9 ETERNITY • 1

463 75 4
                                        

⛅24 Juni 2022

"YUHUUU."

"YEAYY. BRUMM BRUMM BRUMM...."

"SERU BANGET TERNYATA BISA HIDUP BEBAS."

Sejak langit berwarna jingga sampai gelap gulita, senyum itu terus terpancar. Tertawa menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya.

Suara deruman motor besar terus terdengar sepanjang jalan. Mungkin beberapa orang yang melihat akan men-cap mereka sebagai anak nakal.

Hal yang membuat jengkel para pengendara lain saat melihat para remaja itu membalap dan menyalip bahkan mengklakson kencang kendaraan lain yang tidak bersalah.

Satu kata untuk mendeskripsikan mereka. "TOLOL!!!!'

"Bawa motor yang bener, sialan!" Pekik bapak yang mengendarai motor supra.

"Sowry pak. Muah, hahaha." Sebut saja namanya Panca, ia terkik geli sembari mengedipkan satu matanya pada bapak berperut buncit itu. Sungguh gila!

"Cepetan!!! Waktu kita sebentar lagi woii matahari bakalan terbenam." Gadis yang ia bonceng itu hampir saja terperanjat saat lelaki itu mengencangkan gas motornya.

"Selow dong bro."

"Nggak usah berisik, ikut-ikut aja." di jawab olehnya.

"Iya deh, ngomong-ngomong kita jelasnya mau kemana deh kak?" Tidak habis pikir, bahkan ia tidak tau kemana dirinya akan di bawa oleh mereka.

"Siapa nama lo tadi?" Lelaki itu tak menjawab pertanyaan Hazel dengan tepat, ia malah bertanya balik. Nikolas menyerngitkan dahi, mengingat nama gadis yang sedang ia gonceng itu.

"Ohh, Hazel." Mendengar itu Hazel mengangguk.

"Nanti lo juga tau sendiri." Lagi dan lagi Hazel hanya merespon kecil, tak protes.

"Ternyata jadi manusia normal asik juga ya. Jadi pengen hidup lebih lama kalo kayak gini," ujarnya membentangkan tangan lalu menengadahkan kepala membiarkan wajahnya diterpa angin malam.

Nikolas tersenyum miring melihat gadis polos itu dari kaca spion. "Mau hidup sebulan pun lo bakalan kesiksa."

"Bodoh!" bisik lelaki itu pelan yang Hazel pun nyaris tak bisa mendengarnya.

***

Hazel menikmati keindahan sunset yang memancar melalui celah-celah pepohonan, menciptakan panorama yang memesona. Ia merasa sangat beruntung telah menerima ajakan mereka.

"Lo nggak risih disini?" tiba-tiba cewek berambut kuda itu menyenggol pundak Hazel dengan nada mengejek.

"Keliatannya lo kayak anak polos yang nggak tau apa-apa," sambungnya lagi dengan senyum sinis.

Hazel tertawa, "Tapi emang banyak sih, orang-orang yang tampangnya doang polos, tapi aslinya lebih parah."

"Siapa suruh nilai orang dari tampangnya doang," jawab Hazel sambil mengamati wajah cewek itu lebih jelas.

"Eh, tadi nggak liat di jalan? Kamu baru dateng?" tanya cewek itu.

Hazel mengangguk. "Iya, bareng Dewa. Cowok yang pake topi hitam itu."

"Oh, jadi kamu kenal dia?" cewek itu terlihat sedikit lebih tertarik.

"Kenalin, aku Hazel. Nama kamu siapa?"

"Stella," jawabnya dengan senyum ramah.

Hazel mengangguk dan tersenyum kembali ke arah Stella. "Gue sebelumnya belum pernah kenal lo. Kenapa bisa gabung disini?" tanya Stella, penasaran.

9 Eternity || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang