini aku diantar menuju stasiun bersama ayah dan bunda. sampai di stasiun yang lain sudah menunggu, tidak lama kemudian adzan shubuh berkumandang dan kami sholat berjamaah di mushola super mini. selesai sholat, ada pelepasan singkat oleh bu titin, seingatku bu titin bilang, "tujuan akhir kalian bukan tempat destinasi yang akan dikunjungi, tetapi rumah. rumah adalah tujuan akhir yang sebenarnya." begitu kira-kira. usai pelepasan, kami mulai memasuki stasiun, tidak lama setelahnya pengeras suara berkoar bahwa kereta yang kami tunggu sudah dekat. mendengar itu aku dan kawan-kawan mulai berdiri di peron menanti kereta untuk ditumpangi, "nguuuuuuuuuuuuuuuuuuuuung." keretanya datang, kami naik dan mencari kursi yang sekiranya nyaman, aku duduk bersebrangan dengan Aimee. sedikit cerita, jendela di tempat aku duduk buram, awalnya kukira embun yang semakin siang akan menguap. namun ternyata jendelanya baret, padahal kursi yang lain bening dan bersih. aahh kecewa, padahal matahari terbitnya cantik sekali, yang terekam oleh kameraku jadi tidak jelas. masih dengan kekecewaan itu aku menyandarkan kepala dan jatuh terdidur.
saat membuka mata aku mendapati leherku nyeri karena tidur dengan gaya kepala tengkleng. pemandangan diluar jendela sudah mulai tembok-tembok rumah dengan sampah di beberapa titik, terlihat kumuh. dengan itu aku yakin stasiun transit sudah dekat, stasiun cikarang. karena sudah familiar dengan keadaan di sana, aku tidak planga-plongo seperti terakhir kali ke sini. pertama, pasti diarahkan untuk keluar dulu dari stasiun, mengantre diluar sebentar lalu naik masuk lagi. dari stasiun ini kami mulai berpisah menjadi 2 kelompok, ya.. walaupun sekarang hanya terpisah gerbong saja, karena di stasiun pondok jati kembali saling menyapa. kalau di KA lokal tadi aku masih berkesempatan untuk tidur, kali ini amit-amit tidur, berdiri saja berdesakkan. selama di kereta menuju penginapan ada iklan yang itu -itu saja, itu-itu lagi, di awal lumayan mengisi kebosanan, lama-lama malah menjadi penambah dosis bosan. setelah semua gaya berdiri yang mungkin dilakukan aku lakukan, akhirnya sampai di stasiun pondok jati. dengan menggendong tas aku menaruh harap semoga ada angkutan umum menuju penginapan, namun nihil. satu-satunya pilihan adalah berjalan kaki, padahal ini masih pagi, eh maksudku untung ini masih pagi, hehe. di depan penginapan ada pohon kemuning yang cukup besar, daunnya banyak yang luruh, bunganya banyak sekali dan wangi semerbak. kini patokan ketika tersesat mudah, rumah yang didepannya ada pohon wangi. di penginapan aku sekamar dengan Arunna dan Thifa, dengan sistem "siapa cepat, dia dapat" kami menentukan kasur. setelah istirahat dan sempat berfoto, kami mulai menuju ke destinasi pertama, setiap kelompok berbeda tempat, aku sendiri akan menuju monas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alstroe(&)Meria in Jakarta
Short Storyshort story of 3 days of urban survival. mulai dari seneng, capek, sedih, marah, ketawa, semua emosi yang hadir dan seluruh kisah yang gue tangkep di dalam otak ini. Kalo jelek ya gak papa, cuman buat tugas ini. Gak usah diseriusin lah, yang penting...